Sebelum Beroperasi Kembali, Tempat Wisata Wajib Gelar Simulasi
Sebelum beroperasi kembali, seluruh obyek wisata di Tegal, Jateng, diwajibkan menggelar dua kali simulasi dan evaluasi menyeluruh. Simulasi dilakukan untuk memastikan kesiapan tempat wisata menghadapi normal baru.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Seluruh obyek wisata di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, diwajibkan menggelar simulasi penerapan normal baru sebelum mendapatkan rekomendasi izin beroperasi kembali. Simulasi penerapan normal baru minimal dilakukan dua kali dan dievaluasi efektivitasnya.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Tegal Suharinto mengatakan, tidak boleh ada satu pun obyek wisata yang beroperasi kembali tanpa melakukan simulasi terlebih dahulu. Sebab, simulasi adalah salah satu syarat untuk mengukur seberapa siap sebuah tempat wisata menghadapi normal baru.
Suharinto menuturkan, syarat untuk bisa mengadakan simulasi adalah mendapatkan izin dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 Kabupaten Tegal melampirkan prosedur operasi standar (SOP) serta melapirkan surat pernyataan kesanggupan menaati SOP yang telah disusun.
Memang ribet, tetapi wajib dilakukan untuk memastikan bahwa masyarakat bisa berwisata dengan aman dan nyaman. Kalau tidak mau repot, mending jangan beroperasi kembali. (Suharinto)
SOP yang dimaksud meliputi kewajiban pemakaian masker, pengecekan suhu tubuh, kewajiban pemakaian pelindung wajah bagi pekerja di tempat wisata, penyediaan sarana cuci tangan, penyediaan sarana pendukung pembatasan jarak fisik, penyediaan posko kesehatan, dan penyiagaan tim medis untuk menangani pengunjung atau pekerja yang sakit.
Setelah mendapatkan izin, pengelola obyek wisata harus menyelenggarakan minimal dua kali simulasi. Simulasi pertama diikuti oleh pengelola tempat wisata dan pemerintah kabupaten. Adapun simulasi kedua diikuti pengelola tempat wisata, pemerintah kabupaten, perwakilan masyarakat, dan wartawan. Masing-masing simulasi diikuti oleh maksimal 50 orang dan dilakukan selama 14 hari.
”Jika simulasi pertama sudah selesai, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 kabupaten akan langsung melakukan evaluasi. Kalau tidak ada indikasi penularan di tempat wisata itu, pengelola akan diberi rekomendasi untuk mengadakan simulasi kedua,” ujar Suharinto, Sabtu (20/6/2020).
Seusai simulasi dan evaluasi kedua digelar, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Tegal akan mengevaluasi kembali seluruh pelaksanaan simulasi. Jika tidak ada indikasi penyebaran Covid-19 dan seluruh SOP ditaati, obyek wisata tersebut akan mendapatkan rekomendasi untuk kembali beroperasi.
Kendati sudah diberi izin untuk kembali beroperasi, pengelola obyek wisata diminta tetap membatasi jumlah pengunjung yang masuk. Adapun jumlah pengunjung yang boleh masuk di masa penerapan normal baru pariwisata sebesar 20 persen dari daya tampung obyek wisata.
Suharinto menambahkan, sesudah diizinkan kembali beroperasi, pengelola tempat wisata juga harus membentuk satuan tugas (satgas) kepatuhan. Mereka bertugas mengawasi dan memastikan protokol kesehatan dipatuhi oleh pengunjung, pengelola, ataupun pekerja di kawasan tempat wisata tersebut.
”Memang ribet, tetapi wajib dilakukan untuk memastikan bahwa masyarakat bisa berwisata dengan aman dan nyaman. Kalau tidak mau repot, mending jangan (beroperasi kembali),” katanya.
Hingga Sabtu siang, hanya obyek wisata pemandian air panas Guci yang meminta izin kepada Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Tegal untuk melakukan simulasi. Simulasi pertama di obyek wisata pemandian air panas Guci menurut rencana akan digelar Rabu (1/7/2020).
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Guci Achmad Abdul Khasib mengatakan, pihaknya sudah melakukan simulasi internal terkait penerapan SOP protokol kesehatan. Simulasi tersebut ditujukan untuk mengedukasi dan mempersiapkan pengelola, pedagang, dan pekerja di obyek wisata pemandian air panas Guci dalam menghadapi simulasi penerapan normal baru.
”Rencananya kami juga akan menggeser pola pembelian tiket, dari luring menjadi daring. Pembelian tiket melalui daring bisa menekan risiko kerumunan di depan loket penjualan tiket,” ucap Abdul.
Penunjang simulasi
Sueb (43), salah satu pemilik wahana di obyek wisata pemandian air panas Guci, mengatakan, dirinya sudah siap mengikuti simulasi yang menurut rencana dilakukan mulai 1 Juli. Sueb juga sudah menyiapkan sarana dan prasarana penunjang simulasi normal baru di wahananya, yakni tempat cuci tangan, alat pengukur suhu tubuh, serta alat pelindung wajah dan sarung tangan bagi para pekerjanya.
”Kami siap mematuhi aturan pemerintah. Saya berharap tempat wisata bisa kembali dibuka agar perekonomian masyarakat yang sempat terhenti bisa kembali berjalan,” tutur Sueb.
Sueb menyebutkan wahana miliknya sudah tidak beroperasi selama tiga bulan. Potensi pendapatan yang hilang sekitar Rp 200 juta. Tak hanya itu, Sueb juga terpaksa merumahkan 3 dari 18 karyawannya.
Tidak hanya Sueb, menurut data Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Jawa Tengah, sedikitnya 17.800 pekerja di sektor pariwisata Jawa Tengah terdampak pandemi. Mereka adalah orang-orang yang tempat usahanya sepi akibat pariwisata ditutup, dirumahkan, dan diberhentikan.
”Kami telah berkoordinasi dengan Kementerian Pariwisata untuk memberikan jaring pengaman kepada pekerja di sektor pariwisata, terutama yang terdampak. Kemungkinan jenis bantuan yang akan diberikan adalah bahan makanan,” kata Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Jawa Tengah Sinoeng Noegroho Rachmadi dalam kunjungannya ke Kabupaten Tegal, Jumat (19/6/2020).