JAKARTA, KOMPAS — Dua badan usaha milik negara, yakni Perum Perikanan Indonesia (Perindo) dan PT Pertamina (Persero), bersinergi membantu para petambak udang di Kabupaten Tulang Bawang, Lampung. Bentuknya berupa program kemitraan senilai total Rp 40 miliar untuk 514 petambak di Bratasena, Tulang Bawang.
Realisasi program kemitraan tersebut dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama disalurkan pada Mei 2018 sebesar Rp 8,5 miliar untuk 110 petambak. Lalu tahap II disalurkan untuk 404 petambak dengan nilai total Rp 31,34 miliar dan diserahkan langsung oleh Direktur Utama Perum Perindo Risyanto Suanda serta Region Manager Communication & CSR Pertamina Sumbagsel Rifky Rachman Yusuf di lokasi tambak Bratasena.
Deputi Bidang Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro menyambut positif program kemitraan tersebut. Menurut dia, program ini merupakan implementasi yang baik dari program BUMN Hadir untuk Negeri, di mana BUMN turut aktif mengambil peran dalam membangun pertumbuhan ekonomi masyarakat menengah ke bawah melalui beragam program kemitraan.
”Pola kemitraan yang diterapkan Perum Perindo dan Pertamina ini sangat baik dalam rangka memberdayakan masyarakat menengah ke bawah untuk berwirausaha. Pola bisnis ini pun memberikan kepastian bantuan modal, pendampingan, hingga jaminan penyerapan hasil panen para petambak. Diharapkan program ini dapat terus berkembang ke depannya,” kata Wahyu, Rabu (5/12/2018), dalam rilis yang dikeluarkan Humas Perum Perindo.
Bersamaaan dengan penyerahan program kemitraan tahap II tersebut, dilakukan juga kegiatan panen hasil tambak dari para penerima program tahap I. Hasil panen berupa udang vanamei pun langsung dibeli oleh Perum Perindo.
Direktur Utama Perum Perindo Risyanto Suanda mengatakan, kesepakatan dengan Pertamina, Perindo yang jadi off taker sehingga petambak langsung bisa menjual hasil panennya saat itu juga.
Dia menjelaskan, Pertamina dan Perum Perindo sudah bersepakat berbagi peran. Pertamina sebagai penyedia dana program kemitraan, sedangkan Perum Perindo sebagai off taker atau pembeli hasil panennya sekaligus pendampingan teknis.
”Kami tempatkan SDM khusus untuk mengelola program ini yang sewaktu-waktu dibutuhkan siap membantu para petambak jika ada masalah,” katanya.
Dengan pola demikian, katanya, program ini diharapkan efektif karena dana program kemitraan yang merupakan pinjaman dengan biaya administrasi hanya 3 persen per tahun itu tidak sekadar diserahkan begitu saja. Namun, para petambak penerimanya juga diberi pendampingan dan dijamin pasarnya.
Risyanto menambahkan, program kemitraan ini diharapkan mampu merevitalisasi kegiatan budidaya di Tulang Bawang yang dulu pernah menjadi penghasil udang vanamei hingga 200 ton per hari.
Dia juga optimistis, sinergi dua BUMN ini akan membantu peningkatan penghasilan 514 petambak yang berada di kawasan Tulang Bawang. ”Program ini akan terus ditingkatkan agar produksi udang terus bertambah karena hasilnya sebagian besar untuk memenuhi pasar ekspor yang mampu mendatangkan devisa cukup besar,” ujarnya. (AGUIDO ADRI)