Teknologi Finansial Mudahkan Pembiayaan Pendidikan
Pandemi Covid-19 membuat kebutuhan siswa tidak hanya buku, tetapi juga gawai atau laptop guna menunjang proses belajar. Sebagai upaya memenuhi kebutuhan itu, Pintek menghadirkan program cicilan pembiayaan pendidikan.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan teknologi finansial di sektor pendidikan, Pintek, menghadirkan Pintek Instant yang merupakan program baru dari Pintek Student untuk memberikan kemudahan dalam pembiayaan pendidikan. Program ini memungkinkan orangtua dan siswa mencicil biaya pendidikan.
Cicilan dapat dilakukan mulai dari pendidikan anak usia dini hingga pendidikan tinggi. Tidak hanya untuk pembayaran sumbangan pembinaan pendidikan atau uang pangkal sekolah, program cicilan Pintek Instant juga dapat digunakan untuk semua tagihan sekolah, antara lain uang buku, e-learning (membeli gawai, tablet, atau laptop), wisuda, dan skripsi.
Co-Founder dan Direktur Utama Pintek Tommy Yuwono menyampaikan, Pintek Instant mempunyai limit pinjaman hingga Rp 5 juta dengan tenor mulai dari 30 hari (bunga nol persen) sampai 3 bulan (bunga 2,19 persen). Syarat pengajuan yang diperlukan hanya kartu tanda penduduk dan pencairan pun dapat dilakukan dalam 1 jam.
”Pintek Instant diharapkan dapat membantu orangtua dalam memberikan pendidikan terbaik bagi anak. Kami mengundang seluruh lembaga pendidikan untuk bekerja sama dalam memberikan fasilitas ini ke seluruh orangtua murid serta bermitra dengan perusahaan education technology,” katanya, Kamis (15/10/2020).
Tommy menyampaikan paparannya dalam diskusi daring peluncuran Pintek Instant bertema ”Kontribusi Fintech terhadap Pendidikan di Indonesia”. Dalam enam bulan ke depan, ditargetkan ada 5.000 peminjam baru dari siswa-siswi di berbagai sekolah.
Dari 2018 hingga September 2020, Pintek yang terdiri dari Pintek Student dan Pintek Institution telah bekerja sama dengan 140 institusi pendidikan. Ada lebih dari 3.000 peminjam yang sudah disalurkan di 20 provinsi Indonesia.
”Lebih dari 50 persen peminjam adalah peminjam pertama kali dan yang lainnya merupakan peminjam kedua. Artinya, masyarakat Indonesia ingin mencoba pendanaan ini dan masuk ke inklusivitas keuangan,” ujar Tommy.
Pintek Instant, kata Tommy, akan terus berinovasi dalam menjawab tantangan pendidikan di Indonesia. Ke depannya juga terbuka peluang untuk meningkatkan limit pinjaman dan perpanjangan tenor.
Perwakilan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Tiar Sidabutar menyambut baik adanya program Pintek Instant yang berfokus pada pembiayaan pendidikan. Menurut dia, belum banyak perusahaan teknologi finansial yang berfokus dalam pendidikan.
”Di tengah pandemi Covid-19 di mana para siswa harus belajar dari rumah, tentu digitalisasi menjadi kebutuhan bagi mereka. Sektor pendidikan pun semakin membutuhkan pendanaan yang mudah diakses, salah satunya dapat melalui Pintek Instant,” kata Tiar.
Lebih lanjut, Tiar menyampaikan, kebutuhan pendanaan dengan akses yang mudah dan cepat memang semakin meningkat. Dari data AFPI tercatat, hingga Agustus 2020, akumulasi transaksi pemberi pinjaman 105,42 juta transaksi, sementara peminjam mencapai 156,62 juta transaksi.
Generasi emas
Berdasarkan Laporan ISEAS-Yusof Ishak Institute, Teaching and Learning During School Closure: Lessons from Indonesia (Agustus 2020) dan Studi LIPI bersama Lembaga Demografi FEB UI (Mei 2020), hampir 69 juta siswa kehilangan akses pendidikan dan pembelajaran saat pandemi. Hanya 40 persen masyarakat yang memiliki akses internet yang mampu mendukung pembelajaran.
Kondisi ini juga semakin menjadi tantangan karena 17 persen buruh atau karyawan di Indonesia mengalami pemutusan hubungan kerja dan 57 persen mengalami penurunan pendapatan. Adapun sekitar 68 persen buruh atau karyawan mengandalkan pendapatan yang terdampak sebagai sumber mata pencarian utama.
Sementara itu, Kementerian Ketenagakerjaan menargetkan ada 99.905 tenaga kerja yang ditingkatkan kompetensinya pada 2020 dan 139.761 tenaga kerja untuk 2021. Penyerapan tenaga kerja ditargetkan mencapai 2 juta pekerja pada 2021.
Tommy mengatakan, pengelolaan finansial menjadi salah satu masalah utama dan sorotan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia, khususnya selama pandemi Covid-19. Meski begitu, kita harus tetap menyiapkan bonus demografi menjadi generasi emas.
”Kami ingin turut menjadi pendorong bagi pertumbuhan sektor pendidikan di Indonesia melalui Pintek. Sebab, pendidikan merupakan sebuah kunci dalam menciptakan SDM unggul yang mampu menghadapi tantangan di masa yang akan datang,” kata Tommy.
Secara terpisah, Direktur Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan Nisa Felicia menyampaikan, untuk mencapai generasi emas, semua rakyat harus mampu mengakses pendidikan berkualitas. Menurut dia, kita tidak dapat hanya mengandalkan pemerintah karena pemerintah juga belum cukup terlatih untuk cepat merespons pendidikan di masa darurat berskala nasional.
”Jadi, gotong royong berbagai pihak, misalnya komunitas pendidikan, memang sangat diperlukan. Upaya PJJ (pembelajaran jarak jauh) non-internet pun langkah baik yang sudah dimulai pemerintah dan harus dikuatkan oleh berbagai komunitas di akar rumput karena negara ini besar sekali. Kasihan anak-anak kita kalau harus menunggu birokrat gerak, terlalu lambat,” kata Nisa.