Jawa Timur Berharap Kembali pada Kampung Tangguh Semeru
Pandemi Covid-19 di Jawa Timur tidak juga mereda meski berbagai cara telah ditempuh. Keandalan masyarakat lewat Kampung Tangguh Semeru kembali jadi tumpuan penanganan sehingga akan ada penambahan dan pengoptimalan peran.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·5 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 di Jawa Timur tidak juga mereda meski berbagai cara telah ditempuh. Jawa Timur kembali berharap pada keandalan masyarakat melalui Kampung Tangguh Semeru yang akan ditambah. Keterlibatan publik diandalkan agar penanganan tetap simultan dan diharapkan berdampak positif.
Kampung Tangguh Semeru (KTS) merupakan program yang diinisiasi aparatur terpadu di Jatim sejak pertengahan 2020. Adapun wabah pertama kali menyerang Jatim pada 17 Maret 2020 saat pengumuman enam warga Surabaya dan dua warga Malang dinyatakan positif Covid-19.
Sejak saat itu, berbagai cara ditempuh untuk penanganan pandemi, di antaranya sosialisasi agar masyarakat berpelindung diri (masker, sarung tangan, face shield), mengonsumsi makanan minuman bergizi dan bervitamin, rutin cuci tangan atau memakai penyanitasi (hand sanitizer), serta menghindari kontak dekat dengan orang dan kerumunan.
Saat inilah masyarakat memerlukan figur atau sosok yang dapat memberi contoh baik. (Bagong Suyanto)
Aparatur terpadu melalui Satuan Tugas Covid-19 menyediakan sarana serta menyusun dan melaksanakan strategi, misalnya pembatasan sosial berskala besar (PSBB), Jatim membentuk KTS, meningkatkan program 3T (tes, telusur, tindakan), operasi yustisi protokol kesehatan, dan yang masih berlangsung ialah pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang dianggap sebagai modifikasi atau mekanisme lebih longgar dari PSBB.
PPKM berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama kurun 11-25 Januari 2021 dan kedua 26 Januari-8 Februari 2021. Tahap kedua berakhir empat hari lagi.
Khusus untuk KTS, saat ini tercatat 2.690 anggota Polri sebagai penanggung jawab dan berstatus bintara pembina keamanan dan ketertiban masyarakat (bhabinkamtibmas). Anggota tetap mendapat pengawasan, pengarahan, dan komando atasan di sektor (kecamatan), resor (kabupaten/kota), dan daerah (provinsi).
Di Jatim, konsep tangguh dengan penerapan protokol kesehatan secara disiplin dan ada keberadaan Satgas Covid-19 juga diaplikasikan di 44 mal/pusat belanja, 16 pondok pesantren, 48 objek wisata, 64 industri atau pabrik, dan 175 terminal. Di Surabaya, telah ada KTS Wani Jogo Suroboyo di 1.360 rukun warga (RW).
Menurut Kepala Polda Jatim Inspektur Jenderal Nico Afinta di Surabaya, Kamis (4/1/2021), jumlah KTS akan ditingkatkan menjadi 3.500 lokasi guna membantu menekan pandemi Covid-19. Penambahan diupayakan ditempuh dalam dua pekan dan lebih diutamakan di daerah yang sampai saat ini berstatus zona merah atau risiko tinggi penularan, yakni Kabupaten Madiun dan Kabupaten Trenggalek.
”Kampung Tangguh Semeru menjadi garda depan penanganan Covid-19 dan diharapkan menekan situasi atau meredakan pandemi,” kata Nico.
Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin yang dihubungi terpisah mengatakan mendukung penambahan KTS untuk mempercepat penanganan Covid-19 di daerah. Saat ini, di Trenggalek telah ada 60 KTS yang dirintis oleh Kepolisian Resor Trenggalek Bersama TNI setempat.
Harapan besar kembali pada KTS salah satunya karena program ini sebenarnya sudah ada ketika awal wabah menyerang. Konsep KTS pada prinsipnya memodifikasi kemandirian kampung (masyarakat) dalam menangani masalah.
Di era kemajuan teknologi informasi saat ini, hampir setiap RT memiliki grup di Whatsapp untuk koordinasi dan komunikasi. Warga juga menjadi masyarakat digital dalam berbagai grup media sosial untuk berbagi informasi. Saat pandemi, KTS sempat berjalan, tetapi perannya mengendur atau beberapa tidak aktif.
