”Staycation” Topang Kenaikan Tingkat Pengunian Kamar Hotel
Sejak pemerintah melonggarkan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB, pemesanan hotel meningkat hingga 2,5 kali lipat. Lonjakan ini dipengaruhi oleh tren berlibur dekat tempat tinggal.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pergerakan tingkat penghunian kamar hotel di Indonesia berangsur menanjak setiap bulan. Kinerja ini ditopang oleh wisatawan domestik yang memilih staycation atau berlibur di hotel yang berada dekat dengan tempat tinggalnya.
Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto mengatakan, tingkat penghunian kamar hotel pada Juli 2020 mencapai 28,07 persen atau meningkat 8,37 poin dari bulan sebelumnya. Meskipun demikian, angka ini lebih rendah dibandingkan dengan Juli 2019 yang sebesar 56,73 persen.
”Tingkat penghunian kamar tertinggi (pada Juli 2020) berada di Jakarta, sedangkan yang terendah ada di Bali,” ujarnya dalam telekonferensi pers di Jakarta, Selasa (1/9/2020).
Hotel bintang dua menempati posisi pertama dengan tingkat penghunian kamar sebesar 30,86 persen. Di posisi berikutnya ialah hotel bintang tiga (28,61 persen), hotel bintang empat (28,16 persen), hotel bintang lima (23,28 persen), dan hotel bintang satu (23,77 persen).
Tingkat penghunian kamar hotel pada Juli 2020 mencapai 28,07 persen atau meningkat 8,37 poin dari bulan sebelumnya. Meskipun demikian, angka ini lebih rendah dibandingkan dengan Juli 2019 yang sebesar 56,73 persen.
Sejalan dengan data tersebut, Public Relations Lead Tiket.com Yosi Marhayanti mengemukakan, pemesanan hotel di Tiket.com pada Juli 2020 melonjak hingga 71 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Kenaikan tersebut didorong oleh keinginan pelanggan untuk berlibur dekat rumah.
”Staycation dinilai mudah diwujudkan dalam kondisi seperti saat ini. Periode menginap yang dipesan paling banyak adalah pada akhir pekan. Kami berharap dengan dimulai dari berlibur dekat rumah, bisnis mitra-mitra Tiket.com pun turut berangsur pulih,” katanya.
Corporate Communications Manager Pegipegi Busyra Oryza menuturkan, sejak pemerintah melonggarkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), pemesanan hotel meningkat hingga 2,5 kali lipat. Lonjakan ini dipengaruhi oleh tren berlibur dekat tempat tinggal.
Hal ini ditunjukkan oleh data pemesanan area hotel yang dipilih berdekatan dengan domisili pelanggan. ”Area hotel yang paling diminati ada di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Malang, dan Semarang. Konsumen paling banyak memilih menginap pada akhir pekan,” ujarnya.
Tren yang sama dialami Traveloka. VP Marketing Traveloka Accommodation Shirley Lesmana menuturkan, memasuki Juli 2020, tren pencarian dan pemesanan hotel berlabel Traveloka CleanStay meningkat. Traveloka mencatat, terdapat tren pemesanan akomodasi di sejumlah kota yang merupakan tujuan populer untuk staycation. Misalnya, Bogor yang pemesanannya meningkat hingga 5 kali lipat jika dibandingkan dengan April 2020.
Ketua Bidang Media dan Komunikasi Badan Pengurus Pusat Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) AB Sadewa berpendapat, tren staycation muncul karena konsumen domestik merasa bosan di rumah. Pebisnis hotel pun menyambut tren ini dengan menunjukkan penerapan protokol kesehatan yang ketat sehingga konsumen percaya untuk menginap di hotel.
Tren staycation masih berpusat di Pulau Jawa. ”Karakteristik konsumen yang memilih staycation biasanya menggunakan jalur darat, khususnya mobil pribadi, dan memilih hotel yang berada di kota, kabupaten, atau provinsi yang sama dengan tempat tinggalnya,” katanya.
Tren staycation muncul karena konsumen domestik merasa bosan di rumah. Pebisnis hotel pun menyambut tren ini dengan menunjukkan penerapan protokol kesehatan yang ketat sehingga konsumen percaya untuk menginap di hotel.
Sementara itu, Suhariyanto menyebutkan, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada Juli 2020 sebanyak 159.800 kunjungan atau meningkat 0,95 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pertumbuhan bulanan tersebut cenderung flat atau datar.
Jika dibandingkan dengan Juli 2019, jumlah kunjungan itu lebih rendah 89,12 persen. Sepanjang Januari-Juli 2020, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 3,24 juta kunjungan atau lebih rendah 64,64 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Suhariyanto memaparkan, turis mancanegara yang meningkat secara bulanan pada Juli 2020 berasal dari Perancis, Afrika Selatan, dan Korea Selatan. ”Kunjungan mereka tergolong untuk berbisnis, bukan rekreasi. Selain itu, terdapat negara yang tak ada lagi kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, yakni Kuwait,” katanya.