Kondisi geografis Indonesia yang berupa kepulauan menyebabkan pendistribusian BBM di Indonesia paling rumit di dunia. Keandalan pengangkutan menjadi vital untuk menjaga keamanan pasokan energi.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Pertamina (Persero) memperkuat pasokan energi dengan mengoperasikan tanker jenis very large crude carrier atau VLCC berkapasitas 2 juta barel. Kapal yang dibuat Japan Marine United Corporation di Yokohama, Jepang, sejak 2018 itu diharapkan memperkuat keamanan pasokan energi di Indonesia.
Tanker VLCC berbobot mati 301.000 ton tersebut diberi nama Pertamina Pride dan mulai berlayar dari Jepang menuju Indonesia, Selasa (9/2/2021). Kapal yang mampu mengangkut minyak mentah hingga 2 juta barel ini memiliki panjang keseluruhan 329,9 meter dan memenuhi standar Organisasi Maritim Internasional (IMO). Dalam waktu dekat, Pertamina akan menambah satu VLCC berkapasitas sama.
”Pengadaan tanker jenis VLCC ini telah melalui proses strategi bisnis yang matang demi memperkuat rantai pasok energi di Indonesia. Kapal tersebut nantinya mengangkut minyak mentah ke kilang-kilang pengolahan milik Pertamina,” ujar Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam siaran pers, Rabu (10/2/2021).
Selain untuk kebutuhan di dalam negeri, lanjut Nicke, tidak tertutup kemungkinan kapal VLCC milik Pertamina dapat menangkap peluang bisnis pengangkutan minyak mentah internasional. Selain Pertamina Pride, Pertamina juga memesan satu tanker jenis VLCC yang diharapkan diserahterimakan pada Maret 2021. Kapal kedua itu dinamai Pertamina Prime.
Tidak tertutup kemungkinan kapal VLCC milik Pertamina tersebut dapat menangkap peluang bisnis pengangkutan minyak mentah internasional.
Duta Besar Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi menuturkan, kedua unit VLCC itu akan berperan penting dalam bisnis Pertamina pada masa mendatang. Selain mengamankan pasokan minyak mentah ke kilang-kilang Pertamina, kedua kapal VLCC itu juga dapat menjadi tulang punggung reputasi Indonesia di industri pelayaran internasional.
”Kerja sama pembuatan kapal VLCC Pertamina dengan Japan Marine United diharapkan bisa membuka peluang kerja sama lain antara Indonesia dan Jepang,” ujar Heri.
Anggota Komisi VII DPR dari Partai Golkar, Maman Abdurrahman, berpendapat, keandalan rantai pasok energi oleh Pertamina menjadi kunci untuk memenangi persaingan penyediaan energi pada masa mendatang. Apalagi, urusan penyediaan energi tak semata-mata hanya bahan bakar minyak, tetapi sekaligus elpiji ataupun gas alam cair (LNG).
”Apabila rantai pasok tidak dibenahi dan diperkuat, kemampuan Pertamina untuk memenangi persaingan akan kian berat,” kata Maman.
Berdasarkan data Pertamina, selain mengimpor minyak mentah, Pertamina juga mengimpor berbagai jenis bahan bakar minyak (BBM), seperti pertamax, solar, dan premium. Pada 2019, impor minyak mentah Pertamina sebanyak 87,06 juta barel senilai 5,72 miliar dollar AS. Adapun impor BBM pada 2019 sebanyak 128,42 juta barel senilai 8,87 miliar dollar AS.
Keandalan rantai pasok energi oleh Pertamina menjadi kunci untuk memenangi persaingan penyediaan energi pada masa mendatang.
Dalam rapat bersama Komisi VII DPR, Selasa (9/2/2021), Nicke menyampaikan potensi defisit gas di Indonesia pada 2025. Defisit terjadi lantaran kemampuan produksi gas dalam negeri merosot, sedangkan permintaan gas terus naik. Selain untuk konsumsi rumah tangga dan industri, gas juga diperlukan untuk pengoperasian kilang Pertamina.
”Oleh karena itu, harus impor LNG. Yang harus dilakukan adalah memperkuat infrastruktur gas di dalam negeri, seperti terminal regasifikasi, tangki timbun, ataupun pembangunan jaringan pipa gas,” ujar Nicke.
Tahun ini, menurut dia, pihaknya akan menuntaskan pembangunan empat terminal elpiji dan 14 terminal BBM di kawasan timur Indonesia. Selain itu, Pertamina melalui anak usahanya juga menargetkan pembangunan 500.000 sambungan gas rumah tangga yang tersebar di 24 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia.