Sandiaga: Pemerintah Fokus Bantu 34 Juta Pekerja (1)
Sejumlah langkah dilakukan untuk menjaga sektor pariwisata dan ekonomi tidak rusak permanen akibat pandemi, bahkan mampu bangkit kembali. Data menjadi kunci untuk menentukan kebijakan.
Selama pandemi, yang berlangsung nyaris setahun, pariwisata dan ekonomi kreatif merupakan sektor paling terpuruk. Sebanyak 2,6 juta lapangan pekerjaan dan 34 juta masyarakat yang terlibat di sektor ini merasakan dampaknya.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan, penanganan pandemi menjadi panglima pemulihan ekonomi. Saat ini, fokus pemerintah menjaga sektor pariwisata dan ekonomi kreatif agar tidak mengalami kerusakan permanen dan mampu bangkit dari keterpurukan. Cara yang ditempuh, antara lain, menambah dana hibah berbasis data pada tahun ini.
Pandemi juga mengubah arah sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Peluang bangkit terbuka melalui adaptasi dan inovasi.
Berikut kutipan wawancara Kompas dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Kamis (18/2/2021).
Apa strategi pemerintah memulihkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif?
Pariwisata adalah sektor paling terpuruk akibat pandemi karena mobilitas dibatasi. Jadi, pemulihannya harus kembali ke penanganan pandemi. Kita tidak ingin dibenturkan antara pemulihan ekonomi, pemulihan pariwisata, dengan rencana mengatasi penularan Covid-19. Kami yakin sektor kesehatan adalah panglimanya.
Pariwisata yang dulu andalan harus kita pastikan tidak rusak permanen. Oleh karena itu, fokus tahun ini, bagaimana 34 juta masyarakat yang menggantungkan hidup di sektor ini bisa bertahan. Sejauh ini, sudah 2,6 juta lapangan kerja di sektor ini yang terdampak, hampir 90 persen pekerja ekonomi kreatif mengalami pembatalan pekerjaan. Angkanya terus bergerak.
Jadi, pemulihannya harus kembali ke penanganan pandemi.
Ada empat tahap simultan dan terintegrasi, yaitu persiapan arah normal baru, persiapan destinasi secara total, bangun kepercayaan publik, dan jemput peluang untuk pemulihan pandemi. Saya yakin, jika kita disiplin 3M, 3T, dan vaksinasi, kita dalam peralihan menuju awal dari sebuah akhir. Kita sudah melihat secercah cahaya di ujung terowongan panjang ini. Kita harus bersiap menjemput terang itu saat kondisi mulai pulih.
Daerah mana yang difokuskan untuk bangkit terlebih dahulu?
Fokus utama, sesuai arahan presiden, adalah lima destinasi superprioritas, yakni Danau Toba (Sumatera Utara), Borobudur (Jawa Tengah), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Likupang (Sulawesi Utara), dan Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur).
Setelah itu, menunggu destinasi pariwisata prioritas, yakni Wakatobi, Raja Ampat, Bangka Belitung, Bromo-Tengger-Semeru, dan Morotai. Kami ingin juga fokus di tiga destinasi tulang punggung, yakni Bali, Jabodetabek, dan Kepulauan Riau, karena tiga daerah ini paling banyak menerima wisatawan mancanegara.
Selain itu, ada peluang daerah yang selama ini banyak memberikan giat pariwisata, seperti Jogja-Solo-Semarang, Banyuwangi, Malang, dan Jawa Barat.
Kami terus melakukan simulasi berbasis data, kegiatan apa yang harus diberikan stimulasi tambahan berupa bantuan subsidi dan daerah mana. Kita lihat peta dampak yang dialami sektor pariwisata dan ekonomi kreatif agar program Pemulihan Ekonomi Nasional bisa terealisasi optimal dan dirasakan masyarakat, terutama mempertahankan lapangan pekerjaan.
Apa tantangan pemulihannya?
Tantangan utama kita adalah kedisiplinan dan kepatuhan terhadap protokol kesehatan. Tes Covid-19 kita sudah lumayan, tetapi pelacakan belum serius dan penanganan belum optimal. Tantangan berikutnya, menyiapkan pariwisata model baru yang lebih berkualitas dan berkelanjutan. Bisa jadi, pandemi menjadi titik balik kita mengubah arah pariwisata dan ekonomi kreatif yang selama ini mengejar angka dan target kuantitas menjadi mengejar kualitas.
Namun, tantangan paling berat adalah lapangan kerja. Jumlah pemutusan hubungan kerja sekitar 2,6 juta orang dan yang dirumahkan 40 persen, tetapi (persoalan) yang tidak kelihatan adalah berkurangnya jam kerja. Bantuan sosial mungkin hanya akan memperlambat turunnya pertumbuhan ekonomi. Kita harus mengganti dengan kegiatan produktif, program pemulihan yang padat karya, inovatif, dan kolaboratif.
Baca juga: Disiplin Protokol Kesehatan Kunci Pemulihan Pariwisata
Bagaimana rencana program subsidi dan bantuan untuk pelaku usaha dan pekerja pariwisata dan ekonomi kreatif tahun ini?
