Ekonomi Digital Bergeliat di Tengah Kontraksi Ekonomi
Ekonomi digital Indonesia terus tumbuh. Bahkan, pada saat perekonomian terkontraksi, sektor ini menggeliat.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 menjadi momentum yang menggeliatkan perekonomian digital. Kendati perekonomian Indonesia 2020 terkontraksi 2,07 persen secara tahunan, lapangan usaha informasi dan komunikasi tumbuh 10,58 persen secara tahunan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada Jumat (5/2/2021), pertumbuhan lapangan usaha informasi dan komunikasi pada 2020 lebih tinggi dari 2019 yang sebesar 9,42 persen dan pada 2018, yakni 7,02 persen, secara tahunan.
Tren itu sejalan dengan Laporan e-Conomy SEA yang dirilis Google, Temasek, dan Bain&Company berjudul ”At full velocity: Resilient and Racing Ahead”. Dalam laporan itu, nilai aktivitas ekonomi berbasis internet Indonesia pada 2020 tumbuh 11 persen menjadi 44 miliar dollar AS.
CEO & Co-Founder Dana Vince Iswara berpendapat, tahun 2020 menjadi bukti kinerja ekonomi digital yang melesat. ”Pandemi mengharuskan ekosistem perekonomian menekan kontak fisik. Kemajuan teknologi digital mampu mengakomodasi kebutuhan tersebut. Pola pembayaran fisik yang kerap menjadi metode pembayaran utama kini dipermudah dengan pembayaran digital,” tuturnya saat dihubungi, Jumat.
Perkembangan ekonomi digital mencerminkan kesiapan masyarakat yang dapat beradaptasi dalam penggunaan transaksi digital.
Oleh sebab itu, Indonesia perlu memanfaatkan lonjakan transaksi di kanal dalam jaringan (daring) melalui pendampingan dan pengetahuan terkait literasi digital dan finansial secara menyeluruh. Dengan demikian, transaksi digital dapat menopang kinerja perekonomian 2021.
Melalui literasi dan pendampingan, masyarakat bisa mengoptimalkan teknologi digital untuk berbisnis. Akibatnya, masyarakat bisa lebih mandiri dan berkontribusi dalam perekonomian.
Melalui literasi dan pendampingan, masyarakat bisa mengoptimalkan teknologi digital untuk berbisnis.
Berdasarkan data BPS, jasa keuangan dan asuransi tumbuh 3,25 persen dalam setahun.
Sebagai salah satu pemain dalam usaha rintisan teknologi finansial bidang pembiayaan, Direktur Utama Modal Rakyat Hendoko menyatakan, per Desember 2020, penyaluran pembiayaan ke sektor teknologi informasi mencapai 51,21 persen dari pembiayaan. Ia meyakini lapangan usaha itu masih prospektif.
Namun, Hendoko menyoroti perekonomian nasional yang masih terpusat di Jawa. ”Kami berupaya meningkatkan pembiayaan ke luar Pulau Jawa sebagai salah satu bentuk dukungan bagi perekonomian Indonesia, yang diyakini akan pulih pada 2021,” katanya, Jumat.
Data BPS juga menyebutkan, lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh 1,75 persen pada 2020.
CEO TaniHub Group Ivan Arie Sustiawan memaparkan, bisnisnya yang bergerak di sektor pertanian dan teknologi informasi tumbuh di masa pandemi. TaniHub Group membukukan pertumbuhan pendapatan kotor 639 persen secara tahunan pada 2020.
Dia menilai bidang usaha pertanian dan teknologi informasi menjadi sektor fundamental. ”Sebab, pertanian dan teknologi informasi menghasilkan produk-produk esensial bagi masyarakat. Dalam kondisi normal ataupun pandemi, produk-produk ini tergolong sebagai kebutuhan hidup sehari-hari,” katanya.
Bidang usaha pertanian dan teknologi informasi menjadi sektor fundamental.
Transformasi
Direktur Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Tokopedia Astri Wahyuni menilai, pandemi Covid-19 mempercepat transformasi digital di berbagai sektor, khususnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), demi mempertahankan tenaga kerja dan keberjalanan bisnis. Digitalisasi dan teknologi bukan lagi sekadar nilai tambah, melainkan kebutuhan.
Sementara Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman berharap konsumsi masyarakat tetap dijaga. Sebab, konsumsi berperan dalam pertumbuhan ekonomi RI.
Bantuan sosial bagi masyarakat kelas menengah-bawah menopang daya beli.
Pada 2020, konsumsi tumbuh minus 2,63 persen secara tahunan. (CAS)