Selain disebut menyerap 15.000 pekerja, pabrik gula baru yang diresmikan Presiden Joko Widodo di Bombana, Sulawesi Tenggara, itu diharapkan mampu mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap gula impor.
Oleh
ANITA YOSSIHARA/ SYAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
BOMBANA, KOMPAS — Pabrik gula baru dengan investasi senilai Rp 5 triliun di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, disebut mampu menyerap hingga 15.000 tenaga kerja. Selain itu, keberadaan pabrik gula itu juga diharapkan dapat memenuhi kekurangan kebutuhan gula yang mencapai 3,7 juta ton per tahun.
Pabrik gula tersebut diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Kamis (22/10/2020). Presiden hadir bersama Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi.
Presiden mengapresiasi pengoperasian pabrik gula milik PT Prima Alam Gemilang tersebut.
Pasalnya, di tengah situasi ekonomi yang tidak menentu seperti sekarang ini, sebagian besar pengusaha memilih menunggu perkembangan, tidak berpikir untuk berinvestasi, apalagi membuka usaha baru. ”Ini sebuah keberanian. Keberanian membuka sebuah investasi dan usaha di tempat ini. Ini yang harus kita apresiasi dan hargai,” kata Presiden dalam sambutannya.
Apalagi, pembukaan pabrik gula dengan kapasitas produksi terbesar di Indonesia itu mampu menyerap hingga 15.000 tenaga kerja. Presiden mengatakan, hal itu merupakan bukti nyata bahwa investasi akan membuka kesempatan kerja bagi masyarakat.
”Membuka industri, membuka pabrik gula, dan yang paling penting membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Ini poin yang paling penting yang ingin saya garis bawahi,” tutur Presiden.
Pabrik gula yang dibangun sejak tahun 2016 itu dirancang menggunakan teknologi canggih dengan kapasitas giling hingga 12.000 TCD (ton cane per day). Untuk memenuhi bahan baku produksi, pabrik memanfaatkan tebu dari area inti plasma dengan luas lebih dari 20.000 hektar.
Selain membuka lapangan kerja baru, keberadaan pabrik gula itu juga diharapkan dapat memenuhi kekurangan kebutuhan komoditas gula yang mencapai 3,7 juta ton per tahun. Dengan begitu, ketergantungan Indonesia terhadap impor gula bisa berkurang.
Jembatan Teluk Kendari
Selain meresmikan pabrik gula, Presiden Joko Widodo juga meresmikan Jembatan Teluk Kendari, di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Jembatan sepanjang 1,34 kilometer itu mulai dibangun pada 2015 dengan total biaya hingga Rp 800 miliar.
Presiden menyampaikan lamanya waktu pengerjaan dan besarnya anggaran yang dikeluarkan sebanding dengan manfaat yang akan dirasakan masyarakat.
Keberadaan jembatan yang menghubunglan kawasan Pelabuhan Kota Lama dengan Pulau Bungkutoko dan Kecamatan Poasia akan lebih memudahkan mobilitas orang dan barang. Masyarakat yang sebelumnya harus menumpang feri untuk menyeberangi Teluk Kendari atau berkendara memutari teluk sejauh 20 kilometer, kini cukup melintasi jembatan tersebut. Waktu tempuh pun menjadi lebih singkat, dari sebelumnya 30-40 menit menjadi 5 menit.
Kemudahan akses akan membuat mobilitas barang, jasa, dan manusia menjadi semakin efisien. ”Dengan demikian, daya saing akan semakin meningkat sehingga Sulawesi Tenggara, khususnya Kota Kendari, menjadi semakin menarik untuk pengembangan usaha-usaha baru,” ujar Presiden saat menyampaikan sambutan dalam peresmian Jembatan Teluk Kendari.
Presiden yang hadir bersama Sekretaris Kabinet Pramono Anung dan Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi menyampaikan, Jembatan Teluk Kendari dibangun untuk mendukung kawasan Konawe dan Pelabuhan Bungkutoko yang akan dikembangkan sebagai kawasan industri, pelabuhan baru, dan permukiman baru.
Nilai tambah
Dalam kesempatan itu Presiden juga kembali mengingatkan bahwa semua proyek infrastruktur yang dibangun, baik jalan tol, bandar udara, jembatan, maupun pelabuhan, harus memiliki nilai tambah. Selain bisa mengintegrasikan kawasan-kawasan industri, proyek infrastruktur juga harus terintegrasi dengan kawasan pertanian, perkebunan, dan lainnya.
”Dengan begitu, akan betul-betul memberikan daya ungkit produktivitas dan daya saing, juga memunculkan sentra-sentra pertumbuhan ekonomi yang baru. Tentu saja kita harapkan dapat memunculkan lapangan pekerjaan pekerjaan yang lebih banyak,” kata Presiden.
Jembatan Teluk Kendari, yang juga tampak menarik dari sisi arsitekturnya, dinilai dapat menjadi kebanggaan masyarakat sebagai ikon baru Kota Kendari.
Wali Kota Kendari Sulkarnain menyampaikan, Jembatan Teluk Kendari merupakan hasil kerja keras bersama yang menjadi kebanggaan warga Kendari dan Sultra secara luas.
Selain menghadirkan keadilan bagi masyarakat dengan pembangunan yang merata, jembatan ini juga dipercaya bisa meningkatkan perekonomian secara luas. Sebab, jembatan membuat akses perjalanan jadi efisien dan efektif. Fasilitas ekonomi di wilayah Bungkutoko akan semakin lancar dan mudah. Sektor pariwisata di wilayah Kota Lama, yang berbatasan dengan Kabupaten Konawe, juga semakin berkembang.