Pemerintah menyiapkan beberapa strategi yang difokuskan untuk mempertahankan daya beli masyarakat. Konsumsi masyarakat, bersama investasi, akan menopang pertumbuhan ekonomi tahun ini.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kontraksi pertumbuhan ekonomi pada 2020 secara triwulanan semakin kecil. Tren perbaikan ekonomi dijaga dengan memperbaiki sisi penawaran dan permintaan, dibarengi pengendalian Covid-19.
Badan Pusat Statistik merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang Januari-Desember 2020, yakni minus 2,07 persen secara tahunan. Adapun pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2020 negatif 2,19 persen.
Kontraksi pertumbuhan ekonomi semakin mengecil dibandingkan dengan triwulan II-2020 yang negatif 5,32 persen secara tahunan dan triwulan III-2020 yang negatif 3,49 persen secara tahunan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menuturkan, kontraksi ekonomi yang mengecil tidak terlepas dari intervensi pemerintah. Belanja pemerintah menjadi satu-satunya komponen yang berkontribusi positif terhadap produk domestik bruto (PDB), yakni 0,15 persen.
Dari pertumbuhan negatif 2,07 persen, kontraksi terdalam disumbang pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi yang negatif 1,63 persen dan konsumsi rumah tangga yang minus 1,43 persen.
”Konsumsi pemerintah pada triwulan IV-2020 masih tumbuh positif 1,76 persen didukung realisasi anggaran penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional senilai Rp 579,78 triliun,” ujar Airlangga dalam telekonferensi pers, Jumat (5/2/2021).
Laju pertumbuhan pengeluaran konsumsi pemerintah yang positif berdampak pada kepercayaan masyarakat untuk meningkatkan konsumsi. Kondisi ini tecermin pada tren kontraksi pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang mengecil, dari negatif 5,52 persen secara tahunan pada triwulan II-2020 menjadi negatif 4,05 persen secara tahunan pada triwulan III-2020 dan negatif 3,61 persen secara tahunan pada triwulan IV-2020.
Airlangga mengatakan, tren perbaikan ekonomi akan terus dijaga dengan memperbaiki sisi permintaan dan penawaran. Pemerintah menyiapkan beberapa strategi yang difokuskan untuk mempertahankan daya beli masyarakat menengah bawah melalui program perlindungan sosial serta meningkatkan produktivitas usaha melalui dukungan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Pemerintah menyiapkan beberapa strategi yang difokuskan untuk mempertahankan daya beli.
Untuk menjaga momentum pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi, pemerintah akan menjalankan program vaksinasi sesuai jadwal dan mengendalikan pandemi Covid-19 lebih optimal. Implementasi protokol kesehatan juga akan melibatkan aparat keamanan di tingkat pusat ataupun daerah.
”Pemerintah akan melibatkan Babinsa, Babinkamtibnas, Satpol PP, dan TNI/Polri dalam operasi yustisi protokol kesehatan,” kata Airlangga.
Proyeksi 2021
Airlangga menambahkan, tren perbaikan ekonomi akan terus dijaga. Pada 2021, pertumbuhan ekonomi diproyeksi berkisar 4,5-5,5 persen, dengan catatan perekonomian triwulan I-2021 bisa tumbuh 1,6-2,1 persen. Pertumbuhan positif ditopang konsumsi rumah tangga dan investasi.
”Kontraksi ekonomi diupayakan berbalik arah ke jalur positif. Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2021 ditargetkan bisa tumbuh 1,3-1,8 persen,” ujar Airlangga.
Kontraksi ekonomi diupayakan berbalik arah ke jalur positif.
Untuk membalikkan laju pertumbuhan menjadi positif, faktor pengungkit yang bersumber dari konsumsi rumah tangga harus diperbaiki. Daya beli masyarakat kelas menengah bawah tetap diberi stimulasi program bantuan sosial, sedangkan kelas atas didorong melalui program vaksinasi dan pengendalian Covid-19.
Dihubungi terpisah, Jumat, ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Wisnu Wardhana, berpendapat, beberapa indikator utama merefleksikan keberlanjutan pemulihan ekonomi pada 2021. Salah satunya, Indeks Manajer Pembelian (PMI) sektor manufaktur yang meningkat dari 51,3 pada Desember 2020 menjadi 52,2 pada Januari 2021.
Namun, menurut Wisnu, pertumbuhan ekonomi triwulan I-2021 berpotensi masih negatif. Hal ini dipengaruhi kebijakan pemerintah yang masih menerapkan pembatasan kegiatan, terutama di Jawa dan Bali. Pembatasan kegiatan akan menahan mobilitas penduduk dan aktivitas ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2021 berpotensi masih negatif.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyebutkan, kontraksi pertumbuhan Indonesia pada 2020 merupakan yang terdalam sejak 1998, yakni negatif 13,13 persen. Tantangan terberat untuk membalikkan arah pertumbuhan ekonomi tahun ini adalah pengendalian kasus Covid-19. Selama Covid-19 belum bisa dikendalikan, aktivitas ekonomi akan terus tertahan.
”Semua pihak optimistis perekonomian 2021 akan lebih baik dari 2020. Namun, hanya dengan program vaksinasi dan kepatuhan masyarakat aktivitas ekonomi dapat bisa kembali bergerak,” kata Suhariyanto.