Asa kebangkitan bisnis di tengah pandemi membuat para pelaku usaha menomorsatukan kesehatan konsumen. Kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan tak bisa ditawar.
Oleh
M Paschalia Judith J
·4 menit baca
Kucuran air dari keran membasuh sepasang telapak tangan yang telah bersabun. Poster bertuliskan ”Sehat No.1, Cuci Tanganmu Dulu” turut melatarinya. Setelah mencuci tangan, kedua pengunjung yang mengenakan masker itu disambut petugas satuan pengamanan yang mengukur temperatur tubuh.
Begitulah secuplik adegan video berjudul ”Belanja Aman dan Nyaman di Dagadu Djokdja”. Video berdurasi satu menit ini diambil di Yogyatourium Dagadu, Yogyakarta. PT Aseli Dagadu Djokdja membagikan video rekaman itu di kanal media sosialnya, seperti Instagram dan LinkedIn.
Penggunaan masker, pengecekan suhu tubuh, dan mencuci tangan merupakan bagian dari protokol kesehatan agar ritel tetap dapat beroperasi di tengah pandemi Covid-19. Tak hanya itu, sebelum pengunjung datang, Dagadu Djokdja menampilkan adegan penyemprotan disinfektan.
Di dalam gerai, kedua pengunjung itu melihat-lihat kaus, gantungan kunci, dan buku catatan dengan leluasa ditemani petugas dan pelayan toko yang mengenakan pelindung wajah bening dari plastik mika dan masker kain. Transaksi pengunjung pun tidak menggunakan uang tunai. Video ini ditutup dengan tulisan, ”Kapan ke Jogja lagi?”.
Tak hanya pelaku ritel, pebisnis hotel dan restoran juga menawarkan layanan yang aman dan terjaga kepada konsumen di tengah pandemi Covid-19. ”Kami ingin menunjukkan kepada pasar, kami siap beroperasi dengan pemberlakuan protokol kesehatan,” kata Ketua Bidang Media dan Komunikasi Badan Pengurus Pusat Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) AB Sadewa, Jumat (31/7/2020).
Kami ingin menunjukkan kepada pasar, kami siap beroperasi dengan pemberlakuan protokol kesehatan.
Melalui akun Instagram, Gemala House, penginapan di Bandung, Jawa Barat, menampilkan foto dua petugas yang memakai alat pelindung diri dan masker sambil memegang botol cairan disinfektan dan thermometer gun. Keduanya berdiri bersisian mengapit poster bertuliskan ”Protokol/Panduan Kesehatan di Area Gemala House”.
Greenhost Boutique Hotel, Yogyakarta, juga mengunggah video yang menampilkan penerapan protokol kesehatan dalam penginapan. Ada tanda berdiri pengunjung antrean, penyediaan cairan pembersih tangan, dan kendi untuk cuci tangan sebelum masuk hotel.
Sosialisasi penerapan protokol kesehatan di hotel itu membuahkan hasil. Sadewa menuturkan, saat ini okupansi pada akhir pekan rata-rata berkisar 50 persen. Tingkat keterisian kamar ini mayoritas berasal dari kalangan keluarga yang berlibur. Sebelum pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB), okupansi pada akhir pekan kurang dari 10 persen.
Selain untuk menginap, hotel dan restoran saat ini juga tengah memulihkan fungsinya sebagai tempat pernikahan. ”Kami bekerja sama dengan wedding organizer (WO) dalam memberikan bundling paket,” ujar Sadewa.
Dalam penerapan protokol kesehatan, Sadewa memaparkan, WO akan mengatur sistem pergiliran tamu yang masuk, tata letak meja makan, dan durasi acara. Terkait durasi acara, pengelola hotel dan restoran memberikan penyesuaian tarif karena akan memakan waktu lebih lama.
Kolaborasi itu salah satunya tampak dari Virtual Venue Tour yang diadakan Bridestory dengan sejumlah hotel melalui kanal siaran langsung di Instagram. Tur daring bersama Double Tree by Hilton, misalnya, menunjukkan area-area yang dapat dijadikan tempat penyelenggaraan pernikahan, baik di luar maupun dalam ruangan.
Aman di salon
Bisnis jasa juga tak mau ketinggalan. Mereka unjuk gigi dapat beroperasi secara aman. Salah satunya adalah salon. ”Kami ingin meyakinkan konsumen untuk ke salon dan menunjukkan kesiapan kami memberikan pelayanan,” kata Communications Public Affairs and Sustainability Director PT L’Oreal Melanie Masriel dalam seminar daring.
Melanie memaparkan, penerapan protokol kesehatan itu meliputi pelanggan diwajibkan memesan sebelum datang ke salon agar dapat menjaga kapasitas maksimal 50 persen dan penyemprotan peralatan dengan cairan disinfektan. Protokol-protokol kesehatan ini disusun berdasarkan ketentuan dari Kementerian Kesehatan, peraturan daerah, dan referensi dari jaringan perusahaan di tingkat internasional.
Penerapan protokol kesehatan itu meliputi pelanggan diwajibkan memesan sebelum datang ke salon agar dapat menjaga kapasitas maksimal 50 persen dan penyemprotan peralatan dengan cairan disinfektan.
Foto unggahan L’Oreal Indonesia di Instagram menunjukkan seorang petugas mengecek suhu tubuh pengunjung yang tengah menyanitasi tangan di samping poster bertuliskan ”Cara Baru Nyalon”. Petugas salon yang menangani rambut pelanggan pun terlihat mengenakan pelindung wajah dan masker kain.
Diri sendiri
Akhir pekan ini, Prieskha Gerard (26), warga yang tinggal di Bekasi, Jawa Barat, mengunjungi sejumlah tempat makan. Salah satunya warung makan ayam goreng Afrika di Kebon Sirih, Jakarta. Dia berkisah, tempat makan itu menyediakan fasilitas cuci tangan, pelayannya mengenakan masker, dan menerima transaksi nontunai.
Saat memasuki tempat makan, tak ada petugas yang memeriksa suhu tubuh Prieskha. Tidak ada penanda pula di meja dan kursi yang tak boleh ditempati. Namun, jarak antarmeja berkisar 1 meter.
”Saya merasa aman makan di sana karena masakannya disajikan panas dan freshly cooked,” katanya saat dihubungi, Minggu (2/8/2020).
Akan tetapi, Prieskha mengakui, rasa aman muncul dari penerapan protokol kesehatan oleh diri sendiri. Kalau memang sedang sakit, jangan berpergian sama sekali.
”Tiap bepergian, saya mengenakan masker, rutin mencuci tangan, berusaha menjaga jarak fisik, mengurangi penggunaan uang tunai, dan membawa hand sanitizer. Sepulangnya dari berpergian, saya langsung mandi dan ganti baju,” katanya.