Rektor UGM Terpilih Siap Jadi Mitra Kritis Pemerintah
Ova Emilia terpilih sebagai Rektor Universitas Gadjah Mada periode 2022-2027. Ia berjanji membawa UGM ke dalam tiga posisi.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
SLEMAN, KOMPAS – Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Ova Emilia, terpilih sebagai Rektor UGM periode 2022-2027. Seusai terpilih sebagai rektor, Ova menyatakan, UGM akan menjadi mitra pemerintah yang kritis dan konstruktif demi kemajuan bangsa.
Ova Emilia terpilih sebagai rektor dalam rapat pleno Majelis Wali Amanat (MWA) UGM yang digelar pada Jumat (20/5/2022) siang hingga sore di Balai Senat UGM, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pemilihan itu dihadiri para anggota MWA UGM, baik yang berasal dari internal maupun eksternal.
Sejumlah pejabat yang menjadi anggota MWA UGM juga hadir, yakni Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim, serta Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X.
Selain Ova, ada dua orang lain yang berkompetisi sebagai calon Rektor UGM dalam rapat pleno MWA UGM, yakni Bambang Agus Kironoto serta Deendarlianto. Kedua calon tersebut berasal dari Fakultas Teknik UGM.
Rapat pleno pemilihan Rektor UGM itu diawali presentasi dari setiap calon, lalu dilanjutkan tanya jawab dengan para anggota MWA. Setelah presentasi dan tanya jawab rampung, tahapan dilanjutkan dengan pemilihan rektor. Dari 25 suara dalam pemilihan tersebut, Ova memperoleh suara terbanyak dengan 21 suara, Deendarlianto mendapat tiga suara, dan Bambang Agus Kironoto memperoleh satu suara.
“Yang tertinggi suaranya dan melampaui 50 persen adalah Prof Ova Emilia. Oleh karena itu, rapat pleno MWA UGM memutuskan rektor terpilih untuk periode 2022-2027 adalah Prof Ova Emilia,” kata Pratikno yang merupakan Ketua MWA UGM.
Pratikno mengatakan, menurut rencana, Ova akan dilantik sebagai Rektor UGM pada 27 Mei 2022. Hal ini karena masa jabatan Rektor UGM periode 2017-2022, Panut Mulyono, akan habis dalam waktu dekat. “Karena Prof Panut akan segera berakhir masa jabatannya, MWA UGM akan segera melakukan pelantikan rektor terpilih. Nanti pada tanggal 27 Mei 2022,” tuturnya.
Pratikno berharap, Ova bisa memimpin UGM dengan baik dan membawa banyak kemajuan untuk universitas tersebut. Pratikno juga menyarankan Ova bekerjasama dan memanfaatkan ide-ide dari para calon rektor yang lain. “Bahkan, secara spesifik, kami menyarankan Prof Ova membuat forum diskusi dengan calon-calon rektor yang lain dan para stakeholder (pemangku kepentingan),” ungkapnya.
Kerja sama
Sesudah terpilih sebagai Rektor UGM, Ova Emilia mengatakan, UGM siap menjalin kerja sama dengan pemerintah. Ova juga menyebut, UGM akan menjadi mitra yang kritis sekaligus konstruktif bagi pemerintah. “Yang jelas, kami akan menjadi mitra yang tetap kritis tetapi juga konstruktif demi kemajuan kita bersama,” tuturnya.
Selama ini, UGM sudah menjalin kerja sama di berbagai bidang dengan lembaga pemerintah. Ova menyebut, salah satu kerja sama antara UGM dan pemerintah yang sudah berjalan adalah di bidang kesehatan. Dalam bidang itu, UGM antara lain bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk pemerataan distribusi dokter.
“Kami memang sangat aktif kerja sama dengan Kementerian Kesehatan, terutama untuk pemerataan distribusi dokter karena kita tahu ada sekitar 500 puskesmas yang tidak mempunyai dokter. Jadi, itu termasuk prioritas,” ungkap Ova.
Dalam presentasinya sebelum pemilihan rektor, ia berjanji akan membawa UGM ke dalam tiga posisi. Posisi pertama adalah UGM sebagai kampus penjaga persatuan, kebhinekaan, dan kebangsaan. Kedua, UGM sebagai pemimpin transformasi institusi pendidikan tinggi di Indonesia. Ketiga, UGM sebagai pengawal kepemimpinan strategis Indonesia di level global.
Untuk mewujudkan UGM sebagai kampus penjaga persatuan, kebhinekaan, dan kebangsaan, Ova berjanji melakukan sejumlah hal, misalnya menyelenggarakan pendidikan bermartabat dan inklusif, mendorong keberagaman latar belakang mahasiswa, menggunakan teknologi yang memanusiakan, serta menyelenggarakan pengabdian yang terstruktur dan berkelanjutan.
Guna menjadikan UGM sebagai pemimpin transformasi institusi pendidikan tinggi di Indonesia, Ova bakal menempuh beberapa langkah, misalnya mewujudkan pendidikan yang terpersonalisasi, mendorong kewirausahaan mahasiswa dan keberlanjutan inovasi, mengembangkan tata kelola dan kelembagaan riset berbasis digital, dan membuat pusat unggulan penelitian yang khas Indonesia.
Adapun untuk mewujudkan UGM sebagai pengawal kepemimpinan strategis Indonesia di level global, Ova berjanji akan melakukan tiga hal. Pertama, memperbanyak pemberian beasiswa bagi mahasiswa luar negeri. Kedua, membuat pusat studi dan creative hub (pusat kreatif) dengan kelembagaan, sumber daya, dan jejaring internasional. Ketiga, melakukan riset dan publikasi bersama dengan mitra internasional.
Sementara itu, Nadiem Makarim berharap, Ova Emilia bisa menjalankan program Kampus Merdeka yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Dengan menjalankan program Kampus Merdeka, para mahasiswa dan dosen UGM diharapkan bisa lebih leluasa dalam belajar.
“Ini akan menjadi tantangan yang sangat besar bagi Prof Ova untuk melaksanakan program-program Kampus Merdeka yang memerdekakan mahasiswa dan dosen,” ujar Nadiem.