Berkreasi dengan Kayu Jati
Bahan baku kayu jati tidak melulu harus diolah menjadi mebel berukuran besar. Dengan memberi sentuhan cita rasa seni, Wiwiek Kaptiani (60), pemilik CV Sekarjati, mampu menyulap kayu jati menjadi cindera mata berukuran kecil hingga sedang. Olahan kayu jati itu kini dicari wisatawan mancanegara untuk dibawa sebagai suvenir atau kenang-kenangan saat kembali ke negaranya.
Saat memasuki ruang pamer CV Sekarjati di Jalan Kolonel Sugiono, Nomor 51, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, pengunjung akan disambut berbagai produk berbahan kayu jati. Sejumlah produk yang terpajang antara lain baki, kotak perhiasan, kotak tisu, kotak teh celup, dan pajangan pohon natal. Agar semakin memikat calon pembeli, Wiwiek juga menghiasi produknya dengan berbagai ukiran, seperti ukiran wayang, bunga kamboja, atau patung sura dan buaya, yang merupakan ikon Kota Pahlawan, Surabaya. Baki yang ia tawarkan, misalnya, dilengkapi kain batik atau kain tenun dari beberapa daerah.
"Setelah diolah, produk tidak polos. Produk sebisa mungkin dihiasi mengikuti tren agar diminati, terutama konsumen dari luar negeri, yang memang menjadi pelanggan setia sejak usaha ini ada tahun 1989," ujar ibu tiga anak itu saat ditemui beberapa waktu lalu.
Kreasi Wiwiek mendapatkan apresiasi, antara lain pada ajang pameran nasional Inacraft. Tempat tisu berbahan kayu jati mendapat penghargaan Inacraft Award 2012 Merit Prize in Wood Category. Setahun setelahnya, giliran baki Bumi Ayu Rotan yang menyabet Inacraft Award 2013 Best Prize in Wood Category. Pada 2016, kreasi baki kayu jati corak kamboja memperoleh penghargaan Inacraft Award 2016 Best Prize in Wood Category.
Sebelum Wiwiek menjalankan CV Sekarjati, perusahaan yang berdiri sejak 1989 itu dikelola almarhum suaminya, Shahputra. Ketika itu perusahaan fokus memproduksi mebel dari kayu jati, seperti meja, kursi, dan lemari. Saat itu, mebel diekspor ke sejumlah hotel dan restoran di Malaysia, Belanda, Perancis, Inggris, dan Amerika Serikat.
Sang suami yang merintis usaha kerajinan kayu dari garasi rumah itu meninggal pada 2008. Wiwiek lalu memutuskan untuk melanjutkan usaha walaupun dia tidak pernah terlibat langsung sebelumnya.
"Saya sebelumnya ibu rumah tangga saja. Setelah suami meninggal, saya pelan-pelan minta diajari pegawai dan tukang kayu dan ukir bagaimana pengolahan kayu jati," ujar alumnus Diploma 3 Jurusan Kesekretariatan Akademi Sekretari Widya Mandala Surabaya itu.
Produk beragam
Berbekal bimbingan dari pegawai perusahaan dan tukang kayu, ia perlahan melanjutkan usaha Shahputra. Akan tetapi, pada 2009, permintaan mebel kayu jati oleh pembeli asing berjalan stagnan, bahkan cenderung menurun. Padahal, pangsa pasar produknya konsumen asing. Untuk lokal, belum banyak pembeli yang berminat pada seni produk kerajinan kayu jati.
Melihat keadaan tersebut, Wiwiek mulai berinovasi dengan memproduksi cendera mata dari kayu jati yang dipasok dari Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Produk yang pertama dihasilkan adalah kotak perhiasan. "Produk itu terinspirasi dari karya kotak perhiasan yang pernah dibuat almarhum suami saat pertama membuka CV Sekarjati," ujar Wiwiek, yang kini gencar promosi produk lewat media sosial.
Dalam perjalanannya, produk yang dihasilkan semakin beragam. Cendera mata dari kayu jati itu dibanderol dengan harga mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 1,5 juta, tergantung dari jenisnya. Produk-produk tersebut kemudian dipromosikan melalui pameran Inacraft di Jakarta yang mulai ia ikuti sejak tahun 2012. Dalam pameran itu, masukan terkait dengan produknya kerap dilontarkan pengunjung.
Dalam sebulan, penjualan CV Sekarjati berkisar 150-350 barang. Volume penjualan bergantung pada pesanan atau kedatangan pembeli ke ruang pamer usahanya.
Tak hanya dari pengunjung, Wiwiek juga tidak menutup diri menerima masukan dari orang-orang yang kerap ia kunjungi, seperti pemasok kayu serta perajin batik. Dari pembeli, yang kebanyakan ekspatriat, ia juga mendapat saran agar bisa menyesuaikan dengan selera warga negara asing. Kini, pelanggan yang berkunjung ke ruang pamernya bisa memesan ukiran khusus atau jenis kain yang dipasang sesuai dengan permintaan dan selera mereka. Selain suvenir, mebel seperti kursi tamu, meja makan, atau lemari ukuran besar juga bisa dipesan oleh ekspatriat.
Meski sudah fokus memproduksi cendera mata, akar yang mengawali keberadaan perusahaan itu tetap dipertahankan. Produksi mebel tetap dilakukan, tetapi hanya memenuhi pesanan dari dalam negeri atau luar negeri. Wiwik dibantu oleh 10 tukang dalam memproduksi kerajinan dan 3 orang di bidang pemasaran serta administrasi.
Mengelola perusahaan bukanlah pekerjaan mudah. Namun, kisah Wiwiek ibarat mengulang kisah-kisah kegigihan dan menunjukkan bahwa tidak ada yang tidak mungkin. "Teruslah bekerja dengan gigih. Seiring berjalannya waktu, produk kerajinan kayu jati kian diminati, bahkan bentuk dan fungsinya bertambah. Saya juga menjadi pengusaha yang semakin matang," kata Wiwiek.