JAKARTA, KOMPAS--Pemasaran produk melalui platform perdagangan secara elektronik atau e-dagang memerlukan konsistensi. Konsistensi itu di antaranya menjaga kualitas produk.
Menurut data Kementerian Perindustrian, dari 2.600 industri kecil menengah (IKM) pelaku e-smart, hanya 4 persen di antaranya yang dinilai berhasil menjalankan pemasaran dalam jaringan secara berkelanjutan.
Program e-smart adalah pelatihan dua hari yang membekali IKM dengan strategi peningkatan daya saing, produktivitas produksi, fasilitas dari pemerintah, dan pemasaran melalui platform digital. Program ini diluncurkan pada Januari 2017.
Kementerian Perindustrian bekerja sama dengan lima laman pemasaran, yaitu Blanja.com, Bukalapak, Blibli.com, Shopee, dan Tokopedia.
"Industri kecil menengah adalah pelaku industri yang memproduksi barang sendiri. Salah satu kendala membangun pemasaran berkelanjutan di dunia e-dagang adalah kondisi hulu atau produksi. Masih banyak material produksi mereka dari luar negeri," kata Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih, di sela-sela diskusi Google untuk usaha kecil menengah (UKM), Kamis (9/8/2018), di Jakarta.
Terkait penguasaan teknologi digital, Kemenperin -yang bermitra dengan Google-, menggelar program Sahabat Go Digital. Program ini berupa pelatihan daya saing produk di ranah digital dengan pengajar tim Google.
Berdasarkan data Kemenperin, saat ini ada 4,4 juta IKM di Indonesia. Separuh di antaranya bergerak di sektor industri makanan dan minuman. Nilai tambah IKM pada 2015 sebesar Rp 439,86 triliun, yang meningkat menjadi Rp500 triliun pada 2016 dan Rp 540 triliun pada triwulan II-2017.
Head of Small Medium Business Marketing Google Indonesia, Fida Heyder, menyebutkan, sejak 2015, pihaknya membantu pemerintah Indonesia melatih satu juta IKM/UKM. Pelatihan diselenggarakan melalui berbagai pendekatan, misalnya program Gapura Digital dan Womenwill bagi wirausaha perempuan.
Head of Marketing Google Indonesia, Veronica Utami, menceritakan, rata-rata pelaku IKM/UKM mengerjakan sendiri proses produksi, pemasaran, hingga distribusi. Manajemen keuangan juga dilakukan mandiri.
Toko luar jaringan
Kendati e-dagang semakin marak, namun laman e-dagang justru membuat toko luar jaringan.
Pendiri dan CEO Hijup, laman pemasaran busana muslim, Diajeng Lestari, mengakui, toko luring dibuat untuk memperluas pasar. Saat ini, tujuh toko luring di Indonesia sudah dibuka, yakni di Bandung, Palembang, Padang, Lombok, Makassar, Samarinda, dan Pekanbaru. Hijup berencana membuka toko luring di Inggris tahun ini, menyusul yang sudah didirikan di Malaysia.
Diajeng menargetkan, 20 toko akan dibuka sampai dengan akhir tahun ini dan 50 toko di akhir 2019. "Kami berharap antara toko daring dan luring bisa saling melengkapi," katanya.
Sementara itu, Associate Vice President of Special Project Bukalapak Rahmat Danu Andika, Kamis, di Jakarta, mengatakan, tren belanja daring terus tumbuh. Berdasarkan data Bukalapak, 40 persen dari 50 juta pengguna aplikasi Bukalapak pernah membeli kebutuhan sehari-hari. (MED/E02/E14)