Sinergi SMK-Desa Mendorong Siswa Tak Berorientasi ke Kota
Sinergi sekolah menengah kejuruan dengan desa mendorong siswa memikirkan masa depan mereka di desa, bukan berbondong-bondong ke kota-kota besar.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
BANYUMAS, KOMPAS — Penguatan kolaborasi sekolah menengah kejuruan dan desa membuka peluang tumbuhnya pemanfaatan potensi desa untuk meningkatkan kesejahteraan. Gerakan SMK Mebangun Desa yang hampir tiga tahun ini dijalankan secara mandiri dan sukarela oleh sejumlah SMK negeri dan swasta mulai memberikan dampak.
Kepala SMK Negeri 1 Kalibagor, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Indriyani Rokhmaningsih, Minggu (5/12/2021), di Banyumas, Jawa Tengah, mengatakan, sekolahnya berhasil bekerja sama dengan kepala desa Kalibagor untuk pemanfaatan embung berukuran 90 m x 40 m di lokasi sekolah dan lahan desa seluas 17 hektar yang sempat telantar sebagai desa eduwisata. Sinergi awalnya dimulai dari langkah sederhana dengan melibatkan siswa dan guru.
Saat pandemi Covid-19, banyak perempuan di Desa Kalibagor yang kesulitan mendapatkan penghasilan. ”Kami bicara dengan kepala desa untuk menyatukan visi dan misi membantu masyarakat. Akhirnya, lahan parkir di depan parkir sekolah bisa dimanfaatkan untuk jualan warga dan siswa supaya bisa mendapatkan penghasilan,” kata Indriyani.
Sekolah yang memiliki guru dengan berbagai keahlian di bidang pertanian juga mendukung pengembangan lahan pertanian desa di sekitar embung yang ditanami banyak pohon kelengkeng, tapi telantar. Pengembangan desa eduwisata yang didukung pihak Desa Kalibagor, badan usaha milik desa, dan SMK secara tidak langsung juga akan mendorong anak-anak usia dini untuk mengenal SMK pertanian sehingga ada regenerasi petani di desa.
Adapun, Kepala SMK Muhammadiyah 1 Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Bambang Sahana menjelaskan, SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo yang memiliki keunggulan dalam pembuatan alat-alat kesehatan untuk kebutuhan rumah sakit memiliki pabrik di sekolah. Jika Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dapat mendukung untuk mempermudah akses permodalan dan membantu perizinan untuk kerja sama lintas kementerian, maka perkembangan industri di desa bisa terjadi.
”SMK punya potensi sesuai keahlian. Para siswa kami dengan kompetensi di bidang teknik mesin, otomotif, dan teknologi digital, menjadi sumber daya manusia yang potensial untuk pengembangan desa. Asal saja kita semua berkomitmen untuk bisa mengembangkan potensi di desa, seperti yang dilakukan di China,” kata Bambang.
Sekolah ini menerima pemesanan pembuatan berbagai tempat tidur perawatan di rumah sakit yang elektrik maupun manual. Sekolah yang memiliki ruang usaha kesehatan sekolah (UKS) juga memesan tepat tidur dari SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo.
Selain itu, SMK ini juga melayani pembuatan tiang infus, reparasi kursi roda, dan masih banyak lagi. Para siswa teknik mesin bisa praktik langsung dengan standar industri di pabrik. Bahkan, para siswa kadang harus kerja lembur saat banyak pesanan.
Bambang mengatakan, jika industri alat kesehatan yang dimotori SMK bisa didukung, peluang kerja untuk para alumni dan masyarakat desa terbuka. Mereka bisa diikutkan dalam pengerjaan berbagai kebutuhan peralatan kesehatan.
”Siswa yang lulus tak perlu pusing ke luar daerah. Program SMK Mbangun Desa punya semangat untuk mengajak SMK agar bisa mendukung tumbuhnya industri atau usaha di desa yang membutuhkan SDM dari lulusan SMK,” kata Bambang.
Siswa yang lulus tak perlu pusing ke luar daerah. Program SMK Mbangun Desa punya semangat untuk mengajak SMK agar bisa mendukung tumbuhnya industri atau usaha di desa yang membutuhkan SDM dari lulusan SMK
Sementara itu, Gerakan SMK Mbangun Desa yang dilaksanakan SMK Negeri 1 Kedawung, Kabupaten Sragen, berhasil mendorong badan usaha milik desa mengembangkan penanaman pohon kelengkeng jenis itoh super. Selain itu, dikembangkan pula perkebunan durian montong dan anggur.
Menurut Kepala SMK Negeri 1 Kedawung Budi Isnani, harga buah-buahan relatif stabil di pasaran sehingga dapat membantu peningkatan ekonomi warga. Masa pandemi menjadi pembelajaran bahwa desa punya potensi sebagai tempat siswa magang tanpa harus ke luar daerah.
SMK Kristen Pedan di Kabupaten Klaten juga terinspirasi untuk bersinergi dengan berbagai desa dalam meningkatkan hasil pertanian organik dan peternakan. Sekolah ini mengembangkan inovasi mesin penggilingan kotoran ternak yang dapat diubah jadi kompos. Mesin tersebut juga dapat menghaluskan rumput untuk makanan ternak kambing dan sapi.
Bertahan di Desa
Para siwa mulai melihat secara langsung potensi desanya karena dilibatkan dalam program sinergi SMK-desa. Karil Muharom (16), siswa jurusan mekanisasi pertanian SMKN 1 Kalibagor, awalnya tak terpikir bisa berbisnis. Dia ditantang guru untuk bisa ikut program berjualan tiap minggu bersama warga desa di depan sekolah sebagai wujud gerakan SMK Mbangun Desa.
Tanpa modal, Karil dan dua rekannya belajar untuk menjual beragam kue olahan para tetangga. Setelah tiga bulan, kini mereka bisa memiliki modal Rp 700.000 dan mulai menerima pesanan kue secara daring.
Pengalaman berinteraksi dengan masyarakat desa membuat Karil berpikir tentang peluang bisnis yang ada di desa. ”Saya jadi berpikir untuk tetap di desa jika lulus nanti. Usaha yang kami rintis ini akan dikembangkan sambil melihat potensi pertanian desa yang potensial untuk dipasarkan,” kata Karil.
Dwi Andita (18), yang lulus tahun ini dari jurusan teknologi pengolahan hasil pertanian, sempat merantau ke Jepara untuk bekerja. Dia mengambil panggilan kerja di pabrik sepatu dengan gaji Rp 2,1 juta per bulan karena belum ada panggilan kerja yang sesuai bidangnya.
Hanya sebulan, Dwi memilih pulang ke kampung halamannya. Dia diminta untuk membantu sekolah mendampingi praktik siswa sambil di rumah bisa menerima pesanan roti. ”Saya sebenarnya tidak ingin keluar dari desa. Tapi sempat bingung bagaimana mencari uang. Tapi, kini sudah terbuka jalan saya bisa berwirausaha sambil kerja di sekolah,” kata Dwi.
Baca juga : Pembenahan Sekolah Menengah Kejuruan Mesti Menyeluruh
Danang Saputra (18), alumnus jurusan teknik mesin SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo, tidak berminat untuk bekerja ke luar dari daerah. Sebab, dia melihat ada potensi kerja yang bisa dikembangkan. Danang berencana membuka bisnis pengelasan yang bisa menerima pesanan untuk pembuatan alat-alat kesehatan rumah sakit yang tidak butuh izin khusus.