Guru besar Sosiologi Universitas Airlangga, Surabaya, Bagong Suyanto mengatakan, kalangan masyarakat telah memasuki masa kelelahan atau keletihan. Situasi ini bisa mengakibatkan munculnya pengabaian atau acuh tak acuh. Boleh jadi sudah banyak yang masa bodoh sehingga enggan terlibat lagi secara kolektif dalam penanganan pandemi.
”Saat inilah, masyarakat memerlukan figur atau sosok yang dapat memberi contoh baik,” kata Bagong.
Masalahnya, pejabat teras mungkin belum memberikan contoh yang baik selama penanganan pandemi. Misalnya, sosialisasi agar masyarakat disiplin protokol kesehatan tetapi dalam acara bersepeda dan atau tetap berkerumun. Terjangkitnya kalangan pejabat tinggi di pusat (menteri dan kepala badan), gubernur, bupati/wali kota, dan pejabat TNI/Polri menimbulkan pertanyaan, seperti apa mereka menerapkan disiplin protokol kesehatan.
Di Surabaya, KTS didorong untuk aktif kembali. Hal ini memperlihatkan secara nyata bahwa memang dalam kurun waktu tertentu peran KTS menurun. Padahal, KTS amat bermanfaat bukan sekadar ketika penanganan masalah kesehatan dalam pandemi saat ini, melainkan juga untuk mengantisipasi potensi masalah lain, yakni bencana, gangguan ketertiban dan keamanan, serta saat helatan besar politik, yakni pemilihan umum.
Secara konsepsi, KTS Wani Jogo Suroboyo amat ideal. KTS ditopang oleh empat pilar, yakni Satgas Wani Sehat, Satgas Wani Sejahtera, Satgas Wani Jogo, dan Satgas Wani Ngandani. Hal ini sesuai dengan Peraturan Wali Kota Surabaya Nomor 28 Tahun 2020 tentang Pedoman Tatanan Normal Baru pada Kondisi Pandemi Covid-19 di Surabaya.
Satgas Wani Sehat memantau kalangan masyarakat yang terjangkit atau dicurigai terjangkit Covid-19 dan mendata warga yang pernah kontak dekat dengan pasien. Satgas Wani Sejahtera mengidentifikasi warga kurang mampu terdampak Covid-19 agar mendapat bantuan sekaligus pasien yang sedang isolasi mandiri menerima bantuan permakanan.
Satgas Wani Jogo berjaga di akses, memastikan pasien isolasi mandiri tidak keluar sampai diizinkan, dan memaksimalkan sarana kebersihan, misalnya penyemprotan rutin disinfektan. Satgas Wani Ngandani terus sosialisasi kepada warga dan melaporkan ke instansi berwenang tentang penanganan dan pencegahan Covid-19.
Pelaksana Tugas Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana mengatakan akan terus mendorong keaktifan KTS untuk percepatan penanganan pandemi.
”Kampung Tangguh Semeru telah menjadi bagian integral dalam penanganan pandemi sehingga keaktifan perlu dipelihara dan ditingkatkan,” kata Whisnu.
Mengutip laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/ oleh Pemprov Jatim, sampai dengan Kamis ini, Covid-19 secara akumulatif telah menjangkiti 115.071 orang. Sebanyak 99.975 orang telah sembuh. Wabah mengakibatkan kematian 7.977 jiwa. Saat ini, 7.119 orang dalam perawatan. Dari data ini, tingkat kematian di Jatim 6,9 persen, sedangkan kesembuhan 86,9 persen.
Enam hari terakhir, penambahan pasien baru mencapai 4.968 orang atau rerata harian 828 orang. Akumulasi kesembuhan 5.578 orang atau 930 orang per hari. Kematian sebanyak 288 jiwa atau rerata harian 48 jiwa. Pengurangan jumlah pasien dirawat dari 8.008 orang ke 7.119 orang atau 889 orang yang setara 149 orang per hari.
Perubahan yang membaik ini terjadi menjelang berakhirnya tahap kedua PPKM di Surabaya, Sidoarjo, Gresik (Surabaya Raya), Kota dan Kabupaten Malang, Batu (Malang Raya), Kota dan Kabupaten Madiun, Magetan, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Kota dan Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri, Tuban, serta Pamekasan.