Industri properti tengah beradaptasi dan melakukan sejumlah strategi untuk bisa bangkit dari keterpurukan. Kebangkitan properti diperlukan untuk bisa menggerakkan industri lain yang terkait.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Industri properti diharapkan bangkit di masa sulit akibat pandemi Covid-19. Industri yang melibatkan 174 industri terkait ini dinilai memiliki andil besar dalam pemulihan ekonomi nasional, terutama pembangunan permukiman.
Presiden RI Joko Widodo mengemukakan, industri properti nasional memiliki peran strategis dalam pembangunan bangsa dan pemulihan ekonomi nasional. Bergeraknya kembali sektor properti nasional akan ikut menggerakkan 174 jenis industri yang terkait.
”(Bergeraknya sektor properti) ini memicu pertumbuhan di berbagai sektor, memberikan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat yang sangat dibutuhkan di masa pandemi seperti sekarang,” ujarnya dalam sambutan peringatan HUT Ke-49 Real Estat Indonesia (REI) secara daring, Kamis (11/2/2021).
Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil mengatakan, REI diharapkan dapat menjadi garda terdepan pemulihan ekonomi pasca-pandemi Covid-19. Pemerintah akan mendukung bergeraknya kembali industri properti yang memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi.
”Setelah pandemi, kami harap semua bergerak cepat, dan REI bisa membangun rumah rakyat yang sangat dibutuhkan dan membangun properti,” katanya.
Ketua Umum Real Estat Indonesia Paulus Totok Lusida menuturkan, REI telah mengalami naik-turun perjalanan selama puluhan tahun, termasuk saat krisis ekonomi pada 1998 dan 2008 serta pandemi Covid-19 sejak Maret 2020. Upaya sektor properti bangkit untuk mendorong pemulihan ekonomi sangat terkait dengan kondisi pasar.
Oleh karena itu, diperlukan pula upaya membangkitkan ekonomi mikro agar masyarakat dapat mengakses rumah sehingga turut menggerakkan properti. ”Di tengah keterpurukan properti, kita harus bangkit dalam rangka menumbuhkan ekonomi nasional dan menumbuhkan ekonomi pelaku usaha,” kata Totok.
Upaya sektor properti bangkit untuk mendorong pemulihan ekonomi sangat terkait dengan kondisi pasar.
Tingkat kekurangan rumah (backlog) di Indonesia masih tinggi seiring dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat. Kebutuhan rumah berdasarkan kepemilikan mencapai 11,4 juta unit. Di tengah pandemi ini, pemenuhan kebutuhan akan rumah itu terhambat, terutama dari sisi permintaan akibat penurunan daya beli masyarakat.
JLL Indonesia mencatat, subsektor properti yang paling menjanjikan pada masa pandemi adalah perumahan tapak dan logistik yang tahun lalu terbukti dapat bertahan dan tetap tumbuh. Pengembangan proyek rumah tapak berasal dari pengembang lokal dan asing. Sementara itu, penyerapan rumah tapak didominasi oleh pengguna (end user).
JLL Indonesia memprediksi pasokan baru rumah tapak pada 2021 mencapai 35.000 unit, meningkat 118 persen dibandingkan dengan tahun 2020. Pada 2020, peluncuran produk rumah tapak di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi mencapai 16.000 unit dengan tingkat penjualan sekitar 71 persen. Pasokan terbanyak terdapat di Tangerang (78 persen) diikuti Bekasi dan Bogor. Segmen rumah tapak yang terjual sepanjang tahun lalu didominasi harga Rp 600 juta-Rp 1,3 miliar per unit.
Managing Director Ciputra Group Budiarsa Sastrawinata menuturkan, saat ini, segmen properti yang paling terdampak adalah perhotelan, mal, perkantoran, dan perumahan. Akan tetapi, dampak ke segmen perumahan tergolong lebih kecil dibandingkan dengan segmen properti lain.
Untuk bertahan menghadapi krisis, sejumlah strategi perlu diterapkan pengembang, antara lain efisiensi dan mengurangi belanja modal, guna memastikan kecukupan arus kas. Investasi dilakukan hati-hati dan tidak agresif.
Kemudian, lanjut Budiarsa, adaptasi terhadap keadaan dan pasar yang berubah di masa pandemi. Desain rumah yang dibangun, misalnya, disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
”Dalam keadaan normal, faktor bisnis properti yang terpenting adalah lokasi. Namun, dalam keadaan krisis, yang terpenting adalah likuiditas. Kalau likuiditas tidak mencukupi, (bisnis) tidak bisa jalan lagi,” katanya dalam webinar ”Industri Properti, Garda Terdepan Pemulihan Ekonomi Nasional” yang menjadi rangkaian peringatan HUT Real Estat Indonesia.
Adaptasi terhadap keadaan dan pasar yang berubah di masa pandemi. Desain rumah yang dibangun, misalnya, disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Budiarsa menambahkan, Ciputra Group terus beradaptasi terhadap perubahan pasar dan gaya hidup masyarakat. Di tengah era teknologi yang berkembang cepat dan tren pemasaran secara daring, produk properti juga dipasarkan secara daring. Pemasaran produk secara daring juga digarap oleh mal-mal yang dimiliki Ciputra.
Direktur Utama PT Intiland Development Tbk Hendro Gondokusuma mengemukakan, pandemi telah memengaruhi seluruh sektor usaha. Perubahan pesat terjadi pada masa sebelum dan selama pandemi. Oleh karena itu, pengembang perlu belajar dan beradaptasi, antara lain, dengan mengubah desain proyek-proyek yang dibangun.
Hingga saat ini, Intiland masih konsisten menggarap segmen pasar menengah ke atas dengan sejumlah penyesuaian desain dan cara pemasaran. ”Properti masih bisa berkembang ke seluruh kota karena semua masyarakat butuh perumahan,” katanya.
Komisaris PT Metropolitan Land Tbk Nanda Widya menambahkan, upaya efisiensi di tengah pandemi ditempuh pengembang, antara lain, dengan memprioritaskan proyek yang bisa dijual, menunda proyek yang membutuhkan dana besar, mengurangi biaya perusahaan, dan memperbaiki sistem operasional perusahaan.
”Pengembang perlu memfokuskan proyek yang nilai jualnya di bawah Rp 1 miliar per unit,” katanya.