Dayagunakan Teknologi Pembelajaran untuk Atasi ”Learning Loss”
Saat ini, semua interaksi, komunikasi, dan pembelajaran di sekolah dan perguruan tinggi sudah tidak bisa lepas dari teknologi yang mediumnya terus berubah sesuai perkembangan zaman.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dampak kehilangan capaian pembelajaran atau learning loss selama pandemi Covid-19 butuh segera dipulihkan. Pemanfaatan teknologi pembelajaran digital ataupun metode pengembangan pembelajaran agar peserta didik bisa belajar dengan lebih baik lagi semakin dibutuhkan. Untuk itulah, kolaborasi pendidik dan pengembang teknologi pembelajaran dibutuhkan dalam mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi yang dapat mengakselerasi pemulihan pendidikan.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) menggelar Simposium Regional pengembang teknologi pembelajaran (PTP) Tahun 2021, secara hybrid, pada 18-20 November 2021 di Jakarta. Simposium mengusung tema ”Serentak bergerak, berkolaborasi mewujudkan sumber daya manusia unggul”. Simposium ini menjadi wahana untuk saling tukar pengetahuan, berbagi informasi, pengalaman, serta wawasan di antara para ahli dan praktisi terkait teknologi pembelajaran.
Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin), Kemendikbudristek, M Hasan Chabibie, Jumat (19/11/2021), menyampaikan beberapa hal yang didiskusikan pada simposium ini, yaitu perkembangan teknologi pembelajaran, hasil kajian, gagasan, serta analisis di bidang pengembangan teknologi pembelajaran. ”Kami ingin mendukung peningkatan peran PTP dalam menyiapkan serta menghasilkan karya-karya inovatif khususnya di era pandemi dalam mewujudkan pembelajaran yang berdaya saing,” kata Hasan.
Situasi pandemi membuat teknologi yang sudah hadir dalam kehidupan semakin kuat lagi perannya. Semua interaksi, komunikasi, dan pembelajaran sudah tidak bisa lepas dari teknologi yang mediumnya berubah sesuai perkembangan zaman.
Para pengembang teknologi pembelajaran di satuan pendidikan dan lembaga diklat harus bisa terdepan untuk berproses dengan adaptasi teknologi yang berkembang.
Unsur teknologi semakin penting dalam satuan pendidikan ataupun lembaga pelatihan. Karena itu, para PTP di satuan pendidikan dan lembaga diklat harus bisa terdepan untuk berproses dengan adaptasi teknologi yang berkembang.
PTP sebagai tenaga kependidikan dapat mendampingi para pendidik. Peran PTP ini penting dalam kegiatan analisis dan pengkajian, perancangan, produksi, implementasi, pengendalian, dan evaluasi untuk pengembangan teknologi pembelajaran.
PTP Ahli Utama, Pusdatin Kemendikbudristek, Purwanto, melaporkan, simposium kali ini tidak hanya diikuti oleh PTP Kemendikbudristek, tetapi juga PTP dari lintas Kementerian yang berjumlah 61 kementerian/Lembaga. Di samping itu, hadir juga dari berbagai kalangan yaitu guru, dosen, peneliti, pemerhati di bidang teknologi pembelajaran, serta pemangku kepentingan lainnya.
Jumlah peserta yang mengikuti simposium ini 120 orang yang hadir secara luring dan 400 peserta secara daring. ”Kami berharap simposium ini bisa dijadikan loncatan dalam pengembangan teknologi pembelajaran sehingga para peserta didik yang melakukan pembelajaran jarak jauh pada masa pandemi ini tidak banyak yang mengalami learning loss, malah akan semakin cepat belajar dengan adanya teknologi,” ujar Purwanto.
