PALEMBANG,KOMPAS—Perum Bulog berencana mengeskpor beras ke sejumlah negara tahun. Beberapa langkah sudah dilakukan seperti merevitalisasi tempat pengolahan gabah dan mencari pasar ekspor potensial.
“Apabila ada surplus, kami berencana melakukan ekspor ke beberapa negara,” ungkap Direktur Pengadaan Perum Bulog Bachtiar saat memantau gudang Bulog di Palembang, Sabtu (9/2/2019). Beberapa negara yang diincar adalah Uni Emirat Arab, Timor Timur, dan beberapa negara lain.
Menurut dia, potensi surplus beras sangat tinggi karena beberapa daerah sudah melakukan panen 2-3 kali setahun. Apalagi tahun ini Bulog akan menyerap sekitar 1,8 juta ton beras dari sejumlah daerah penghasil beras.
Potensi surplus beras sangat tinggi karena beberapa daerah sudah melakukan panen 2-3 kali setahun.
Sementara cadangan beras pemerintah masih cukup banyak yakni sekitar 2 juta ton. Jumlah ini sekitar 5-7 persen dari total produksi beras di Indonesia.
Bachtiar mengatakan, rencana ekspor itu dilakukan untuk meminimalisasi penumpukan beras di gudang Bulog akibat penyerapan yang kurang optimal. Selain untuk stabilisasi harga bahan kebutuhan pokok dan memastikan ketersediaan beras, Bulog juga sudah berorientasi pada keuntungan.
Adapun beras yang akan diekspor adalah beras dengan kualitas premium. Beras diserap dari masyarakat dan langsung dipasarkan.
Bachtiar mengatakan pada masa panen Februari-April, Bulog akan menyerap beras dari beberapa provinsi penghasil beras. Jawa Timur masih menjadi penyumbang beras tertinggi yakni sekitar 500.000 ton, disusul dengan Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan masing-masing sekitar 350.000. Adapun Sumatera Selatan sekitar 70.000 ton.
Bahkan di Sulawesi Selatan, sudah ada peraturan gubernur yang mengatur agar pemerintah daerah memberikan beras pada Bulog sekitar 15 persen dari jumlah produksi berasnya. “Mudah-mudahan dalam waktu dekat Sumatera Selatan juga akan melakukan hal serupa,” ungkap Bachtiar.
Terkait penyerapan gabah, pihaknya telah bekerjasama dengan TNI melalui Tim Serap Gabah. Saat ini tim sudah melakukan pemetaan di beberapa daerah potensial.
Untuk mempercepat produksi beras, lanjut Bachtiar, pihaknya juga telah melakukan revitalisasi 32 unit pengolahan gabah. Unit ini tersebar di beberapa tempat penghasil beras.
Jumlah ini meningkat dibanding tahun yang hanya delapan unit pengolahan gabah. Alat pengolahan gabah itu mampu mengubah gabah menjadi beras 4,5 ton sampai 15 ton per jam.
Sebenarnya, ungkap Bakhtiar, Bulog memiliki 130 unit pengolahan gabah. Namun revitalisasi pengolahan gabah dilakukan secara bertahap.
Kepala Bulog Divisi Regional Sumsel dan Kepulauan Bangka Belitung Yusuf Salahuddin mengatakan penyerapan beras di Sumsel tahun 2019 ini ditargetkan sekitar 70.000 ton. Penyerapan dilakukan di beberapa daerah penghasil beras yakni Banyuasin, Ogan Komering Ulu Timur, dan Ogan Komering Ilir.
Adapun untuk pengolahan gabah, Sumsel memiliki tiga titik yakni dua di Ogan Komering Ulu Timur dan satu titik di Kabupaten Banyuasin.