Supaya Ekonomi Berjalan, Warga Surabaya Diajak Menjaga Kondusivitas Kotanya
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengajak warga turut menjaga kondusivitas kotanya agar ekonomi kota berpenduduk 3,3 juta jiwa ini kembali berjalan secara optimal dan tidak ada warga yang kehilangan pekerjaan.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengajak seluruh warga turut menjaga kondusivitas ”Kota Pahlawan”. Tujuannya agar ekonomi kota berpenduduk 3,3 juta jiwa ini kembali berjalan normal sehingga tidak ada warga yang kehilangan penghasilan.
”Pemkot Surabaya bekerja keras bagaimana membangun kota ini agar bisa dinikmati dan menjadi tujuan investasi sehingga perekonomian bisa berjalan yang akhirnya dapat membuka kesempatan kerja,” kata Risma di rumah dinas wali kota, Jalan Sedap Malam, Senin (12/10/2020).
Jika ekonomi stagnan seperti saat ini karena pandemi Covid-19, banyak warga membutuhkan peluang bekerja. Memang perekonomian di Surabaya mulai bergerak serta wajib mematuhi protokol kesehatan, tapi belum maksimal. Bahkan, banyak tempat usaha, seperti restoran, hotel, dan pabrik, serta pelaku usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) yang mengurangi pekerja.
Pengamatan Kompas, retoran, kafe, pasar, dan pusat perbelanjaan rata-rata sudah beroperasi. Namun, pengunjung masih berkisar 30-50 persen dibandingkan sebelum pandemi Covid-19.
”Sepinya pengunjung salah satu faktor pemilik gerai belum membuka tempat usaha seperti kondisi normal, semisal pegawai yang bekerja masih 50 persen dari situasi sebelum pandemi Covid-19,” kata Yanti (35), pegawai restoran di Jalan Tengglisi Mejoyo.
Menurut Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Jawa Timur Sutandi Purnomosidi, pergerakan ekonomi di Kota Surabaya terus membaik. Gerai yang sebelumnya tidak beroperasi kini hampir seluruhnya terutama di pusat perbelajaan atau mal sudah buka.
”Dengan kondisi seperti ini, pengelola mal optimistis perekonomian di Surabaya cepat pulih karena pengunjung mal saat ini sudah mencapai 60 persen terutama pada akhir pekan,” katanya.
Bisnis mulai menggembirakan dan dengan disiplin penerapan protokol kesehatan, ekonomi bisa segera kembali ke level 80 persen dari kondisi normal sebelum akhir tahun. Keadaan bisa begini karena Pemkot Surabaya gencar mengupayakan pengendalian Covid-19.
Pengunjung pusat perbelanjaan, menurut Sutandi, akhir-akhir ini semakin ramai meski memasuki kawasan pusat perbelanjaan wajib mematuhi protokol kesehatan. Pemeriksaan suhu tubuh dan wajib cuci tangan pakai sabun atau cairan serta jaga jarak tak hanya saat masuk ke mal, tetapi juga ketika hendak mengunjungi gerai.
”Bisnis mulai menggembirakan dan dengan disiplin penerapan protokol kesehatan, ekonomi bisa segera kembali ke level 80 persen dari kondisi normal sebelum akhir tahun. Keadaan bisa begini karena Pemkot Surabaya gencar mengupayakan pengendalian Covid-19,” tutur Sutandi yang mengelola pusat perbelanjaan dari Grup Pakuwon ini.
Relatif meningkat
Mulai banyak pesanan juga dialami pengusaha kue kering Diah Cookies, Diah Arfianti. ”Promosi sekaligus berjualan dalam jaringan lalu memberikan bonus untuk pembelian pada angka tertentu, cukup bisa mengangkat omzet. Penjualan relatif meningkat meski belum signifikan,” ucapnya.
Menurut Diah, dalam masa pandemi Covid-19, dirinya benar-benar menerapkan protokol kesehatan saat melakukan produksi. ”Kami justru kekurangan tenaga untuk memenuhi order. Cuma, sesuai protokol kesehatan, yakni jaga jarak, tempat produksi tidak mungkin diisi banyak orang sehingga semua anggota keluarga harus terlibat,” lanjutnya.
Kondisi Surabaya yang semakin baik, menurut Risma, perlu terus dipertahankan agar warga bisa bekerja secara normal. Untuk itu, Pemkot Surabaya terus mendorong program Kampung Wani Jogo Suroboyo yang melibatkan masyarakat agar ikut menjaga kondusivitas lingkungan di sekitar masing-masing.
”Peristiwa perusakan fasilitas umum yang dilakukan orang tak bertanggung jawab beberapa hari lalu pada Kamis (8/10/2020) tidak sampai terulang kembali,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Risma juga berharap semua warga Surabaya bisa bekerja dan berusaha dengan normal kembali, dengan berjuang agar kota ini tetap kondusif dan terjaga dengan baik.
Peristiwa perusakan fasilitas umum yang dilakukan orang tak bertanggung jawab beberapa hari lalu pada Kamis (8/10/2020) tidak sampai terulang kembali.
Di sisi lain, perempuan pertama yang menjabat Wali Kota Surabaya ini berharap kepada para orangtua agar dapat mengontrol putra-putri mereka. ”Saya berharap para orangtua dapat mengontrol putra putri. Sayang sekali kalau terjadi sesuatu kepada anak-anak, maka saya berharap warga tidak mudah terpancing dengan isu yang negatif dan menimbulkan perpecahan,” katanya.
Berangsur pulih
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, Kota Surabaya terus berangsur pulih dari pandemi Covid-19. Saat ini, 33 dari 154 kelurahan di 31 kecamatan di Surabaya sudah nol kasus Covid-19.
Berdasarkan data hingga 11 Oktober 2020, ada sebanyak 33 kelurahan yang sudah nol kasus atau tidak ada pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19. Keberhasilan ini tak lepas dari berbagai upaya yang telah dilakukan oleh jajaran Pemkot Surabaya bekerja sama dengan warganya, termasuk program pendampingan sekaligus sosialisasi penangan Covid-19 Kampung Tangguh Jogo Suroboyo.
Selain itu, pemkot juga terus memberlakukan mini-lockdown atau penguncian di suatu tempat atau gang apabila ditemukan ada yang positif Covid-19. Cara lain, melakukan pemblokiran area yang terkena Covid-19, seperti ketika di suatu gang ada yang positif, langsung dilakukan pemblokiran supaya tidak menyebar ke gang di sebelahnya.
Bahkan, menurut Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya Irvan Widyanto, operasi Tim Swab Hunter dan operasi dadakan yang selalu digelar oleh jajaran Pemkot Surabaya sangat membantu memutus mata rantai penyebaran Covid-19 ini. Untuk itu, warga terus diajak agar selalu menjaga protokol kesehatan supaya kelurahan nol kasus meningkat dan angka kesembuhan semakin banyak.
Data kasus konfirmasi kumulatif di Kota Surabaya per 11 Oktober 2020, sebanyak 4.980 kasus konfrimasi, angka kesembuhan sebanyak 13.487 kasus atau sekitar 90,02 persen. Sampai hari ini paling tidak sudah ada 172.000 orang yang sudah menjalani tes usap.