Distrik Seni yang berada di lantai enam pusat perbelanjaan Sarinah dibuka untuk umum mulai 2 Juni 2022 hingga Mei 2023. Ruang artistik tersebut merupakan wadah interaksi antara seni, seniman, dan masyarakat.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
Distrik Seni dibuat dengan harapan agar seniman bisa memamerkan karyanya, publik bisa mengapresiasi seni, dan ruang serupa tumbuh di mana-mana. Syukur-syukur jika ada yang berniat membeli dan mengoleksi karya seni. Niscaya ekosistem seni tidak hanya tumbuh, tetapi juga berdikari.
Konsep berdikari digagas oleh Presiden Soekarno. Ia berharap Indonesia mampu mewujudkan ekonomi yang berdikari (berdiri di kaki sendiri), yakni yang mandiri, mengandalkan sumber daya dalam negeri, dan tidak tergantung pada pihak lain.
Kemandirian tersebut diharapkan terjadi di ekosistem seni dalam negeri. Tidak hanya mandiri, para pelaku seni pun berharap ekosistemnya berkelanjutan dan punya daya tahan terhadap berbagai rintangan.
Sebelumnya, dunia seni budaya dihadapkan dengan pandemi Covid-19. Kondisi itu membuat sejumlah kegiatan seni budaya, seperti pameran, pertunjukan, konser, dan teater ditunda atau dibatalkan. Kegiatan berhenti, berhenti pula pemasukan mereka yang menggantungkan hidup pada seni budaya.
Ada sebagian pekerja seni budaya yang lantas beralih profesi. Hal ini dikhawatirkan mengurangi atau bahkan menghilangkan keterampilan asli mereka. Pada akhirnya, ini akan bermuara ke masalah regenerasi dan hilangnya talenta.
Tantangan lain di ekosistem seni adalah dana. Dana dibutuhkan agar kegiatan seni budaya tetap berjalan. Selama ini dana kesenian datang dari pihak swasta, filantropi, atau pemerintah. Namun, pandemi Covid-19 membuat banyak pihak melakukan refocussing anggaran sehingga pendanaan untuk kegiatan seni budaya bukan jadi prioritas utama.
Bisa dibilang ekosistem seni di Indonesia belum berdikari. Namun, sejumlah upaya sudah dilakukan untuk menguatkan ekosistem seni dan menjadikannya berkelanjutan. Pemerintah, misalnya, menyediakan dana abadi kebudayaan atau Dana Indonesiana untuk kegiatan seni budaya. Pemerintah mengalokasikan Rp 5 triliun untuk Dana Indonesiana. Ada pula program Fasilitasi Bidang Kebudayaan dari pemerintah untuk mendanai kegiatan seni budaya masyarakat.
Selain dana, ekosistem seni berkelanjutan pun membutuhkan ruang agar seniman bisa mengekspresikan diri dan bereksperimen. Membuka akses ruang tersebut seluas-luasnya untuk masyarakat pun penting. Ini agar interaksi masyarakat dengan seni terwujud. Dengan demikian, seni menjadi inklusif, tidak dimiliki sebagian orang saja.
Ruang tersebut coba diwujudkan dengan membuat Distrik Seni di lantai enam pusat perbelanjaan Sarinah, Jakarta. Distrik Seni adalah ruang artistik yang mewadahi berbagai kegiatan seni, antara lain pameran dan lokakarya. Distrik Seni diresmikan pada Rabu (1/6/2022), lantas dibuka buat umum pada Kamis (2/6).
Distrik Seni akan hadir di Sarinah selama setahun, tepatnya hingga Mei 2023. Sedikitnya ada empat pameran yang akan berlangsung selama setahun di sana. Setiap pameran berlangsung selama tiga bulan.
Distrik Seni sedang menjadi tuan rumah untuk pameran bertajuk Berdikari!. Pameran tersebut berlangsung pada 2 Juni hingga 22 Agustus 2022. Ada 27 seniman yang berpameran. Mereka adalah seniman individu dan kolektif, antara lain Dolorosa Sinaga, Gardu House, Tromaram, dan Rux Container.
Pemilihan diksi ”berdikari” merupakan tribute atau penghargaan terhadap Soekarno. Gagasan itu diadaptasi pada pameran seni yang berlangsung di Sarinah, bangunan yang digagas oleh Soekarno pula. Adapun Soekarno juga pencinta seni rupa.
Pameran Berdikari! merupakan kompilasi seni karya seniman lintas generasi yang mewakili sejarah perkembangan seni rupa di Indonesia. Untuk menikmati lini masa seni rupa Indonesia, pengunjung dapat mendatangi Ruang Dr Ir Soekarno lebih dulu.
Ruangan itu berisi karya para maestro, seperti Sunaryo, Edhi Sunarso, Sudjojono, dan AD Pirous. Mereka adalah seniman yang memengaruhi perkembangan seni rupa Indonesia, utamanya di masa revolusi setelah kemerdekaan.
Ruangan lain di Distrik Seni disebut Ruang Garda yang ada di sayap kiri dan kanan ruangan. Ruang tersebut memamerkan karya seni kontemporer dari para seniman masa kini.
”Seni rupa kini tidak hanya lukisan, tetapi sudah luas sekali kreasinya,” kata penata artistik Distrik Seni Farah Wardani.
Ruang Garda juga menunjukkan kecenderungan praktik seni yang ada sekarang, yakni berkarya secara kolektif. Farah menambahkan, seniman generasi baru sadar bahwa berkesenian tidak bisa dilakukan sendirian saja. Berkesenian pun tidak lagi terbatas pada sifat romantis dan intim, yakni ketika seniman menghabiskan waktu sendirian untuk menggarap karya seninya.
Karya para seniman generasi baru pun menunjukkan respons terhadap dunia mereka saat ini. Kurator pameran, Nilu, mencontohkan, instalasi karya MangMoel yang berupa terumbu karang dari rajutan memiliki pesan soal keberlanjutan lingkungan.
Kurator pameran, Bob Edrian, menambahkan, salah satu instalasi menggunakan teknologi untuk mencari tagar #pleasure di media sosial. Jika ada yang mengunggah tagar tersebut, turbin pada instalasi akan berputar. Adapun #pleasure merupakan simbol dari kemajuan teknologi yang begitu pesat hingga orang kini sulit membedakan waktu untuk beristirahat dan bekerja.
Menurut penata artistik Distrik Seni, Heri Pemad, ruang presentasi dan apresiasi seni perlu diperbanyak. Ruang seperti itu belum banyak di Indonesia. Padahal, kesempatan memamerkan karya seni ditambah kemampuan masyarakat untuk mengapresiasi seni menentukan keberlanjutan seni.
”Distrik Seni sangat dekat dengan tempat nongkrong. Kita bisa memprovokasi ide dan gagasan (lewat seni) karena ini tempat berkumpulnya para kreator. Di sisi lain, Distrik Seni juga memberi ruang buat seniman. Saya pikir Distrik Seni di Sarinah menjawab miskinnya ruang untuk mengakomodasi kekayaan dan perkembangan seni,” ucap Heri.