Hidupkan Kebiasaan Membaca melalui Perpustakaan Sekolah
Penguatan literasi anak-anak bisa dilakukan dengan mengajak mereka membaca dan beraktivitas di perpustakaan sekolah ataupun taman bacaan masyarakat.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kebiasaan membaca anak-anak sekolah bisa ditumbuhkan dengan memberikan akses buku bacaan berkualitas serta berbagai program kreatif dan menyenangkan. Dengan membaca, imajinasi anak akan tumbuh. Nilai-nilai atau pesan baik pun akan lebih mudah diingat dan dilakukan anak-anak.
Dalam acara bertajuk Share More Kindness with The Body Shop Green Ramadhan yang digelar The Body Shop Indonesia di Jakarta, Jumat (8/4/2022), pendiri sekaligus Direktur Eksekutif Taman Bacaan Pelangi, Nila Tanzil, mengatakan, menumbuhkan minat membaca sejak dini pada anak-anak bisa dilakukan dengan mengoptimalkan perpustakaan sekolah. Hal inilah yang dilakukan Taman Bacaan Pelangi dengan mendukung para guru di berbagai sekolah dasar (SD) di kawasan timur Indonesia untuk mengatasi ketertinggalan kompetensi literasi anak-anak didiknya.
”Kami senang kini bisa mendapat dukungan dari The Body Shop Indonesia untuk bisa menghadirkan perpustakaan hijau atau green library di kawasan timur Indonesia, khususnya di Kupang, Lombok, dan Makassar,” ujar Nila.
Menurut dia, konsep perpustakaan hijau ini tidak hanya menyediakan buku-buku anak bertema lingkungan hidup. Anak-anak juga bisa melihat berbagai furnitur di perpustakaan sekolah yang dibuat dari bekas barang-barang produk The Body Shop yang didaur ulang. Selain itu, di dinding perpustakaan sekolah ada mural bertema alam dan tulisan dengan pesan untuk menjaga lingkungan.
Nila menyebutkan, memperkuat gerakan literasi di perpustakaan sekolah dilakukan sejak tahun 2009. Para guru SD dilatih dengan modul untuk dapat membuat jam kunjung perpustakaan bisa menyenangkan. Para guru bisa membacakan buku cerita dengan nyaring atau meminta siswa membaca berpasangan.
”Kami mengadvokasi juga kepala sekolah supaya kegiatan literasi ke perpustakaan sekolah bisa masuk kurikulum sekolah. Satu jam per minggu siswa SD didampingi guru akan belajar di perpustakaan, membaca dan aktivitas literasi lainnya,” ujarnya.
Terkait perpustakaan hijau, para guru akan diberi bekali untuk bisa memperkuat pesan tentang kepedulian pada lingkungan lewat buku bacaan. Ada juga program lomba menulis buku ataupun lomba bercerita untuk siswa dengan tema lingkungan.
Tak ketinggalan, guru juga menggandeng orangtua untuk bisa terlibat menumbuhkan minat baca anak-anak di rumah. Untuk aksi lingkungan, orangtua bisa membiasakan anak-anak membuang sampah pada tempatnya.
”Buku bisa menginspirasi dan menyampaikan pesan secara halus. Pesan lewat cerita lebih masuk dan diingat anak-anak sehingga mereka mau melakukan,” ujar Nila.
Taman Bacaan Pelangi sudah membangun 145 perpustakaan SD dan menjangkau sekitar 34.000 anak usia 5-13 tahun serta melatih 5.000 guru. Tiap perpustakaan minimal mendapat 1.250 buku bacaan anak.
CEO The Body Shop Indonesia Aryo Widiwardhono mengatakan, di bulan Ramadhan tahun ini, The Body Shop Indonesia hendak mengajak masyarakat untuk turut mendukung literasi pada anak-anak yang masih jadi tantangan di Indonesia, sekaligus mendukung keberlanjutan atau isu lingkungan.
Buku bisa menginspirasi dan menyampaikan pesan secara halus. Pesan lewat cerita lebih masuk dan diingat anak-anak sehingga mereka mau melakukan.
Head of Values, Community, dan Public Relation The Body Shop Indonesia Ratu Ommaya mengatakan, berbagi kebaikan kepada sesama dan semesta tahun ini diwujudkan dengan mendukung perpustakaan hijau di SD bersama Taman Bacaan Pelangi. Masyarakat bisa mendonasikan dana ataupun membawa kembali botol-botol bekas produk The Body Shop untuk didaur ulang dan dipakai sebagai furnitur di sejumlah perpustakaan SD. Donasi berlangung hingga 18 Mei 2022.
Ratu menambahkan, dukungan pada literasi yang dilakukan The Body Shop Indonesia tahun ini didorong keyakinan bahwa kebiasaan membaca pada anak dapat mendorong hidup berkelanjutan.
”Sayangnya, kemampuan literasi anak-anak Indonesia masih rendah. Dukungan lewat perpustakaan hijau menggabungkan kepedulian pada masalah literasi dan keberlanjutan yang ditanamkan sejak dini pada anak-anak,”kata Ratu.
Dukungan komunitas
Secara terpisah, dukungan untuk meningkatkan literasi anak-anak sekolah juga dilakukan taman bacaan masyarakat (TBM). Pendiri TBM Gada Membaca, Agus Munawar, mengatakan di masa pandemi, anak-anak sekolah kehilangan waktu belajar di sekolah. Kehadiran TBM bisa mendukung layanan baca dan pinjam buku. ”Bahkan, kami bekerja sama dengan para guru sekolah dari SD-SMA untuk mengajak anak-anak bisa memanfaatkan TBM untuk tempat belajar,” ujar Agus.
Para sukarelawan di TBM Gada Membaca di Ciamis, Jawa Barat, juga mendampingi anak-anak SD yang belum lancar membaca dengan membacakan buku cerita bagi mereka. ”Siswa yang sudah lancar membaca kami ajak untuk berani membacakan buku buat teman-temannya,” kata Agus.
Menurut Agus, aktivitas literasi pun dikaitkan dengan kepedulian menjaga kelestarian lingkungan. Ada juga kegiatan memberdayakan ekonomi warga dengan mempelajari budidaya ikan ataupun pertanian yang terinspirasi dari buku-buku bacaan.
Manajer Provinsi Inovasi Kalimantan Utara Handoko Widagdo mengatakan, dari pengalaman Program Inovasi mendukung peningkatan literasi di Kalimantan Utara, dukungan guru, sekolah, pemerintah daerah, hingga masyarakat sama pentingnya untuk membantu anak-anak mendapatkan pendidikan bermutu. Para guru yang sudah dibekali pengetahuan dan keterampilan mengajarkan literasi juga mendorong pemanfaatkan perpustakaan sekolah.
”Karena waktu di sekolah terbatas, para guru juga mulai bekerja sama dengan pegiat TBM di daerahnya untuk mendukung penguatan literasi anak-anak di komunitasnya. Cara ini berhasil baik,” kata Handoko.
Di Kalimantan Utara, penguatan literasi bagi siswa, terutama SD, berbuah manis. Anak-anak yang sudah bisa membaca diberi akses pada buku bacaan di perpustakaan sekolah ataupun TBM. Pemerintah daerah juga mendukung penyediaan buku-buku bacaan bermutu.