Pada simposium ini, Kemendikbudristek menghadirkan narasumber dan pakar yang kompeten di bidang pengembangan SDM dan teknologi pembelajaran, antara lain Prof Denise Whitelock, Director for the Institute of Educational Technology dari The Open University, Inggris; Prof Atwi Suparman; Prof Ojat Darojat; Prof Richardus Eko Indrajit; Prof Ahmad Nizar Hidayanto, dan lainnya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek Suharti menyampaikan, banyak peserta didik yang mengalami learning loss sehingga diperlukan perbaikan dari teknologi pembelajarannya. ”Di sini tugas kita menangani pendidikan dan kita harus ambil peran itu. Ini kesempatan kita menunjukkan bahwa kita bisa melakukan dan pastikan pembelajaran yang lebih baik lagi,” ucap Suharti.
Untuk itu, kata dia, diperlukan rancangan model pembelajaran yang mendayagunakan TIK. ”Di sinilah peran Instansi Pembina untuk terus mendorong agar para PTP dapat berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan dan sumber daya sehingga senantiasa hadir sebagai solusi permasalahan pembelajaran melalui aspek teknologi,” ujarnya.
Kebutuhan teknologi pembelajaran dan metode pengembangan pembelajaran di masing-masing sekolah dan satuan pendidikan berbeda-beda. Sekolah yang minim SDM-nya tentu membutuhkan metode pengembangan pembelajaran yang berbeda. dengan sekolah yang mampu secara SDM-nya
Menurut Suharti, para PTP harus bisa membantu pemerintah dengan menyiapkan teknologi pembelajaran, termasuk materi pembelajaran, yang semakin relevan dan mudah diterapkan. ”Kita berharap PTP bisa mendukung pemerintah di masing-masing instansi, khususnya Kemendikbudristek, untuk membantu dalam pengembangan teknologi pembelajaran di satuan pendidikan dan membantu memastikan pengembangan SDM di masing-masing instansi bisa dilakukan dengan baik, efektif, dan efisien,” paparnya.
Pada kesempatan ini, Suharti juga meluncurkan platform PTP daring. Platform ini dapat digunakan para PTP sebagai wadah berbagi karya dan inovasinya serta dapat dijadikan wadah untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan informasi seputar teknologi informasi.
Layanan TIK Kemendikbudristek
Pendidikan di era pandemi Covid-19 dan sesudahnya mendorong penggunaan TIK dalam pembelajaran yang semakin intens. Pusdatin terus hadir mengupayakan beragam sarana pembelajaran yang membantu guru dan murid untuk menavigasi dunia belajar yang dinamis. Program yang dikembangkan seperti Pembelajaran Berbasis TIK (PembaTIK), membuat bahan ajar berbasis TIK (MembaTIK), serta optimalisasi portal Rumah Belajar merupakan beberapa inisiatif yang dilakukan untuk menghadirkan pembelajaran yang lebih relevan dan menyenangkan.
”Sepuluh tahun lalu, kita sering diskusi dampak negatif teknologi. Tapi sekarang, setelah pandemi, dampak positif teknologi terhadap pembelajaran makin nyata,” ucap Hasan di acara Silaturahmi Merdeka Belajar Episode 14: ”Guru Makin Jago TIK, Belajar Lebih Seru”, pekan lalu.
Program PembaTIK awalnya dimulai pada 2017 dengan jumlah 1.020 peserta dari 34 provinsi, dan dilaksanakan secara luring di provinsi masing-masing. Kini,, kemajuan PembaTIK begitu pesat dengan partisipasi 80 ribu peserta pada tahun 2021.
Diharapkan Hasan, lewat PembaTIK, para guru makin cakap berkreasi, berbagi, dan berkolaborasi mengembangkan konten-konten belajar lewat media berbasis TIK. ”Apa pun saluran yang dipakai dalam PJJ daring, yang penting proses pembelajarannya tetap berjalan dan transfer pengetahuannya tetap sampai,” ungkap Hasan.
