Kunjungan wisatawan diprediksi terkoreksi sampai akhir tahun. Pemerintah mendorong persiapan destinasi pariwisata superprioritas untuk berbenah dan mempersiapkan diri menyambut wisatawan.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sektor pariwisata diperkirakan terkoreksi sampai akhir tahun. Di tengah kelesuan itu, sejumlah destinasi pariwisata superprioritas berbenah untuk menyiapkan diri menyambut wisatawan pascapandemi Covid-19.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Hari Sungkari mengemukakan, tingkat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sampai akhir 2020 berkisar 2,8 juta-4 juta orang dari yang semula ditargetkan 18 juta orang. Sementara jumlah perjalanan wisatawan domestik ditaksir hanya sekitar 140 juta kunjungan dari target awal 310 juta kunjungan.
”Untuk mencapai target awal jumlah wisman sebanyak 18 juta orang diperkirakan baru terealisasi 2024-2025, sedangkan wisatawan domestik untuk mencapai target 310 juta kunjungan baru akan terjadi pada 2023,” ujarnya dalam Bincang Media yang diselenggarakan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman secara virtual, Jumat (7/8/2020).
Untuk mencapai target awal jumlah wisman sebanyak 18 juta orang diperkirakan baru terealisasi 2024-2025, sedangkan wisatawan domestik untuk mencapai target 310 juta kunjungan baru akan terjadi pada 2023.
Menurut Hari, kebangkitan industri pariwisata sangat bergantung pada suplai dan permintaan. Dari sisi permintaan, sedang dirumuskan insentif-insentif yang bisa mendorong perjalanan wisatawan.
Ia mencontohkan, wisatawan yang ingin bepergian ke Bali harus membeli tiket transportasi dan biaya tes usap (swab) dengan metode PCR. Ke depan, perlu dipikirkan apakah tes usap tersebut akan disubsidi oleh pemerintah melalui maskapai sehingga mendorong jumlah perjalanan.
Sampai akhir tahun ini, lanjut Hari, pariwisata akan ditopang wisatawan domestik, sedangkan kunjungan wisman dinilai belum akan tumbuh. Terkait kunjungan wisman, pemerintah sedang mengkaji pembukaan destinasi wisata melalui kesepakatan dengan negara tertentu langsung ke daerah tujuan tertentu (point to point), seperti Bali.
”Kami berharap wisman bisa bergeliat mulai akhir 2020 atau awal 2021,” ucapnya.
Melihat kondisi tersebut, lima destinasi pariwisata superprioritas, yakni Mandalika, Labuan Bajo, Likupang, Toba, dan Borobudur, terus disiapkan. Jumlah wisatawan ke destinasi pariwisata superprioritas diprediksi masih akan minim hingga akhir tahun, dengan daerah yang dikunjungi baru sebatas Danau Toba dan Borobudur.
”Destinasi pariwisata superprioritas akan dipersiapkan dengan pembenahan dan pembangunan konstruksi untuk menyiapkan diri menyambut wisatawan di era normal baru,” ujar Hari.
Labuan Bajo disiapkan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat TInggi G-20 dan ASEAN Summit 2023. Pemerintah Indonesia telah menetapkan Tanah Naga Mori di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, sebagai lokasi pelaksanaan pertemuan internasional tersebut.
Direktur Pengembangan Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Edwin Darmasetiawan mengemukakan, Labuan Bajo dirancang menjadi kawasan premium seperti halnya Nusa Dua, Bali. Adapun pendanaan fasilitas pertemuan, perjalanan insentif, konvensi, dan pameran (MICE) sudah diajukan melalui penyertaan modal negara.
ITDC bekerja sama dengan Kemenparekraf juga merencanakan strategi model bubble tourism, yakni sekelompok turis kelas premium bisa memperoleh fasilitas jalur cepat kartu bebas Covid-19, transportasi darat khusus pada periode pasca-Covid-19.
ITDC bekerja sama dengan Kemenparekraf juga merencanakan strategi model bubble tourism, yakni sekelompok turis kelas premium bisa memperoleh fasilitas jalur cepat kartu bebas Covid-19, transportasi darat khusus pada periode pasca-Covid-19.
Direktur Badan Otoritas Toba (BOT) Arie Prasetyo mengemukakan, pengembangan Danau Toba dalam lima tahun terakhir diprioritaskan ke penguatan aksesibilitas, seperti bandar udara, dan jalan lingkar pelabuhan. Selanjutnya akan fokus pada pembenahan produk, pembenahan amenitas, atraksi, restoran, dan produk UMKM.
”Danau Toba yang tergolong UNESCO global geopark akan mengedepankan tiga unsur, yaitu konservasi, edukasi, dan pengembangan komunitas. Pengembangan kawasan difokuskan membawa dampak perekonomian bagi masyarakat lokal,” ujarnya.
Program percontohan yang dikembangkan ialah 10 desa wisata di Toba dan pembenahan 16 lokasi geopark. Edukasi juga diberikan kepada masyarakat setempat bahwa Danau Toba adalah harta karun yang tidak ternilai dan harus bisa diwariskan. Selain itu, edukasi wisatawan untuk memahami sejarah Danau Toba dan menikmati desa wisata yang siap menerima wisatawan serta produk kerajinan yang ditawarkan.