Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi tahap kedua di Jakarta menjadi harapan bagi sejumlah pelayan di rumah makan untuk kembali mendapatkan pemasukan.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembatasan sosial berskala besar atau PSBB transisi tahap kedua di Jakarta kembali memungkinkan restoran melayani makan di tempat. Kesempatan ini sekaligus menjadi harapan bagi sejumlah pekerja untuk kembali mendapatkan pemasukan.
Meski masih relatif sepi, rumah makan Sambel Plecing Jeng Kelin di Palmerah, Jakarta Barat, Senin (12/10/2020), sudah dikunjungi kembali oleh pembeli yang ingin makan di tempat. Pukul 12.00, tiga pengunjung sedang dilayani oleh Yusri (20).
Sejak Senin pagi, Yusri kembali menjadi pelayan setelah sekitar sebulan diperbantukan di dapur. Ia mengaku lega karena tugas di dapur lebih berat. Di sana, ia bertugas membuat sambal dan minuman untuk pesanan daring.
”Hari ini sudah balik (jadi pelayan) lagi. Tetapi, masih ada tiga karyawan yang pulang kampung, jadi saya masih bantu-bantu bikin minum,” katanya saat ditemui.
Sementara itu, puluhan meja dan kursi juga tertata rapi di rumah makan Bebek Kepahiang Babase Bendungan Hilir (BKB Benhil). Sejak Senin pagi, rumah makan ini siap menjamu kembali para pengunjungnya dengan ketentuan maksimal 50 persen dari kapasitas.
Selain itu, manajemen juga kembali memanggil para pelayan yang sempat dirumahkan selama PSBB lalu. ”Pelayan yang kami rumahkan sudah dipanggil lagi mulai hari ini,” kata Diah, Manajer BKB Cabang Benhil, Senin.
Lebih dari separuh pelayan terpaksa dirumahkan tanpa bayaran sejak 14 September 2020 bersamaan dengan ketentuan PSBB yang melarang aktivitas makan di tempat. Dari 13 pelayan, delapan orang dirumahkan. Lima pelayan yang tersisa bekerja dalam dua sif setiap hari.
Evaluasi penjualan
Meski delapan pelayan yang sebelumnya dirumahkan itu telah ditarik kembali, manajemen masih akan terus mengevaluasi penjualan. ”Kami akan menyesuaikan dengan target penjualan per hari. Kalau nantinya target itu tidak tercapai, kemungkinan jumlah (pelayan) akan kami turunkan lagi,” ujar Diah.
Adapun jumlah karyawan yang bertugas di dapur selama PSBB dan PSBB transisi tetap sama. Dalam satu kali sif, setidaknya lima orang yang bertugas. Peran mereka dibutuhkan untuk melayani pesanan dari layanan pesan-antar saat itu.
Kami akan menyesuaikan dengan target penjualan per hari. Kalau nantinya target itu tidak tercapai, kemungkinan jumlah (pelayan) akan kami turunkan lagi.
Meski sudah kembali melayani makan di tempat, manajemen rumah makan Saung Kito Cabang Jalan Tanjung Duren Barat, Jakarta Barat, belum menambah jumlah pelayan. Pada Senin, mereka masih mempekerjakan tiga pelayan saja.
Pihak manajemen tidak menutup kemungkinan menambah pelayan sesuai dengan situasi. ”Karena kemarin kami enggak melayani makan di tempat, pelayan di sini kami kurangi dulu,” kata Supervisor Saung Kito Tanjung Duren Okta Kurniawan.
Ia menyebutkan, pelayan di Saung Kito sebelumnya berjumlah enam orang. Semenjak PSBB, jumlahnya dipangkas menjadi tiga orang. Tiga pelayan lainnya sementara dipindahkan ke rumah makan cabang area Jabodetabek.
”Mereka dipindahkan ke rumah makan cabang yang tidak sedang melakukan PSBB. Misalnya di cabang Depok atau Tangerang Selatan,” ucap Okta.
Sejak Minggu (11/10/2020), manajemen telah membersihkan semua area makan, termasuk meja, kursi, dan saung. Tidak hanya itu, mereka juga memasang partisi plastik di antara saung-saung untuk mencegah penularan virus melalui droplet.
Masih tutup
Tidak semua resto membuka layanan makan di tempat selama PSBB transisi ini. Waroeng SS Spesial Sambal cabang Tanjung Duren Jakarta Barat misalnya. Hingga kini, mereka masih enggan melayani makan di tempat. Mereka masih membatasi layanan untuk pesanan daring dan bungkus saja.
Alasannya, manajemen masih khawatir dengan risiko penularan Covid-19 di daerah ini. Apalagi, antrean di Waroeng SS Tanjung Duren pada hari normal kerap mengular. Manajemen khawatir antrean tersebut menimbulkan kerumunan sehingga jaga jarak sulit diterapkan.
"Kami hanya ingin mengurangi kontak langsung antarpengunjung agar semuanya bisa terjaga, termasuk para karyawan kami," kata Kepala Waroeng SS cabang Tanjung Duren, Fahrozi.
Untuk menjaga kebugaran karyawannya, Fahrozi mewajibkan mereka untuk berolahraga sebelum mulai bekerja. Seperti terlihat pada Senin pagi, para karyawan melakukan senam di halaman rumah makan bersama-sama.
"Kami juga selalu menyediakan suplemen gratis kepada mereka," ujarnya.
Meski sejak April tidak melayani aktivitas makan di tempat, rumah makan ini tidak lantas mengurangi jumlah pelayannya. Para pelayan yang tadinya melayani para konsumen dari meja ke meja, kini membantu layanan daring di meja kasir.