Permintaan Lesu Saat Pandemi, Harga BBM Tak Diturunkan
Sejak pandemi Covid-19 di Indonesia pada awal Maret 2020, permintaan BBM merosot drastis. Harga minyak mentah dunia jatuh. Situasi tersebut menjadi polemik tentang harga BBM di Indonesia yang tak turun.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Permintaan yang melemah pada masa pandemi Covid-19 menjadi alasan pemerintah tidak menurunkan harga bahan bakar minyak atau BBM. Harga minyak mentah pada April 2020 rerata sebesar 26 dollar AS per barel atau separuh dari harga saat ini. Pemerintah diminta transparan mengenai harga jual BBM tersebut.
Dalam konferensi pers secara virtual, Senin (18/1/2021), Direktur Pembinaan Program Minyak dan Gas Bumi pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Soerjaningsih mengatakan, sebelum pandemi Covid-19 di Indonesia, pemerintah sempat mengoreksi harga BBM yang dijual PT Pertamina (Persero). Namun, harga tersebut pada akhirnya tidak sempat diturunkan lantaran permintaan yang melemah.
”Volume penjualan BBM di masa pandemi Covid-19 sangat kecil. Biaya distribusi BBM pun turut meningkat di masa pandemi tersebut. Itulah kenapa harga BBM tidak mudah diturunkan di saat harga minyak mentah merosot ketika itu,” ujar Soerjaningsih.
Dalam catatan Kompas, harga minyak mentah pada awal pandemi, khususnya bulan April 2020, rata-rata 26 dollar AS per barel atau jauh di bawah periode Januari 2020 yang sebesar 63 dollar AS per barel. Secara perlahan, harga minyak mulai naik, dan mengutip laman Bloomberg pada Senin sore, harga minyak mentah jenis Brent sebesar 54,71 dollar AS per barel.
Hanya saja, sebaiknya pemerintah transparan dan terbuka mengenai hal ini agar ada informasi yang terang benderang kepada publik.
”Namun, kami akan terus memonitor kebijakan harga BBM ini dan agar badan usaha tetap mematuhi formula harga BBM yang sudah ditetapkan pemerintah,” kata Soerjaningsih.
Dalam rapat kerja Menteri ESDM Arifin Tasrif dengan Komisi VII DPR pada awal Mei 2020, pemerintah memaparkan data perbandingan harga BBM di Indonesia dengan sejumlah negara di kawasan ASEAN. BBM jenis pertamax RON 92 oleh Pertamina dijual Rp 9.000 per liter. Harga tersebut lebih mahal ketimbang harga di Vietnam Rp 7.146 per liter; Myanmar Rp 3.143 per liter; dan Kamboja Rp 8.203 per liter. Harga termahal untuk BBM jenis ini ada di Singapura, yaitu Rp 20.899 per liter.
Adapun harga BBM dengan RON 95 yang oleh Pertamina dijual Rp 9.650 per liter juga masih lebih mahal dibandingkan dengan harga BBM sejenis di Malaysia Rp 4.299 per liter; Thailand Rp 7.933 per liter; Vietnam Rp 7.812 per liter; dan Myanmar Rp 4.506 per liter. Namun, harga RON 95 Pertamina lebih murah dari harga di Singapura, Filipina, Laos, dan Kamboja.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menyatakan bahwa sikap pemerintah ataupun badan usaha yang tak menurunkan harga BBM di masa pandemi Covid-19 tergolong wajar, lantaran situasi yang tak normal. Selain permintaan merosot drastis, kebijakan itu ibarat ”subsidi silang” terhadap penugasan yang diemban PT Pertamina (Persero), seperti program BBM satu harga dan bantuan selama pandemi Covid-19.
”Namun, sikap mempertahankan harga akan menjadi tidak wajar apabila situasinya normal. Diakui memang cukup sulit membuat kebijakan yang normal di tengah situasi yang tidak normal. Hanya saja, sebaiknya pemerintah transparan dan terbuka mengenai hal ini agar ada informasi yang terang benderang kepada publik,” ucap Komaidi.
BBM jenis pertamax RON 92 oleh Pertamina dijual Rp 9.000 per liter. Harga tersebut lebih mahal ketimbang harga di Vietnam Rp 7.146 per liter; Myanmar Rp 3.143 per liter; dan Kamboja Rp 8.203 per liter.
Sebelumnya, Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menyatakan, pandemi Covid-19 di Indonesia yang terjadi sejak Maret 2020 menyebabkan permintaan BBM nasional menurun. Kebijakan pemerintah menerapkan pembatasan sosial berskala besar dan kebijakan bekerja dari rumah berakibat turunnya penjualan BBM hingga 50 persen di sejumlah kota besar di Indonesia. Secara nasional, konsumsi BBM turun 13 persen pada semester I-2020 dibandingkan dengan periode serupa tahun lalu.
”Sampai Juni 2020, konsumsi BBM nasional sebesar 117.000 kiloliter per hari. Bandingkan dengan konsumsi sampai Juni 2019 yang sebanyak 135.000 barel per hari. Namun, kami optimistis akan ada pergerakan positif sehingga diproyeksikan laba juga akan positif mengingat harga minyak dunia mulai naik dan juga konsumsi BBM baik industri maupun retail meningkat,” kata Fajriyah.