Gotong Royong Beasiswa di Surabaya untuk Siswa dari Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Sejak 2013 Pemerintah Kota Surabaya membuat program beasiswa dengan menggalang bantuan dari perusahaan, yayasan, organisasi, bahkan pegawai negeri untuk membiayai pendidikan anak dari masyarakat berpenghasilan rendah.
Oleh
AGNES BENEDIKTA SWETTA BR PANDIA
·3 menit baca
Pemerintah Kota Surabaya terus berupaya mengentaskan pelajar yang putus sekolah dengan menggandeng perusahaan, lembaga, dan organisasi agar memberikan beasiswa kepada anak dari masyarakat berpenghasilan rendah, Selasa (13/4/2021).
Setiap tahun, Pemerintah Kota Surabaya, di bulan ketiga atau empat mengetuk ”pintu” perusahaan, lembaga, dan yayasan, bahkan pribadi, agar bersedia menjadi orangtua asuh bagi pelajar dari masyarakat berpenghasilan rendah.
Pihak yang dianggap siap berkolaborasi untuk menyelamatkan generasi muda supaya bisa meraih mimpinya mendapat surat permohonan dari pemkot. Program beasiswa bagi pelajar tak mampu itu hanya menyasar siswa yang belajar di sekolah swasta dan di bangku SMP.
Sejak dua tahun terakhir, beasiswa dari pihak ketiga ini untuk membiayai sekolah siswa hingga lulus dalam waktu tiga tahun. Dengan cara ini, angka putus sekolah di Kota Surabaya relatif kecil.
Program beasiswa bagi pelajar dari keluarga masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), yang sudah berlangsung sejak 2013, dipelopori Tri Rismaharini ketika menjadi Wali Kota Surabaya. Langkah ini tak sekadar mengurangi angka putus sekolah.
Di sisi lain, program ini menyasar dua hal, yakni mengurangi kengototan warga Surabaya untuk menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah yang dikelola pemkot. Sebab, sejak 2010 hingga 2017, Pemkot Surabaya menggratiskan biaya pendidikan bagi pelajar SD, SMP dan SMA/SMK.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dalam beberapa kesempatan bertemu dengan pemberi beasiswa, termasuk Dana Kemanusiaan Kompas. Eri menegaskan, setiap anak mendapat beasiswa Rp 125.000 per bulan selama tiga tahun atau sampai dengan lulus. Dana tersebut langsung dimasukkan ke rekening sekolah siswa.
Kesempatan menjadi orangtua asuh tidak hanya diberikan kepada organisasi, lembaga, yayasan, atau pribadi, tetapi juga aparat sipil negara (ASN) di lingkungan Pemkot Surabaya. Khusus bagi ASN di lingkungan Pemkot Surabaya, dana beasiswa langsung dipotong dari gaji mereka.
Untuk mencari anak yang putus sekolah pemkot melibatkan RT/RW. Merekalah yang mengetahui keberadaan anakputussekolah di Surabaya.
Bahkan, Eri terus mendengungkan agar warga Surabaya segera menginformasikan jika di sekitarnya ada anak yang tak bisa meneruskan sekolah melalui RT/RW, atau langsung ke Dinas Pendidikan. Pengelolaan program beasiswa yang dimulai sejak tahun 2020 tersebut berada di bawah Dinas Pendidikan Kota Surabaya yang sebelumnya ditangani Dinas Sosial.
”Setiap ada informasi anak putus sekolah, selalu langsung diburu dan diajak kembali ke sekolah,” begitu kata Eri.
Dulu sebelum 2019, Pemkot menjaring peserta beasiswa melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Kegiatan ini diinisiasi Pemkot melalui Dinas Sosial Kota Surabaya yang bekerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi negeri dan swasta di Surabaya.
Ketika anak-anakputussekolah melebihi batas umur, maka Dinas Pendidikan akan memfasilitasi pendidikannya melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Namun, jika umur anak tersebut masih memenuhi persyaratan umur sekolah,mereka bisa mengikuti pembelajaran reguler.
Dalam upaya memberantas anakputussekolah di Surabaya, Pemkot juga menggandeng pilar-pilar sosial, seperti Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat (IPSM), Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), hingga RT/RW.
Menurut mantan Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya yang kini menjadi staf ahli Wali Kota Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia Pemkot Surabaya, Supomo, selama 2021, tercatat 1.753 ASN di lingkungan pemkot menjadi orangtua asuh. Para ASN tersebut menanggung biaya pendidikan sebanyak 2.800 anak asuh dari kalangan MBR.
Selama ini, program anak asuh telah menggandeng puluhan perusahaan, organisasi serta yayasan. Khusus perusahaan biasanya memanfaatkan dana CSR.
Dana beasiswa pada tahun 2021 sebesar Rp 3,8 miliar yang bersumber dari bantuan perusahaan, organisasi, dan yayasan. Jumlah tersebut naik dari tahun 2020 yang besarannya Rp 2,4 miliar.
Dana ini bersumber dari 23 perusahaan dan juga yayasan. ”Pemkot Surabaya tidak bisa berjalan sendirian tanpa bantuan dari semua pemangku kepentingan,” kata Eri.