Pandemi Covid-19 memberikan hikmah peningkatan skala program peningkatan kapasitas TIK yang dilakukan Pusdatin. Biasanya Pusdatin setiap tahunnya menyelenggarakan pelatihan kepada 10.000 guru, tetapi di saat pandemi, pelatihan dapat menyasar lebih dari 100.000 guru.
Tak hanya PembaTIK, Pusdatin pun juga menggelar Sayembara Membuat Bahan Ajar Berbasis TIK atau MembaTIK. Dalam lomba ini, seluruh elemen masyarakat diajak mengembangkan media-media pembelajaran dengan dukungan TIK.
Hendrik Hermawan, alumni MembaTIK 2019 asal Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, menyampaikan pengalamannya. Kini, setelah menjadi alumnus peserta lomba, dirinya malah didaulat sebagai salah satu Anggota Dewan Juri MembaTIK.
”Sebagai guru, dulu saya mengalami masalah di mana siswa bosan dengan pembelajaran yang saya sampaikan. Maka, saya kemudian berusaha mengembangkan media pembelajaran berbasis TIK. Alhamdulillah, Pusdatin di tahun yang sama menggelar MembaTIK. Alhasil, media yang saya gunakan untuk solusi belajar di kelas, saya ikutsertakan di Lomba MembaTIK,” jelas Hendrik.
Hendrik yang guru SD ini kini menguasai produksi berbagai konten belajar berbasis video, permainan digital, dan teknologi augmented reality. ”Awalnya saya belajar TIK bukan untuk dilombakan, tapi untuk membantu siswa saya belajar, agar tidak bosan. Tapi, akhirnya malah saya tiap minggu ditagih siswa. Mereka penasaran, permainan edukatif baru apa lagi yang saya ciptakan,” kata Hendrik.
Portal Rumah Belajar sebagai portal resmi pembelajaran Kemendikbudristek hadir sejak 2011 dengan alamat situs belajar.kemdikbud.go.id, guna menyediakan sumber pembelajaran yang memanfaatkan teknologi bagi guru, siswa, ataupun masyarakat umum secara gratis. Rumah Belajar merupakan wadah evaluasi pembelajaran digital dan melayani kelas digital pendidikan terbuka serta jarak jauh. Program PembaTIK juga difasilitasi lewat Rumah Belajar.
Duta Rumah Belajar Provinsi Lampung, Nuvis Melodiana, menceritakan manfaat PembaTIK bagi karyanya sebagai guru. Dalam situasi pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas, kegiatan di kelas terbatas sehingga tidak optimal.
”Dengan PembaTIK dan jadi Duta Rumah Belajar, saya bisa menerapkan model-model belajar yang inovatif. Sebagai guru kita tetap bisa melanjutkan pembelajaran di rumah dengan media-media digital yang interaktif. Nah, di sekolah tinggal berdiskusi, mengerjakan soal, dan ulangan,” papar Nuvis yang mengajar seni budaya.
Sahabat Rumah Belajar asal SMA Negeri Plus Satu Atap 1 Merauke, Khoirul Anam, mengungkapkan, tantangan pembelajaran masa pandemi tak menyurutkan semangatnya mengajar. ”Sebagai pendidik, kita harus punya kompetensi baik supaya bisa menjadikan anak didik kita baik juga. Dengan PembaTIK, kami sebagai guru bisa lebih berinovasi dan berkreasi dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar dari Kemendikbudristek, seperti Rumah Belajar, TV Edukasi, dan Radio Edukasi, sehingga siswa bisa belajar dari mana saja dan kapan saja,” terang Khoirul.
Terkait tantangan teknis, seperti sinyal yang buruk dan akses internet, Khoirul mengatakan, dirinya selalu mempersiapkan sumber-sumber belajar sebelum memulai pembelajaran agar materi dapat diserap siswa dengan baik. ”Misalnya saya mengunduh dulu bahan-bahan digitalnya dari Aplikasi Rumah Belajar dengan memanfaatkan Tablet Afirmasi pemberian Kemendikbudristek,” ucap Khoirul.