Bisa Jadi Contoh Baik, Pemulihan Bali Butuh Dukungan Pemerintah Pusat
Pandemi Covid-19 menekan perekonomian Indonesia, termasuk Bali. Pemerintah berupaya mempercepat pemulihan ekonomi sejalan dengan percepatan penanganan Covid-19.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·2 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Pemulihan Bali dari hantaman Covid-19 membutuhkan dukungan pemerintah pusat. Kebangkitan Bali diharapkan bisa menjadi contoh baik bagi daerah lain di Indonesia.
Keinginan itu disampaikan berbagai pihak dalam diskusi daring yang digelar Yayasan Puri Kauhan Ubud, Minggu (16/7/2020). Hadir dalam kesempatan itu Gubernur Bali Wayan Koster, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, dan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho.
Selain itu, hadir sebagai pembicara Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Monoarfa serta Menteri Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah (UKM) Teten Masduki.
Koster menyatakan, Bali sedang menjalani tahapan pertama tatanan kehidupan era baru. Pemerintah membuka aktivitas masyarakat lokal di Bali secara selektif dan terbatas. Pelonggaran lebih luas, termasuk mulai menerima kunjungan wisatawan dalam negeri, akan dijalankan pada tahapan kedua yang akan dimulai Jumat (31/7/2020).
”Selain itu, atas kesepakatan kepala daerah di Bali, tahap ketiga pada 11 September, Bali akan dibuka untuk wisatawan mancanegara. Kami berharap, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 11 Tahun 2020 yang melarang untuk orang asing untuk sementara masuk ke Indonesia dikaji lagi,” ujar Koster.
Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati atau biasa disapa Tjok Ace menyebutkan, pandemi Covid-19 menekan perekonomian Bali karena bisnis pariwisata yang nyaris terhenti. Perekonomian Bali pada triwulan I-2020 tumbuh -1,14 persen dan diproyeksikan masih tertekan pada triwulan II. Bahkan, pada triwulan II, tekanannya jauh lebih dalam ketimbang triwulan II.
Menurut Tjok Ace, sepinya pariwisata di Bali juga berpengaruh ke destinasi lain di Indonesia. Alasannya, Bali menjadi etalase Indonesia dan sekaligus pintu masuk kalangan dunia. ”Kami berupaya memulihkan Bali. Namun, usaha Bali tidak bisa lepas dari dukungan dan bantuan pusat,” ujarnya.
Suharso Monoarfa mengatakan, pandemi Covid-19 berdampak luas dan mengakibatkan kontraksi luar biasa. Perekonomian tertekan, termasuk industri pariwisata.
Pendapatan negara dari sektor pariwisata terancam akibat Indonesia berpotensi kehilangan 16 juta kunjungan wisatawan mancanegara. ”Pariwisata Indonesia itu jantungnya di Bali. Jika Bali tidak pulih, seluruh destinasi pariwisata di Indonesia akan lumpuh,” ujarnya.
Sementara itu, Teten Masduki mengatakan, perekonomian Indonesia tertekan cukup dalam akibat pandemi Covid-19. Pemulihan pariwisata menjadi kunci dan langkah strategis bagi negara mengurangi defisit neraca keuangan negara. ”Oleh karena itu, kita (Indonesia) harus berhasil menangani pandemi Covid-19,” kata Teten.