Cagar budaya Pesanggrahan Menumbing di Bangka Belitung mengembangkan pameran sejarah interaktif. Cagar budaya itu juga akan dipugar.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
MUNTOK, KOMPAS — Badan Pelestarian Cagar Budaya Jambi membenahi cagar budaya Pesanggrahan Menumbing yang kini berusia hampir seabad. Selain merencanakan pemugaran, pameran yang menampilkan narasi sejarah yang interaktif dan modern pun dikembangkan.
Tata pamer Pesanggrahan Menumbing diresmikan pada Minggu (19/12/2021) di Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Bangka Belitung. Hadir dalam peresmian ini, antara lain, Menteri Sosial Tri Rismaharini dan Kepala Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi Agus Widiatmoko.
Agus mengatakan, Pesanggrahan Menumbing punya nilai penting dalam sejarah bangsa. Tokoh-tokoh negara pernah ditahan pada masa Agresi Militer II, kemudian diasingkan di Pesanggrahan Menumbing pada 1948-1949. Mereka adalah Moh Hatta, Sekretaris Negara AG Pringgodigdo, Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) Asa’at, serta Kepala Staf TNI Angkatan Udara Soerjadi Soerjadarma. Mereka tiba di Pesanggrahan Menumbing pada 22 Desember 1948.
”Hatta banyak merenung di masa ini. Tokoh-tokoh negara berunding di sini agar nanti Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia,” kata Agus. ”Hasil pemikiran dan gagasan para tokoh ini lah yang nantinya dibawa ke Konferensi Meja Bundar,” tambahnya.
Selain Hatta dan rombongan, ada sejumlah tokoh lain yang diasingkan di Bangka Barat. Soekarno, Agus Salim, M Roem, dan Ali Sastroamidjojo ditempatkan di Pesanggrahan Muntok yang berjarak sekitar 7 kilometer dari Pesanggrahan Menumbing. Pesanggrahan Muntok disebut juga Wisma Ranggam.
Menurut Agus, kedua cagar budaya nasional ini tidak cukup dilestarikan saja. Cagar budaya mesti dikembangkan menjadi tempat edukasi dan destinasi wisata sejarah, khususnya buat generasi muda.
”Pesanggrahan Menumbing selama ini dikenal sebagai tempat pembuangan Hatta. Padahal, di sini juga lahir pemikiran dan gagasan Hatta soal Indonesia,” ucap Agus.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata Bangka Barat Bambang Haryo Suseno mengatakan, penyerahan kedaulatan dari Pemerintah Belanda ke Indonesia berawal dari Bangka. ”Peran Bangka adalah peran dalam merebut kedaulatan dari jalur diplomasi,” katanya.
Ruang utama Pesanggrahan Menumbing ”disulap” menjadi area pameran. Di situ ada panel interaktif yang mengisahkan pengasingan para pemimpin RI ke Bangka Barat. Sejarah dalam bentuk animasi akan tayang di panel setelah pengunjung menyentuh tombol tertentu.
Ada pula sebuah ruangan gelap berisi patung Soekarno dan Hatta. Di belakang patung terdapat kain-kain yang digantung vertikal. Kain itu menampilkan kutipan-kutipan para tokoh negara yang ditembakkan dari proyektor.
Ada pula mobil Ford Deluxe 8 V bernomor polisi BN 10 yang dipajang. Mobil itu merupakan fasilitas yang diberikan Belanda ke Hatta, berikut bensin dan uang 10 gulden per hari. Hatta jarang menggunakan mobil ini. Mobil baru sering digunakan setelah Soekarno tiba.
Pesanggrahan Menumbing juga akan dipugar. Studi pemugaran akan segera dilakukan dengan melibatkan antara lain tim ahli cagar budaya. Pembenahan cagar budaya ini juga didukung pemerintah kabupaten setempat.
Pemugaran bakal diikuti dengan pengembangan pameran. Tahun depan, pameran tidak hanya menampilkan narasi sejarah para tokoh bangsa. Narasi akan berkembang ke dinamika masyarakat di Bangka Barat pada masa lalu yang sangat mendukung kemerdekaan Indonesia.
Mensos Risma berpendapat, potensi sejarah perlu diangkat agar publik tahu sejarah perjuangan bangsa secara utuh. Teknologi mesti dimanfaatkan untuk ini.