E-dagang Berperan Atasi Kesenjangan Adopsi Digital
Penyedia layanan penjualan di platform digital merangkul usaha mikro, kecil, dan menengah untuk memanfaatkan layanan penjualan daring.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tingkat digitalisasi usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM lebih rendah daripada usaha skala besar. Penyedia jasa perdagangan secara elektronik dapat mengatasi kesenjangan tersebut melalui pendekatan strategi yang berbeda.
Perbedaan antara tingkat digitalisasi UMKM dan usaha besar muncul dalam riset berjudul ”Percepatan Ekonomi Digital Indonesia melalui eCommerce” yang merupakan hasil wawancara dengan pebisnis. Lazada Indonesia dan YCP Solidiance meluncurkan studi ini, Kamis (17/12/2020).
Dalam studi tersebut, 13 persen responden UMKM tergabung dalam e-dagang. Adapun 83 persen responden UMKM menyatakan, digitalisasi penting dalam berbisnis.
Partner&Head YCP Solidiance Indonesia Gervasius Samosir menyatakan, e-dagang perlu memperkuat peran untuk menyokong digitalisasi UMKM melalui penguasaan teknologi, pemanfaatan akses pasar dengan strategi promosi dan pemasaran digital, akses pendanaan dan sistem pembayaran, penyediaan komunitas dan pelatihan, hingga data yang siap diutilisasi untuk pengembangan bisnis. ”E-dagang dapat merangkul UMKM menggunakan platformnya dan menerapkan konversi dari (berjualan) fisik ke daring (dalam jaringan),” ujarnya.
E-dagang dapat merangkul UMKM menggunakan platformnya dan menerapkan konversi dari (berjualan) fisik ke daring (dalam jaringan).
UMKM yang sudah terdigitalisasi merasakan manfaat kehadiran e-dagang. Sebanyak 65 persen dari UMKM yang belum terdigitalisasi merasakan tantangan dalam logistik dan 77 persen menghadapi permasalahan dalam memasarkan produk. Sebaliknya, 92 persen UMKM yang sudah terdigitalisasi merasakan e-dagang memudahkan logistik penjualan produk serta 94 persen UMKM menikmati perkembangan penjualan karena promosi dari e-dagang.
Di sisi lain, 100 persen dari responden usaha besar telah terdigitalisasi. Sekitar 55 persen usaha besar sudah memasuki tahap transformasi digital. Tahap tersebut berarti strategi bisnis, keterampilan utama, dan manajemen organisasinya berorientasi pada ekonomi digital.
Dalam usaha besar, Gervasius menyoroti pebisnis lokal yang tertinggal dari perusahaan multinasional. Ketimpangan infrastruktur teknologi dan kapabilitas logistik menyebabkan kesenjangan tersebut.
Oleh sebab itu, e-dagang dapat menjadi katalisator bagi usaha besar untuk berada di tingkat transformasi digital. Misalnya, dengan menyediakan perkiraan distribusi berbasis analisis data yang dapat mengefisienkan dan mengefektifkan logistik. E-dagang juga dapat menyediakan teknologi yang mendukung kepuasan konsumen dalam berbelanja.
Dalam kesempatan yang sama, Staf Ahli Menteri Bidang Transformasi Digital, Kreativitas, dan Sumber Daya Manusia Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Mira Tayyiba menyoroti pertumbuhan transaksi di e-dagang selama pandemi Covid-19. Dampaknya, e-dagang mesti berperan dalam memitigasi risiko, khususnya yang berkaitan dengan perlindungan data dan konsumen, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap ekosistem ekonomi digital terbangun.
Pemerintah juga meninjau paradoks digital yang tengah mengemuka saat pandemi. ”Ekonomi digital dapat mendorong kesejahteraan. Di sisi lain, pelaku usaha yang tidak bisa mengaksesnya akan tertinggal sehingga menimbulkan kesenjangan. Oleh sebab itu, e-dagang diupayakan menjadi lokomotif yang dapat membawa masyarakat mengadopsi teknologi digital,” katanya.
Ekonomi digital dapat mendorong kesejahteraan. Di sisi lain, pelaku usaha yang tidak bisa mengaksesnya akan tertinggal sehingga menimbulkan kesenjangan.
Anggota Dewan Pembina Asosiasi E-commerce Indonesia, Rudiantara, menilai, penguatan ekosistem e-dagang juga membutuhkan pengembangan transaksi, khususnya sistem pembayaran digital. Dengan demikian, e-dagang dan inklusi keuangan dapat saling melengkapi.
Chief Marketing Officer Lazada Indonesia Monika Rudijono menyatakan, Lazada menyediakan fasilitas asistensi konversi dari berjualan secara fisik ke daring. ”Kami berupaya melatih mereka dan memberikan akses terhadap pembiayaan. Seiring dengan bertumbuhnya bisnis mereka, pelatihannya akan makin canggih,” katanya. (JUD)