Kinerja industri pariwisata tahun ini diperkirakan lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. Namun, syarat protokol kesehatan mesti diberlakukan dengan ketat.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meskipun tahun ini sektor pariwisata dalam negeri diproyeksi belum sepenuhnya pulih, pelaku industri optimistis kinerja sektor ini lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. Namun, hal ini hanya akan berlaku dengan catatan masyarakat dan para pelaku industri pariwisata disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan.
Dalam kunjungannya ke Redaksi Kompas secara virtual, Selasa (2/2/2021), Co-Founder Traveloka, Albert Zhang, meyakini industri pariwisata akan kembali bergairah pada 2021. Pasalnya, pembatasan sosial untuk mengantisipasi penularan Covid-19 cukup membuat banyak orang jenuh.
”Tahun ini kinerja pariwisata tidak akan seburuk bulan-bulan sebelumnya. Masyarakat saat ini cenderung lebih memilih berwisata bersama keluarga atau dalam kelompok kecil serta mencari akomodasi yang sifatnya pribadi,” ujarnya.
Tahun ini kinerja pariwisata tidak akan seburuk bulan-bulan sebelumnya. Masyarakat saat ini cenderung lebih memilih berwisata bersama keluarga atau dalam kelompok kecil serta mencari akomodasi yang bersifat pribadi.Co-Founder Traveloka Albert
Di dalam negeri, minat masyarakat berwisata masih cukup tinggi. Hal ini terefleksi dari hasil survei internal terhadap pengguna Traveloka antara 28 Mei dan 16 Agustus 2020, 67 persen responden memilih liburan sebagai aktivitas yang paling ingin dilakukan setelah pandemi berakhir.
Meski begitu, lanjut Albert, pemulihan sektor pariwisata dan sosialisasi penerapan protokol kesehatan harus berjalan seimbang. Gerakan bersama di antara para pemangku kepentingan pariwisata harus dilakukan untuk mendorong perubahan cara hidup dan perilaku masyarakat pasca-pandemi.
”Kami mendukung upaya pemerintah untuk menghadapi pandemi, salah satunya dengan menggalakkan protokol kesehatan di seluruh destinasi wisata,” ujarnya.
Dukungan tersebut dilakukan penyedia jasa pariwisata berbasis digital ini dengan meluncurkan kampanye bertajuk ”clean partners” untuk membantu para mitra dalam menerapkan protokol kesehatan. Kampanye ini juga turut membantu pengguna layanan Traveloka untuk menentukan pilihan hotel yang telah memenuhi standar protokol kesehatan global.
”Sejak Agustus 2020, pengguna bisa menggunakan fitur CleanAccommodation untuk memilih akomodasi yang telah memenuhi Protokol CHSE (clean, health, safety, and environment) yang direkomendasikan WHO dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,” ujarnya.
Head of Corporate Communications Traveloka Reza Amirul Juniarshah mengatakan, untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat, tahun ini Traveloka akan memasarkan produk dengan konten seputar staycation atau menikmati layanan dan fasilitas hotel menggunakan kendaraan pribadi yang membatasi interaksi dengan keramaian.
”Traveloka mencatat, Jakarta dan Bali menjadi kota favorit masyarakat untuk berlibur, disusul Bandung, Yogyakarta, Solo, Semarang, Malang, dan Surabaya,” ujarnya.
Dihubungi terpisah, Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi B Sukamdani berpendapat, tahun ini situasi industri pariwisata masih belum akan pulih seperti sebelum pandemi Covid-19. Pandangan ini diperkuat kasus baru Covid-19 yang masih tinggi.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, PHRI telah menyusun strategi pemasaran yang akan dilakukan di tahun ini, salah satunya bekerja sama dengan maskapai penerbangan. Kemitraan dilakukan untuk mengantisipasi penurunan tingkat keterisian hotel.
”Kami membuat program bundling hotel dan tiket pesawat. Jadi konsep inventori kamar hotelnya ditangani teman-teman perhotelan,” ujarnya.
Kerja sama juga dilakukan dengan pelaku bisnis agensi perjalanan daring untuk berbagi olahan mahadata untuk mempertajam strategi pemasaran yang lebih terarah. Adapun kerja sama dengan pengelola destinasi wisata juga dilakukan untuk membuat program pariwisata di setiap destinasi.
Hariyadi berharap pemerintah kini lebih fokus untuk meningkatkan kesadaran masyarakat umum akan protokol kesehatan, alih-alih kembali menerapkan pembatasan sosial untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
”Pembatasan-pembatasan yang dilakukan tidak akan menyelesaikan masalah apabila protokol kesehatan belum diterapkan secara benar. Pembatasan justru malah akan merugikan aktivitas bisnis, terutama sektor pariwisata,” ujarnya.
Pemerintah kini lebih fokus untuk meningkatkan kesadaran masyarakat umum akan protokol kesehatan.
Hariyadi memastikan keamanan menginap di hotel pada masa pandemi sudah dijamin, mulai dari tingkat internal hotel hingga penilaian pemerintah. Sejak Covid-19 diberitakan masuk Indonesia pada Maret 2020, PHRI telah berinisiatif menerapkan standar prosedur kesehatan untuk mencegah penyebaran virus dengan mengkaji ulang peraturan dan protokol kesehatan setiap hotel.