Ekonomi kita 60 persen adalah konsumsi, maka program tanggap daruratnya adalah menyelamatkan 34 juta pekerja di sektor ini. Bantuannya berupa keuangan langsung ke ekonomi rumah tangga melalui subsidi, bantuan, dan hibah. Tahun 2020, dana program hibah pariwisata yang terserap Rp 2,2 triliun atau 70 persen dari total dana hibah Rp 3,3 triliun ke 6.818 hotel dan 7.625 restoran.
Menimbang kondisi wabah yang masih berlangsung, maka tahun ini hibah pariwisata harus diperluas, ditingkatkan, dan ditambah, tetapi juga dijaga dari segi tata kelola. Tahun ini, dana hibah pariwisata diusulkan Rp 2,7 triliun-Rp 3,7 triliun.
Ekonomi kita 60 persen adalah konsumsi, maka program tanggap daruratnya adalah menyelamatkan 34 juta pekerja di sektor ini.
Setelah ada kasus dugaan korupsi dana hibah pariwisata di daerah, apakah bentuk penyalurannya akan dievaluasi?
Dana hibah dipertajam agar tepat sasaran, tepat manfaat, dan tepat waktu, tetapi jangan sampai menimbulkan isu tata kelola yang buruk. Kami mendengar cerita di Buleleng (Bali) ada kebocoran dana. Pemerintah ingin bantu rakyat tetapi ada oknum yang menggunakan kesempatan dalam kesempitan sehingga amanah tercederai.
Kuncinya adalah data. Saya menantang teman-teman di garda terdepan, termasuk pemerintah daerah, pelaku industri, dan asosiasi, agar mengirim data terverifikasi, tervalidasi, dan nett (data bersih). Lalu bisa kami masukkan dan kumpulkan sebagai basis kebijakan.
Terkait rencana travel bubble, sudah ada pembicaraan dengan negara mana saja dan seperti apa konsepnya?
Kami sudah bicara intensif dengan Singapura, Malaysia, Australia, China, dan beberapa negara lain. Kalau angka Covid-19 kita signifikan menurun dan situasi kondusif, kita bisa realisasikan. Kita akan coba proyek contohnya Bali dengan China. Orang yang datang ke Bali harus sudah divaksin atau melalui tahap uji yang sangat ketat. Kita mungkin mulai 5.000 orang per bulan, lalu bisa ditingkatkan sesuai data terakhir. Di Bintan, kita mau coba dengan konsep blue pass dengan Singapura. Itu pelacakan kontak erat yang diterapkan sangat disiplin melalui aplikasi.
Memang, walaupun sekarang wisatawan Nusantara menjadi andalan, kita harus menyiapkan wisatawan mancanegara, terutama berbasis kualitas dan berkelanjutan.
Kapan travel bubble mulai diterapkan?
Saya tidak mau memberi janji muluk-muluk, tetapi kalau angka Covid-19 terus menurun, saya harap ada pembicaraan di pertengahan Maret. Dengan demikian, pada akhir Maret atau awal April, program pilotnya bisa direalisasikan. Kita lihat negara mana yang siap, kelihatannya Singapura dengan Bintan, Malaysia dengan salah satu destinasi, dan Bali dengan China. Kalau Australia, angka (Covid-19) masih naik turun, terakhir saya bicara dengan pihak Australia, mereka sangat hati-hati.
Apakah travel bubble sudah siap dilaksanakan dalam waktu dekat? Apa tidak justru menambah risiko penularan Covid-19?
Kita berpegang pada data dari Satgas Covid-19 dan Kementerian Kesehatan. Saya tidak mau berasumsi dengan data karena saya bukan ahlinya.
Baca juga: Tahun 2021 sebagai Momentum Pemulihan Pariwisata
Bagaimana mengubah Indonesia menjadi negara dengan pariwisata lebih berkualitas, sedangkan cap pariwisata murah yang belum berkelanjutan sudah telanjur melekat?
Pandemi menggeser tren dari wisata massal ke wisata lestari atau berkelanjutan. Dari hanya melihat-lihat atau foto-foto menjadi ekowisata atau wisata edukatif. Dari cuma mencari pasir, sinar matahari, dan laut menuju pariwisata berkelanjutan, mencari yang tenang, dan spiritualitas. Kita juga sedang membahas mengenai wellness tourism (wisata sehat) dan meditasi.
Pemerintah akan menyempurnakan pola penyaluran (bantuan dan hibah) agar tepat sasaran. Kalau pariwisata berkualitas dan berkelanjutan kelak kembali, wisatawan tidak kecewa karena kita tidak siap. Ibarat kata, dengan stimulus ini, mesin terus terawat. Begitu nanti digas, mobilnya langsung jalan. Kalau mesin tidak dirawat, ketika digas, bisa terlalu panas dan malah rusak.
Saya melihat tren ke depan, pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan akan didominasi generasi milenial. Namun, ada yang namanya silver economy, yaitu 1 miliar masyarakat dunia berusia 60 tahun ke atas yang berpendapatan 15 triliun dollar AS-20 triliun dollar AS.
Saya melihat tren ke depan, pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan akan didominasi generasi milenial.
Saya sedang dorong program rumah kedua (second home), saya bicarakan dengan Dirjen Imigrasi di Kemenkumham agar visa lima tahun bisa menjadi bagian dari pariwisata berkualitas dan berkelanjutan.
Bagaimana dengan industri kreatif?