Migrasi ke BBM Ramah Lingkungan Dilakukan Bertahap
Desakan menggunakan BBM yang lebih ramah lingkungan kian menguat. Pertamina menerapkan strategi secara bertahap agar masyarakat lebih memilih BBM dengan RON yang lebih tinggi.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peralihan konsumsi bahan bakar minyak dari jenis premium ke pertalite dan pertamax dilakukan secara bertahap. Cara yang ditempuh PT Pertamina (Persero) adalah dengan memberi potongan harga pada jenis pertalite yang dijual seharga premium dalam jangka waktu tertentu. Pemerintah harus membuat kebijakan harga yang tak memberatkan konsumen untuk mendapat bahan bakar berkualitas.
Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR secara virtual, Senin (10/5/2020), jajaran direksi Pertamina mengungkapkan strategi perusahaan untuk mengajak konsumen menggunakan bahan bakar minyak (BBM) yang lebih bersih dan ramah lingkungan. BBM jenis premium dengan RON 88 disebut sebagai BBM kotor dan tak sesuai standar yang ditetapkan pemerintah. Secara bertahap, konsumen diajak beralih menggunakan pertalite dengan RON 90.
”Terjadi penurunan konsumsi premium yang sangat signifikan selama pandemi Covid-19. Pada 2019, konsumsi premium mencapai 11,6 juta kiloliter, sedangkan sampai September 2020 konsumsi premium baru 6,7 juta kiloliter dan diperkirakan sebanyak 8,7 juta kiloliter sampai akhir tahun nanti,” ujar CEO Commercial and Trading Subholding Pertamina Mas’ud Khamid.
Sejak awal September, Pertamina menjual pertalite dengan harga premium. Dalam kondisi normal, harga pertalite di Jawa-Bali adalah Rp 7.650 per liter, sedangkan harga premium Rp 6.450 per liter. Strategi ini untuk mengajak konsumen beralih menggunakan BBM yang lebih ramah lingkungan secara bertahap.
”Program tersebut berlaku selama dua bulan. Selanjutnya atau pada dua bulan berikutnya diskon harga pertalite diberikan sebesar Rp 400 per liter yang juga berlaku untuk dua bulan lamanya,” ucap Mas’ud.
BBM jenis premium dengan RON 88 disebut sebagai BBM kotor dan tak sesuai standar yang ditetapkan pemerintah. Secara bertahap, konsumen diajak beralih menggunakan pertalite dengan RON 90.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menerbitkan peraturan bernomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, Kategori N, dan Kategori O. Dalam aturan penggunaan BBM bagi kendaraan roda empat itu, RON minimal yang dipersyaratkan adalah 91. Produk BBM di Indonesia yang memenuhi kriteria itu adalah jenis pertamax dengan RON 92.
Menurut Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, Indonesia adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara yang masih mengonsumsi premium. Di dunia, negara lain yang masih mengonsumsi premium bersama Indonesia adalah Bangladesh, Kolombia, Mesir, Mongolia, Ukraina, dan Uzbekistan.
”Selain itu, ragam BBM di Indonesia termasuk paling banyak, yaitu ada delapan jenis untuk gasolin dan gasoil,” katanya.
Anggota Komisi VII DPR dari Partai Golkar, Ridwan Hisjam, mengingatkan bahwa harus ada pertimbangan matang dalam strategi migrasi dari premium ke pertalite atau pertamax. BBM dengan kualitas lebih baik juga sejalan dengan harganya yang lebih tinggi.
Pemerintah dan Pertamina sebaiknya mempertimbangkan harga yang benar-benar bisa dijangkau masyarakat luas untuk mendapatkan BBM dengan mutu yang lebih baik tersebut.
”Harus ada pertimbangan daya beli masyarakat. Bagaimana mereka bisa menjangkau pertalite dan pertamax yang harganya lebih mahal dari premium? Sebab, untuk mendapatkan BBM yang berkualitas lebih baik, harganya juga lebih mahal,” kata Ridwan.
Pemerintah dan Pertamina sebaiknya mempertimbangkan harga yang benar-benar bisa dijangkau masyarakat luas untuk mendapatkan BBM dengan mutu yang lebih baik tersebut.
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Tulus Abadi mengatakan, hampir di semua negara di dunia mensyaratkan penggunaan BBM dengan standar tinggi. Bahkan, sejumlah negara di Asia Tenggara sudah menggunakan BBM dengan RON minimal 95.
Apa yang dilakukan Pertamina untuk migrasi dari premium ke pertalite adalah untuk melaksanakan aturan yang ditetapkan pemerintah. ”Namun, ada tantangan pada harga. Harus ada akuntabilitas yang jelas terhadap harga BBM agar masyarakat mendapat BBM dengan mutu baik dan ramah lingkungan, sekaligus terjangkau,” ujar Tulus.
Data Pertamina menyebutkan, konsumsi pertalite adalah yang tertinggi dibandingkan dengan BBM jenis lain untuk kelompok gasolin. Pada Januari 2019, konsumsi pertalite sebanyak 49.600 kiloliter per hari dan menjadi 50.600 kiloliter per hari pada September 2020. Adapun konsumsi premium pada Januari 2019 sebanyak 31.600 kiloliter per hari dan menjadi 23.100 kiloliter per hari pada September 2020.