Museum Nasional mengadakan pameran virtual bertajuk ”Songket Indonesia: Connecting the Universe”. Pameran ini memamerkan 40 songket dari penjuru Indonesia yang jenis, motif, dan fungsinya beragam.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Museum Nasional memamerkan 40 koleksi songketnya dalam pameran virtual bertajuk ”Songket Indonesia: Connecting the Universe”. Publik diharapkan mengenal ragam jenis, warna, serta fungsi songket dari seluruh wilayah Indonesia melalui pameran ini.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Hilmar Farid, Senin (13/12/2021), mengatakan, songket merupakan tradisi yang berkembang di Indonesia selama ratusan tahun. Songket kemudian berkembang dan menyebar mulai dari Aceh hingga Papua. Songket masing-masing daerah punya ciri khas tersendiri. Songket juga dapat ditemui di negara tetangga, seperti Malaysia.
Hilmar menambahkan, Malaysia tengah mengajukan songket sebagai warisan budayanya ke Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO). Sidang penentuannya sedang berlangsung.
”Kita, Indonesia, juga ingin menyampaikan ke khalayak bahwa songket memiliki sejarah yang sangat panjang dan beragam. Salah satu langkah yang kami ambil (untuk merespons pengajuan warisan budaya oleh Malaysia) adalah melakukan pameran songket secara virtual,” kata Hilmar dalam pembukaan pameran secara daring.
Kain songket hadir di Indonesia sejak berabad-abad lalu. Silang budaya yang terjadi di masa lampau menjadi pintu masuk pertukaran ilmu pengetahuan antara manusia Nusantara dan para pelayar dari negeri-negeri seberang.
Ia berharap agar pameran ini menjadi media belajar dan menambah wawasan tentang songket. Ia juga berharap agar songket dapat menjadi inspirasi berkarya bagi publik. Pameran dapat diakses melalui laman Pameransongketindonesia.id.
Songket merupakan salah satu wastra Indonesia yang khas dengan benang emas ataupun perak. Benang itu ditenun menjadi motif tertentu di serat sutra, katun, atau serat tumbuhan lain. Adapun motif songket yang banyak ditemukan berupa flora, fauna, geometri, dan gambar makhluk mitologi.
Seiring berjalannya waktu, benang emas dan perak mulai dimodifikasi dengan benang lain. Salah satu tujuannya agar songket bisa digunakan untuk kegiatan sehari-hari. Songket kerap digunakan dalam perayaan daur hidup manusia, seperti saat kelahiran, pernikahan, ataupun upacara kematian.
”Songket ada yang terbuat dari benang emas, perak, dan ada yang menggunakan benang sewarna atau sejenis dengan bahan dasarnya,” kata perancang busana, Samuel Wattimena, melalui tayangan video.
Ia menambahkan, sebagian orang beranggapan bahwa songket hanya dapat digunakan pada kesempatan-kesempatan khusus. Padahal, songket dapat dikenakan sehari-hari. Terlebih kini songket dibuat dengan beragam jenis benang sehingga cocok untuk keseharian, baik untuk perempuan maupun lelaki.
Menurut kurator pameran, Mawaddatul Khusna Rizqika, songket merupakan manifestasi hubungan manusia dengan alam. Songket juga produk budaya yang dibentuk dari proses panjang sejak berabad-abad lalu.
”Kain songket hadir di Indonesia sejak berabad-abad lalu. Silang budaya yang terjadi di masa lampau menjadi pintu masuk pertukaran ilmu pengetahuan antara manusia Nusantara dan para pelayar dari negeri-negeri seberang,” katanya. ”Berbagai unsur ini terjalin dan membentuk wajah songket yang sarat makna, beragam, dan dinamis,” ujarnya.
Sementara itu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mengatakan, Indonesia punya 1.528 warisan budaya tak benda. Beberapa di antaranya adalah songket, antara lain, dari Palembang, Sambas, Pandai Sikek, Bali, dan Silungkang. Songket tersebut penting karena mengandung nilai-nilai kearifan lokal. Selain itu, songket dinilai sebagai karya seni, sumber ilmu pengetahuan, dan keterampilan lokal.
”Banyak yang bisa dipahami dari kain songket, seperti kesabaran, ketekunan, serta pentingnya menjaga kelestarian alam dan persatuan dalam keragaman,” ucap Nadiem.
Ia menambahkan, pemerintah sedang menyiapkan pengajuan tenun Nusantara sebagai warisan budaya tak benda yang diakui UNESCO. Pengajuan ini butuh dukungan semua pihak, baik pelaku budaya, pelajar, maupun masyarakat. Ia harap publik dapat berkolaborasi untuk melestarikan warisan budaya ini.