Kampus Mulai Kembangkan Mata Kuliah di ”Metaverse”
Pendidikan pascapandemi berubah, salah satunya dalam hal pemanfaatan teknologi. Kampus Unika Atma Jaya mulai memperkenalkan mata kuliah di ”metaverse”.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Disrupsi ganda yang didorong oleh inovasi teknologi serta kemunculan pandemi Covid-19 membuat dunia pascapandemi tidak akan sama lagi dengan sebelumnya. Begitu pun dunia pendidikan dengan pemanfaatan teknologi. Kini, metaverse memberikan peluang pelaksanaan perkuliahan di dunia maya yang memungkinkan perluasan akses pendidikan yang inklusif.
”Dunia pendidikan tinggi harus menjadi bagian terdepan dalam menyongsong masyarakat dan peradaban pascapandemi, yang salah satu realitasnya ditandai dengan kehadiran metaverse,” kata Rektor Universitas Katolik Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko dalam acara Penandatangan Nota Kesepahaman Kerja Sama Proyek Metaverse Atma Jaya dengan PT WIR Asia, di Jakarta, Senin (21/3/2022).
Unika Atma Jaya berkolaborasi dengan PT WIR Asia mengembangkan mata kuliah di metaverse sebagai bagian dari ekosistem Metaverse Indonesia yang akan diluncurkan akhir tahun ini pada ajang Presidensi G20. Kesepakatan kerja sama berlangsung di Unika Atma Jaya Kampus Semanggi yang dilakukan langsung oleh Rektor Unika Atma Jaya dan Co-Founder WIR Group Jeffrey Budiman.
Prasetyantoko mengatakan, perkembangan teknologi memberikan peluang bagi peningkatan akses di berbagai bidang, seperti pendidikan, interaksi sosial, ataupun kegiatan ekonomi. Inovasi dan teknologi memberikan peluang peningkatan produktivitas yang bersifat inklusif.
”Kolaborasi ini juga sebagai bagian dari rangkaian peringatan Dies Natalis Ke-62 Unika Atma Jaya yang menegaskan peranannya sebagai bagian dari komponen pembangunan bangsa, sebagaimana semangat awal pendiriannya,” kata Prasetyantoko.
Di tahap pertama, ada 5-10 mata kuliah dari 38 program studi yang disiapkan, seperti psikologi, manajemen, dan teknik. Ada dosen yang sudah mampu menyiapkan konten kuliah di metaverse.
”Fokus untuk membangun mata kuliah di metaverse, ya, teknologinya dan konten,” ujar Prasetyantoko.
Di Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya sudah ada augmented reality untuk praktik melihat otak. Hal ini yang menjadi keyakinan Unika Atmajaya harus bisa segera beradaptasi dengan generasi masa kini yang akan semakin terbiasa dengan metaverse, termasuk dalam pendidikan.
”Faktanya memang masih tergagap. Dipaksa untuk kuliah online, sebagian besar baru belajar dengan menggunakan alat online. Namun, pekembangannya yang sekarang sangat cepat. Dunia pendidikan tidak mau ketinggalan mengadopsi TIK dalam kehidupan,” ucapnya.
Generasi masa kini sudah semakin terbiasa dengan prinsip metaverse. Mereka biasa bermain dengan teknologi yang ada di prinsip metaverse. Karena itu, belajar atau kuliah juga harus dirasakan seperti bermain gim, yakni dengan gamifikasi proses belajar-mengajar.
Teknologi metaverse bukan lagi teori, melainkan sudah dipraktikkan generasi masa kini. Oleh karena itu, kampus juga harus siap terjun ke metaverse supaya tetap relevan dan terus bisa berkontribusi dalam sektor pendidikan Indonesia.
”Unika Atma Jaya telah menyatakan diri sebagai kampus berwawasan yang berkelanjutan, dengan cara menyiapkan generasi transformatif yang mampu menghadapi perubahan di masa depan,” kata Prasetyantoko.
Permintaan lulusan yang memahami metaverse di dunia kerja tinggi, salah satunya perbankan dan pariwisata.
Sementara itu, Jeffrey mengatakan, pembangunan ekosistem metaverse, seperti Metaverse Indonesia, yang berskala masif membutuhkan dukungan berbagai pihak, salah satunya sektor pendidikan. Keseriusan Unika Atma Jaya dalam membangun sistem belajar-mengajar secara virtual di Metaverse Indonesia bisa menjadi awal dari era baru untuk sektor pendidikan masa depan Indonesia.
”WIR Group akan terus mengembangkan ekosistem yang menunjang Metaverse Indonesia melalui kolaborasi dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya guna membangun partisipasi masyarakat, terutama pelajar dan mahasiswa dalam hal teknologi metaverse. Kolaborasi ini juga memungkinkan kontribusi mahasiswa untuk turut andil dalam sejarah perkembangan metaverse di Indonesia,” kata Jeffrey.
Metaverse merupakan konsep semesta virtual kolaboratif yang menggabungkan interaksi manusia dengan avatar serta berbagai produk dan layanan antara dunia nyata dengan dunia digital tanpa batas. Berkat bantuan teknologi augmented reality (AR), virtual reality (VR), dan artificial intelligence (AI), semua bisa berlangsung secara simultan dan paralel di metaverse.
Metaverse memiliki potensi besar agar masyarakat bisa berinteraksi, bekerja, belajar, dan menjalani aktivitas lain dalam kehidupan, sebagaimana di dunia nyata. Pemanfaatan teknologi metaverse akan memberikan pengalaman sekaligus sarana bagi mahasiswa dalam berinteraksi dengan teman dan dosennya sehingga pembelajaran daring optimal dan tidak berbeda dengan pembelajaran langsung.
Unika Atma Jaya berkomitmen menyiapkan mahasiswa dengan pemahaman yang memadai menghadapi transformasi digital melalui berbagai program kerja yang berorientasi meningkatkan literasi teknologi serta penyiapan (inkubasi) berbagai kelompok masyarakat agar lebih siap memanfaatkan kemajuan teknologi.
WIR Group merupakan perusahaan yang fokus pada teknologi metaverse, seperti AR, VR, dan AI. Perusahaan ini memiliki lima paten global untuk AR dan terdaftar secara nasional ataupun Patent Cooperation Treaty (PCT) yang menjangkau hingga 153 negara di seluruh dunia.
CEO Wyr Solution Th Wiryawan mengatakan, permintaan lulusan yang memahami metaverse di dunia kerja tinggi, salah satunya perbankan dan pariwisata. Untuk itu, perguruan tinggi harus mengantisipasi perkembangan metaverse yang cepat karena kebutuhan ahli dan tenaga kerja yang memahami metaverse di dunia kerja meningkat pesat.