Progres Lambat, Konstruksi Pipa Gas Cirebon-Semarang Ditagih
Kepala BPH Migas mengaku kewalahan mendorong agar konstruksi pipa gas Cirebon-Semarang terlaksana. PT Rekayasa Industri terkendala ”shipper” atau calon pengguna, sedangkan PGN butuh penumbuhan ”demand” (permintaan).
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi atau BPH Migas menagih realisasi pembangunan pipa transmisi gas bumi ruas Cirebon-Semarang kepada PT Rekayasa Industri. Konstruksi diharapkan dimulai pada pertengahan September 2020.
Hal itu mengemuka pada Rapat Koordinasi Percepatan Pembangunan Pipa Transmisi Gas Bumi Semarang-Cirebon, di Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (11/8/2020). Sebanyak 33 pemangku kepentingan hadir dalam rapat tersebut.
Kepala BPH Migas M Fanshurullah Asa mengatakan, pipa gas Cirebon-Semarang sangat strategis. Terlebih, di jalur tersebut ada sejumlah kawasan industri, seperti Kawasan Industri Wijayakusuma di Semarang, Kawasan Industri Kendal, dan Kawasan Industri Batang, yang sedang dibangun.
Akan tetapi, ia kewalahan mendorong pembangunan agar segera berjalan. ”Lelang sudah dari 2006. Pada 7 Februari 2020 sudah groundbreaking. Namun, progres masih sangat lambat. Kami harap Rekind (PT Rekayasa Industri) segera mewujudkannya,” katanya.
PT Rekind, yang juga perusahaan BUMN, ditetapkan sebagai pemenang lelang untuk ruas Semarang-Cirebon pada 2006. Namun, akibat belum ada kejelasan pasokan gas, proyek itu tak lancar. Baru pada 7 Februari 2020 dilakukan peletakan batu pertama.
Menurut data PT Rekind, terdapat dua skenario dalam pelaksanaan proyek itu, yakni Semarang-Kendal (50 kilometer) dan Semarang-Cirebon (260 km). Adapun jalur transmisi pipa gas tersebut memanfaatkan ruas jalan tol Semarang-Cirebon.
Fanshurullah berharap, perjanjian pengangkutan gas (GTA) segera terlaksana antara Rekind dan calon shipper atau pengguna, yakni Perusahaan Gas Negara (PGN). ”Yang punya alokasi gas ini PGN. Paling tidak dibangun dulu Semarang-Kendal karena sudah jadi kawasan industrinya,” ujarnya.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, yang hadir dalam rapat tersebut, juga menagih pelaksanaan konstruksi pipa gas Cirebon-Semarang. Bahkan, ia langsung meminta PT Rekind dan PGN untuk menjelaskan masalah pokok terkait kendala yang dihadapi.
”Kami minta kawan-kawan Rekind segera mengerjakan karena DED (detailed engineering design) sudah ada. Kalau berkait gas shipper, sudah ada dari PGN, maka klop. Kami harapkan pertengahan September (mulai),” kata Ganjar.
Direktur Utama PT Rekind Yanuar Budinorman mengatakan, pihaknya telah melaksanakan tahapan-tahapan teknis, termasuk DED. Sebagian pengadaan pipa juga telah dilakukan. Posisi saat ini ialah menunggu sumber gas dan shipper.
”Intinya, kalau gas shipper ada, langsung konstruksi. Hanya itu. Kami butuh gas shipper, sedangkan secara teknis sudah semua. Kami sudah menghitung waktu, paling cepat sebulan untuk (mulai) konstruksi,” ujar Yanuar.
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PT PGN Syahrial Mukhtar menuturkan, pihaknya siap menjadi shipper pada proyek tersebut. Namun, ada kendala pada permintaan (demand) sehingga ia berharap hal itu dapat dipastikan bersama.
”Kami sangat harapkan bisa bersama-sama menumbuhkan demand untuk gas di Jateng. Demand itu juga potensi untuk konversi dari yang tadinya nongas,” kata Syahrial.
Pertumbuhan ekonomi
Fanshurullah menuturkan, proyek pipa gas Cirebon-Semarang ini sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi di Jateng, salah satunya kawasan Kendal-Semarang-Salatiga-Demak-Grobogan.
”Kalau ini terbangun akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan di Jateng atau regional, yang juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, gas ini clean dan harganya murah. Maka, ini bukan lagi wacana, tetapi harus segera diwujudkan,” katanya.
Ganjar pun berharap nantinya pipa gas ini bisa paralel untuk kawasan industri di Semarang-Kendal-Batang. Selain itu, gas sebagai bahan bakar yang lebih ramah lingkungan ketimbang nongas juga menjadi poin penting.
Sebelumnya, 30 Juni 2020, Presiden Joko Widodo meninjau lahan Kawasan Industri Terpadu Batang di Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Batang. Diharapkan, kawasan industri itu menjadi tujuan perusahaan-perusahaan asing yang merelokasi usahanya dari China.