Hindari Tempat Tertutup, Warga Pilih ”Nongkrong” di Luar Ruangan
Minat masyarakat untuk makan dan berbelanja di luar rumah cenderung meningkat. Namun, masyarakat masih menghindari tempat-tempat yang terlalu tertutup untuk menghindari penularan penyakit.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Minat masyarakat untuk makan dan berbelanja di luar rumah meningkat setelah adaptasi kebiasaan baru di pandemi Covid-19 dijalankan beberapa bulan terakhir. Kendati demikian, sebagian masyarakat masih menghindari tempat-tempat yang terlalu tertutup, seperti mal, untuk menghindari penularan penyakit.
Kamis (5/11/2020) siang, salah satu gerai restoran makanan khas Italia di Serpong, Tangerang, Banten, tampak ramai pengunjung. Segerombolan keluarga dan beberapa orang menunggu di luar gerai untuk menanti giliran makan.
Riyandi Prakarsa (35), kepala keluarga yang membawa empat anggota keluarga, mengatakan, mereka ingin bersantap siang dengan makanan favorit. Mereka pun rela antre selama hampir setengah jam.
”Kami pilih tempat ini karena lebih praktis, ya. Turun mobil bisa langsung duduk dan makan. Kalau di mal, kita masuk lewatin banyak gerai atau lantai dan papasan dengan banyak orang,” kata warga Serpong tersebut.
Pertimbangan itu tidak lain untuk menghindari penularan Covid-19 yang masih relatif tinggi di Tangerang Selatan, termasuk di wilayah Serpong. Kota tersebut saat ini masih menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), antara lain, melalui pembatasan kapasitas kunjungan dan protokol kesehatan di tempat usaha.
Di lokasi yang sama, Renny Wulandari yang pergi ke gerai dengan tiga orang anggota keluarganya mengaku merasa lebih aman nongkrong di area pertokoan daripada mal yang banyak bertebaran di wilayah Tangerang Selatan.
”Saya dan keluarga setiap akhir pekan mulai sering nongkrong di luar. Tapi, saya pilih-pilih tempat juga kalau mau ajak anak. Misalnya, kalau makan, cari yang ada tempat makan di luar ruangan atau di pertokoan seperti ini,” ujarnya.
Pekerja lepas di Jakarta, seperti Radiyan (28), yang sebelum pandemi sering ke restoran di mal untuk bekerja, kini juga lebih senang bekerja di tempat terbuka. ”Kalaupun ke mal, saya mencari tempat makan yang ada balkonnya,” ujarnya.
Dewan Penasihat Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Tutum Rahanta, mengatakan, gerai yang berdiri sendiri atau terpisah dari pusat perbelanjaan telah diminati dalam 4-5 tahun terakhir.
Kini, pilihan gerai yang berdiri sendiri kian dipertimbangkan oleh pemilik usaha. Selain karena alasan fleksibilitas waktu operasional dan biaya yang lebih hemat dalam jangka panjang, situasi pandemi meningkatkan tren gaya hidup luar ruangan di kalangan masyarakat (Kompas, 5/11/2020).
Namun, tidak semua ritel makanan dan minuman cocok dengan konsep gerai berdiri sendiri atau gerai di lokasi terbuka. ”Keputusan itu sangat bergantung pada lokasi dan kondisi peritel. Di sisi lain, saat ini peritel lebih fokus untuk bisa bertahan di masa pandemi,” katanya.
Perubahan konsep ritel untuk mengikuti tren pandemi tidak bisa serta-merta diadaptasi jaringan restoran Eatwell Cullinary Group, di bawah PT Panca Boga Paramita. Chief Operation Officer Eatwell Culinary Group Bernt Hanlee Ramli mengatakan, secara umum, jaringan mereka masih berada di mal.
”Untuk sektor kami dan segmentasi pasar, memang masih sangat terimbas. Situasi ini diharapkan dapat berangsur pulih. Kami masih dalam masa pemulihan,” katanya saat dihubungi hari ini.
Eatwell Culinary membuka beberapa brand restoran dengan konsep casual dining di pusat perbelanjaan, sebut saja Ta Wan, Ichiban Sushi, Eat n Eat, dan Dapur Solo. Akibat penutupan mal, kinerja mereka pun terdampak. Situasi ini membuat salah satu restoran mereka, Ta Wan, harus melakukan pemasaran turun ke jalan.
Inovasi mal
Di sisi lain, inovasi pengelola pusat perbelanjaan untuk menciptakan ruang-ruang komersial dengan konsep terbuka dan semiterbuka diharapkan bisa membantu peritel yang masih kesulitan mendatangkan pelanggan.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja menyampaikan, pusat perbelanjaan dengan konsep semiterbuka atau terbuka mendapat kunjungan cukup tinggi di masa pandemi Covid-19.
”Ada beberapa pusat perbelanjaan dengan konsep terbuka yang tingkat kunjungannya 10-20 persen lebih tinggi dibandingkan dengan masa sebelum pandemi. Contoh, pusat komersial di BSD City, Tangerang, yang tingkat kunjungannya naik 10-20 persen dibandingkan masa sebelum pandemi,” katanya, Rabu (4/11/2020).
Pusat perbelanjaan seperti Lippo Mal Puri di Jakarta Barat, sejak September lalu, juga mencoba menarik minat pengunjung dengan menghadirkan fasilitas Park and Dine. Inovasi itu menyulap area parkir terbuka di lantai atas gedung menjadi tempat pengunjung mengambil pesanan makanan.
Dengan fasilitas tersebut, pengunjung mal dapat meminimalkan kontak dengan orang lain dan tetap dapat menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 saat keluar rumah.