Transisi energi dari energi fosil menuju energi bersih dan terbarukan akan terus terjadi. Perusahaan yang bisnis intinya mengembangkan migas mulai melirik pengembangan energi terbarukan.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Medco Energi Internasional Tbk menargetkan pembangunan pembangkit listrik dari energi bersih dan terbarukan dengan kapasitas terpasang 5.000 megawatt pada 2025. Sumber energi terbarukan dari panas bumi menjadi prioritas bagi perusahaan. Meski bisnis inti minyak dan gas bumi, Medco akan fokus pada pengembangan energi terbarukan.
Hingga 2019, kapasitas terpasang pembangkit listrik yang dioperasikan Medco, termasuk yang sudah terkontrak, mencapai 3.796 megawatt (MW). Jenis pembangkit listrik tersebut, selain dari panas bumi, adalah dari gas bumi dan minihidro. Eksplorasi panas bumi di Ijen, Jawa Timur, berhasil mendapatkan potensi 110 MW.
Menurut Direktur Utama Medco Energi Internasional Hilmi Panigoro, transisi atau peralihan dari energi fosil ke energi bersih dan terbarukan di Indonesia akan berlangsung secara bertahap. Pemanfaatan energi listrik, yang merupakan jenis energi final yang sampai ke konsumen, diperkirakan semakin banyak digunakan di masa mendatang. Tantangannya adalah bagaimana menghasilkan listrik dari sumber yang bersih dan terbarukan.
”Sekian belas tahun lalu kami sudah memulai pengembangan energi terbarukan. Meski bisnis utama perusahaan adalah produksi minyak dan gas bumi, Medco akan fokus pada pengembangan energi baru dan terbarukan,” kata Hilmi dalam jumpa wartawan secara virtual, Selasa (8/12/2020).
Pemanfaatan energi listrik akan semakin banyak di masa mendatang. Tantangannya adalah bagaimana menghasilkan listrik dari sumber yang bersih dan terbarukan.
Direktur Utama Medco Power Indonesia, anak usaha Medco Energi, Eka Satria menambahkan, proyek energi terbarukan pertama kali yang berhasil dikembangkan perusahaan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla dengan kapasitas 330 MW. Tender Sarulla yang ada di Sumatera Utara dimenangkan pada tahun 2006 dan mulai beroperasi secara komersial pada 2017. PLTP Sarulla adalah PLTP dengan kapasitas terpasang terbesar di dunia.
”Kami juga merambah sumber energi bersih lainnya, seperti minihidro dan tenaga surya. Pada 2012, Medco menandatangani perjanjian jual beli tenaga listrik untuk pembangkit listrik tenaga minihidro sebesar 9 MW di Cianjur, Jawa Barat,” ujar Eka.
Adapun pemanfaatan energi bersih lainnya untuk pembangkit listrik, yang sedang dikembangkan Medco Power Indonesia, adalah gas bumi. Pada 2017, Medco menandatangani perjanjian jual beli tenaga listrik untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Riau dengan kapasitas 275 MW. Selain itu, pada September lalu, Medco Power Indonesia menjalin kerja sama dengan Kansai Electric Power Company dari Jepang.
”Aliansi dengan Kansai Electric akan memperkuat kapabilitas Medco Power untuk dapat terus mengembangkan bisnis pembangkit listrik tenaga gas serta jasa operasi dan pemeliharaan di Indonesia melalui penerapan teknologi terkini dengan standar internasional yang tinggi,” kata Eka.
Indonesia masih memiliki peluang memperbaiki produksi minyak lantaran masih ada 68 cekungan yang sama sekali belum dieksplorasi potensinya.
Sementara itu, menyinggung bisnis migas domestik, Hilmi menyatakan dukungan sepenuhnya terhadap program pemerintah untuk target produksi minyak bumi sebanyak 1 juta barel per hari pada 2030. Hal yang wajib dilakukan untuk mencapai target tersebut adalah menggiatkan eksplorasi, menerapkan metode pengurasan minyak tingkat lanjut (EOR), dan segera memproduksi minyak dari lapangan yang sudah terbukti cadangannya.
”Selain itu, melihat kondisi lapangan minyak di Indonesia yang umurnya sudah sangat tua, yang bisa dilakukan adalah bagaimana mencegah penurunan produksi agar tidak semakin besar. Tentu saja pencarian sumber cadangan baru harus tetap dilakukan,” kata Hilmi.
Sebelumnya, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menyatakan, Indonesia masih memiliki peluang memperbaiki produksi minyak lantaran masih ada 68 cekungan yang sama sekali belum dieksplorasi potensinya.
Beberapa strategi yang disiapkan pemerintah demi mencapai target produksi 1 juta barel per hari pada 2030 adalah meningkatkan produksi minyak di lapangan yang sudah ada, mengakselerasi status potensi migas menjadi cadangan terbukti, penerapan EOR, serta menggiatkan eksplorasi untuk menemukan sumber cadangan migas baru berskala besar.
”Kami sangat membutuhkan dukungan dan kerja sama dari semua pemangku kepentingan untuk mencapai target produksi pada 2030,” ujar Dwi.