Dengan menjadikan Batam sebagai ”hub”, produk pertanian Indonesia dapat mengisi pasar Singapura dan berpeluang diekspor ke negara lain. Namun, butuh kerja sama pemerintah pusat dan daerah untuk mewujudkannya.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelaku industri tengah berupaya menggandeng pemerintah untuk memanfaatkan Batam, Kepulauan Riau, sebagai hub produk pertanian. Dampaknya, produk Indonesia dapat mengisi pasar Singapura dan berpeluang diekspor ke negara lain.
Batam memiliki kawasan ekonomi khusus, salah satunya di bidang teknologi. ”Dengan pemanfaatan teknologi di kawasan tersebut, kita dapat menjadikan Batam sebagai hub ekspor produk-produk pertanian yang menyasar Singapura,” kata Ketua Komisi Tetap Hortikultura Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Karen Tambayong dalam webinar yang diadakan oleh Kadin, Rabu (22/7/2020).
Akan tetapi, realisasi hub produk pertanian itu membutuhkan kerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah, terutama mengenai akses terhadap lahan agar dapat memenuhi skala keekonomian. Pelaku industri juga akan menyiapkan studi kelayakan (feasibility study)-nya.
Karen menambahkan, lahan tersebut akan digunakan untuk membangun rumah hijau yang menerapkan sistem pertanian cerdas berbasis teknologi. Selain itu, perlu gudang yang memiliki teknologi untuk menyimpan produk pertanian segar ataupun turunannya.
Dari 10 komoditas ekspor Indonesia ke Singapura, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, minyak kelapa sawit mentah (CPO) merupakan produk turunan pertanian yang menduduki peringkat teratas sepanjang Januari-Juni 2020. Nilai ekspor CPO ke Singapura pada periode itu mencapai 190,24 juta dollar Amerika Serikat (AS) atau tumbuh 57,17 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Dengan adanya hub di Batam, Karen berharap, Indonesia bisa mengekspor produk pertanian ke Singapura sebagai salah satu negara importir pangan. Tak hanya mengisi pasar di Singapura, Indonesia juga dapat memanfaatkan peluang reekspor ke negara-negara lain, misalnya produk hortikultura dan rempah-rempah yang sudah dibekukan, dikeringkan, dan dibuat tepung.
Pembangunan hub produk pertanian di Batam, menurut Karen, dapat memberikan efek domino pada pertanian di kawasan sekitarnya, khususnya Pulau Sumatera. Hal ini membutuhkan sokongan rantai pasok dingin agar kualitas produk tetap terjaga.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan kesiapannya untuk menggarap peluang ekspor produk pertanian di sisi hulu atau produksi. Dia menilai, kinerja pertumbuhan ekspor produk pertanian tergolong positif selama pandemi Covid-19.
BPS mendata, ekspor dari sektor pertanian sepanjang semester I-2020 mencapai 1,71 miliar dollar AS atau tumbuh 9,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sektor pertanian berkontribusi 2,24 persen terhadap kinerja ekspor Indonesia.
Secara jangka pendek, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan, pengembangan ekspor tengah berfokus pada produk-produk yang pertumbuhannya cenderung positif selama pandemi Covid-19. Contohnya, kelompok makanan-minuman, alat kesehatan, serta produk pertanian, perikanan, dan industri agro.
Agus juga menyoroti sejumlah produk pertanian dan turunannya yang berpotensi dikembangkan ekspornya lantaran pertumbuhannya yang positif pada 2019. Beberapa di antaranya adalah CPO dan turunannya, sarang burung walet, dan cengkeh.
Dalam penetrasi pasar, Agus akan mendekati mitra-mitra dagang dengan penanganan pandemi Covid-19 di tingkat mulai pulih dan sudah pulih. Negara-negara itu antara lain Australia, Selandia Baru, Kanada, Perancis, Jerman, Arab Saudi, dan Aljazair.