PAUD Didorong Gelar Sekolah Tatap Muka, Anak Perlu Kombinasi Belajar
Kombinasi belajar di rumah dengan belajar tatap muka sesuai dengan protokol kesehatan bisa jadi jalan tengah untuk mendukung tumbuh kembang anak.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembelajaran tatap muka atau PTM terbatas di jenjang pendidikan anak usia dini didorong untuk segera dilakukan. Sampai saat ini baru berkisar 39 persen satuan pendidikan anak usia dini yang menggelar PTM terbatas. Keterbatasan stimulasi bermain dan belajar untuk tumbuh kembang anak di ruang secara berangsur-angsur harus mulai dikombinasikan dengan PTM terbatas yang memenuhi protokol kesehatan ketat.
Wakil Ketua I Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE KIM) Franka Makarim mengatakan, PTM terbatas dibutuhkan supaya pemulihan pembelajaran anak usia dini yang selama ini belajar di rumah karena pandemi Covid-19 bisa dikombinasikan dengan bermain belajar di sekolah. Praktik baik PTM terbatas untuk PAUD bisa dibagikan kepada para Bunda PAUD dan guru/sekolah serta orangtua supaya sama-sama mendukung PTM terbatas.
”Tentunya PTM terbatas dengan tetap menjaga protokol kesehatan. Karena itu, kami juga mengajak orangtua jangan terlalu khawatir untuk mengizinkan anak-anak usia dini mereka mulai mendapatkan pembelajaran kombinasi di sekolah dan rumah,” ujar Franka, Rabu (3/11/2021).
Franka mengatakan, OASE KIM mendorong tiga aksi bergerak bersama menuju PAUD berkualitas. Guru, orangtua, dan mitra diajak untuk memastikan stimulasi dan perkembangan anak berjalan baik serta fokus untuk pengembangan keterampilan literasi dasar yang dikawal di sekolah dan rumah secara berkesinambungan, baik melalui PTM terbatas maupun pembelajaran jarak jauh (PJJ). OASE KIM juga mendukung penguatan pembelajaran di PAUD dengan memberikan umpan balik untuk peningkatan layanan hingga menyumbangkan alat permainan edukatif.
”Penting juga untuk memberikan akses bagi anak-anak pada buku bacaan. Ada pojok baca di sekitar rumah dan sekolah yang penting serta menjadi kunci untuk (penguatan) literasi dasar awal anak,” kata Franka.
Sementara itu, anggota OASE KIM, Eni Yaqut Cholil Qoumas, mengatakan, intensitas stimulasi anak usia dini menjadi tantangan di masa pandemi karena terbatasnya kemampuan dan waktu keluarga. Karena itu, pemulihan PAUD dengan PTM terbatas harus didukung.
Penguatan PAUD di bawah Kementerian Agama yang lebih dikenal dengan Raudhatul Athfal, ujar Eni, terus ditingkatkan. Pada 2022, dengan dukungan Bank Dunia, ada program keprofesian berkelanjutan bagi guru-guru PAUD untuk penyusunan modul, pengayaan konten pembelajaran, literasi digital, serta peningkatan sarana dan prasarana Raudhatul Athfal.
Pada Sabtu pekan lalu, digelar Rapat Kerja Bunda PAUD yang diikuti hampir 700 Bunda PAUD yang berasal dari 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota. Para Bunda PAUD juga membacakan Komitmen Bunda PAUD.
Adapun isi komitmen mereka demikian: ”Kami, Bunda PAUD se-Indonesia, berkomitmen untuk dapat berperan aktif dalam menggerakkan peningkatan layanan PAUD yang berkualitas, dengan cara: 1. Menjalankan amanat Bunda PAUD sesuai fungsi dan rencana program kerja yang telah disusun oleh kelompok kerja Bunda PAUD; 2. Melaksanakan Tiga Aksi pemulihan pembelajaran serta ragam penguatan pembelajaran lain sebagai respons atas kondisi yang berlangsung di masa pandemi; 3. Mengajak elemen keluarga, masyarakat, lembaga, dan institusi lain untuk bergerak bersama dalam skema kemitraan yang akan memperluas cakupan layanan PAUD berkualitas.”
Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Menengah, Kemendikbudristek, Jumeri mengatakan, berdasarkan survei lintas jenjang yang dilakukan Kemendikbudristek per September 2021, sekitar 61 persen satuan PAUD masih melaksanakan PJJ. Dengan demikian, baru 39 persen satuan PAUD yang sudah dapat melaksanakan PTM terbatas.
”Kami mengimbau seluruh anggota ekosistem PAUD perlu turut mengawal transisi moda bermain-belajar yang sebelumnya sepenuhnya dalam bentuk PJJ lalu berangsur-angsur menjadi PTM terbatas agar dapat berjalan dengan lancar. Kita semua perlu terus menjaga kesinambungan dari kedua pendekatan ini, baik di sekolah maupun di rumah,” kata Jumeri.
Direktur PAUD Muhammad Hasbi menambahkan, beberapa intervensi yang dilakukan oleh Kemendikbudristek di masa pandemi adalah relaksasi bantuan operasional pendidikan (BOP) sehingga satuan PAUD dengan peserta didik di bawah sembilan siswa akan tetap menerima BOP. Kebijakan ini memberikan daya dukung bagi satuan PAUD untuk tetap beroperasi dan berinovasi agar peserta didik tetap mendapatkan layanan.
PAUD juga mendapatkan bantuan perlengkapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang diterima 4.432 satuan PAUD untuk mendukung kesiapan fasilitas cuci tangan, air bersih, dan sabun dalam rangka mendukung pembelajaran tatap muka di masa adaptasi kebiasaan baru. Berbagai intervensi ini berhasil mempertahankan angka partisipasi kasar untuk PAUD tidak turun drastis, yakni 41,08 persen pada tahun ajaran 2019-2020 menjadi 40,17 persen pada tahun ajaran 2020-2021. Jumlah satuan PAUD yang tetap beroperasi sebanyak 205.472 pada tahun ajaran 2019-2020 menjadi 204.230 satuan PAUD paada tahun ajaran 2020-2021.
Dukungan terhadap layanan PAUD berkualitas diharapkan jadi komitmen bersama di semua daerah. Pertama, menghadirkan lingkungan kaya keaksaraan melalui kegiatan membacakan buku cerita untuk anak, di rumah dan di satuan PAUD. Kedua, mengajak orangtua, pakar, serta para mitra untuk mendampingi guru dan satuan PAUD agar dapat merancang kegiatan pembelajaran dalam skema PJJ dan mendukung penyediaan materi bermain belajar. Ketiga, meningkatkan akses ke buku bacaan anak di lokasi yang dapat diakses oleh pendidik dan orangtua, terutama dan termasuk di satuan PAUD.
Direktorat PAUD telah menyediakan platform ”Ruang Bersama” di laman PAUDPedia yang dirancang sebagai wadah bagi para penyedia layanan dan penggiat PAUD di seluruh Indonesia untuk membangun diskusi, berbagi pengalaman, serta mentransmisikan ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam mendorong PAUD berkualitas kapan pun dan di mana pun tanpa terbatas ruang dan waktu.