Freeport Bangun Gedung untuk Universitas Cenderawasih
PTFI sejauh ini sudah membangun enam asrama pendidikan. Beasiswa juga telah diberikan bagi belasan ribu siswa. Sebagai bagian dari pertanggungjawaban sosial maka gedung kampus pun dibangun.
Oleh
HARYO DAMARDONO
·3 menit baca
TIMIKA, KOMPAS – Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Papua, PT Freeport Indonesia membangun satu unit gedung di Kampus Universitas Cenderawasih di Jayapura. Gedung itu juga akan dimanfaatkan untuk pusat sains dan kemitraan.
“(Gedung) ini diharapkan mengakselerasi proses belajar mengajar di Universitas Cenderawasih. Semoga pula semua industri dapat menggunakan lulusannya (Uncen),” kata Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas, Selasa (5/4/2022) di Hotel Rimba Papua, Timika, usai nota kesepahaman pembangunan gedung itu.
Nota kesepahaman pembangunan gedung ditandatangani Tony Wenas bersama dengan Rektor Uncen Apolo Safanpo. Hadir pula para pejabat rektorat Uncen dan sejumlah dekan Uncen.
Menurut Apolo, bila selesai maka gedung tersebut dapat mendukung dalam implementasi Tridharma Uncen yakni terkait pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. “Fasilitas gedung baru memang harus terus dibangun oleh karena penduduk juga terus bertambah sehingga butuh sarana Pendidikan,” ujarnya.
Sejauh ini, Uncen menjadi tumpuan dari pendidikan tinggi di Papua. Universitas swasta ada tetapi daya tampungnya terbatas. Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi misalnya, 25 mahasiswa saja per angkatan. Ada kampus swasta lain hanya terima 50 mahasiswa per tahun. Total mahasiswa Uncen saat ini mencapai 33.000 orang.
“Tanpa (peningkatan) Pendidikan di Papua, pasti susah mencapai target SDGs, Sustainable Development Goals. Ini beda dengan di Jawa. Tiap kilometer saja ada satu perguruan tinggi,” ujar Apolo, saat bertemu Kompas, akhir tahun 2021.
Dijelaskan oleh Tony, dalam hal pendidikan, PTFI sejauh ini sudah membangun enam asrama pendidikan. Beasiswa juga telah diberikan bagi belasan ribu siswa. Sebagai bagian dari pertanggungjawaban sosial maka gedung pun dibangun untuk kemudian diberdayakan oleh Uncen.
“MoU (pembangunan gedung ini) sudah dimulai dari sejak beberapa rektor lalu. Sudah dibahas oleh tiga rektor tetapi baru sekarang direalisasikan,” ujar Apolo, yang berharap gedung itu dapat cepat dimanfaatkan.
Menurut Tony, PTFI mengalokasikan dana Rp 42 miliar untuk pembangunan gedung. “Target selesai 18 bulan. Ini segera dibangun. Semoga pandemi cepat mereda sehingga jadi cepat dibangun,” ujarnya. Total luas bangunan gedung mencapai 2.765 meter persegi yang terdiri dari tiga lantai dan satu lantai atap (rooftop).
Sebanyak 18 kelas akan dibangun di gedung itu serta satu ruang dosen, dan satu auditorium. Lantai atap akan dijadikan pula area pembelajaran dengan penempatan panel-panel surya yang dapat dipelajari oleh mahasiswa Uncen sebagai wujud dari konsep pembangunan berkelanjutan.
Menurut Tony, kolaborasi PTFI dan Uncen dijalin oleh karena ada begitu banyak lulusan Uncen yang juga bekerja di tambang Freeport. “Uncen juga sudah berdiri lama bahkan sebelum Papua ada,” ujarnya.
Berdasarkan amanat Bung Karno, Universitas Cenderawasih didirikan di Jayapura, Irian Barat, pada 10 November 1962. Ketika itu, Irian Barat secara administrasi masih di tangan United Nations For Temporary Authority (UNTEA). Uncen dengan demikian sempat menjadi satu-satunya lembaga Pemerintahan Republik Indonesia yang pertama berdiri di Irian Barat (Papua), di samping perwakilan RI. Posisi Uncen pun menjadi sangat sentral pada masa itu.