Promosi Dagang Thailand, Indonesia Bukukan Transaksi 1,1 Juta Dollar AS
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia membukukan transaksi penjualan senilai 1,10 juta dollar AS atau sekitar Rp 15,93 miliar dalam acara promosi subregional The 4th Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area and Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle Trade Expo 2018. Transaksi penjualan sebesar itu, antara lain, berasal dari produk pintu kayu, minyak kelapa murni, dan kopi.
Pameran Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area and Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle Trade Expo berlangsung pada 19-22 Juli 2018 di Prince Songkla University, Hat Yai, Songkla, Thailand. Pameran itu juga dihadiri 34 delegasi bisnis Indonesia yang terdiri dari pelaku usaha, kementerian/lembaga, dan pemerintah daerah.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Arlinda, Jumat (10/8/2018), di Jakarta, mengapresiasi pencapaian penjualan itu. Menurut dia, pameran itu bagian dari upaya meningkatkan ekspor Indonesia ke Thailand.
Arlinda menceritakan, salah satu aktivitas yang mendapat sorotan kementerian adalah penandatanganan nota kesepahaman antara PT Kalinda Berkah Indonesia dan C&P World Tours, Songkhla, Thailand, senilai 135.000 dollar AS untuk produk bawang goreng dan kopi instan.
”Kami sekarang tengah berupaya memperbaiki neraca perdagangan dengan Thailand,” katanya.
Mengutip data Kementerian Perdagangan, selama Januari-April 2018, nilai total perdagangan kedua negara sebesar 5,74 miliar dollar AS atau naik 16,33 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Produk-produk utama yang diekspor ke Thailand adalah batubara, suku cadang kendaraan, tembaga, emas, kacang-kacangan, produk elektronik, kelapa, dan kompresor.
Sehari sebelumnya, Arlinda bersama Dirjen Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sri Puguh Budi Utami menandatangani perjanjian kerja sama pengembangan desain produk karya warga binaan lembaga pemasyarakatan. Pengembangan desain ini diharapkan mampu mendongkrak pemasaran produk ke pasar mancanegara.
Arlinda menjelaskan, kerja sama mencakup pula peningkatan kemampuan peserta, pengembangan desain produk dan kemasan, dukungan promosi, dan informasi peluang pasar ekspor. Harapannya, setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan, warga binaan memiliki keterampilan wirausaha produktif.
Perjanjian kerja sama yang ditandatangani kemarin merupakan tindak lanjut dari nota kesepahaman kedua kementerian yang ditandatangani Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita bersama Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly pada 3 April.
Produk warga binaan lembaga pemasyarakatan telah dipromosikan dalam pameran dagang Trade Expo Indonesia Ke-32 pada tahun 2017. Pada Juli 2018, produk mereka kembali dipamerkan pada sesi pertemuan Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area dan Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle di Thailand.
Menurut Sri Puguh, 36 lembaga pemasyarakatan memiliki warga binaan yang aktif memproduksi barang ekonomi kreatif tujuan ekspor. Contoh produknya adalah batik tulis pewarna alam dan serat fiber dari sabut kelapa. Sekitar 50 persen dari hasil penjualan diserahkan kepada warga binaan dalam bentuk premi, sisanya disetorkan kepada negara untuk menjadi penerimaan negara bukan pajak.