Pameran Seni ”Artidentity” Kulik Potensi Pangan Nusantara
Pangan mengandung unsur spiritual yang menghubungkan manusia dengan alam serta sesama manusia. Pangan di Indonesia juga erat kaitannya dengan sejarah dan kearifan lokal suatu daerah.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pameran seni bertajuk ”Artidentity” akan berlangsung pada 1-17 November 2021 di City Gallery, Tangerang Selatan, Banten. Pameran ini menampilkan perspektif seniman muda akan potensi pangan lokal di Indonesia.
Tema pameran tahun ini adalah ”Kultur Pangan”. Menurut kurator pameran, Hilmi Fabeta, makna pangan di Indonesia luas, tidak sekadar makanan yang tersaji di atas meja. Pangan mengandung unsur spiritual yang menghubungkan manusia dengan alam serta sesama manusia. Pangan di Indonesia juga erat kaitannya dengan sejarah dan kearifan lokal suatu daerah.
Sejumlah makanan pun telah ditetapkan pemerintah sebagai warisan budaya tak benda, salah satunya rendang. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) juga memasukkan sejumlah makanan dalam daftar warisan budaya tak benda terbaru, antara lain mendoan Banyumas, sate kere, dan serabi notosuman.
”Kami menguji lebih dulu apa benar Indonesia punya varian pangan yang kaya. Menurut catatan, jumlahnya lebih dari 4.500 (jenis pangan). Kami riset ke Nusa Tenggara Timur, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Kalimantan, dan seterusnya. Kami menemukan kekayaan yang lebih dari itu,” ujar Hilmi pada pembukaan pameran secara daring, Minggu (31/10/2021).
Kekayaan pangan di Indonesia kemudian diterjemahkan dalam karya seni. Salah satu seniman dari Bukittingi, Sumatera Barat, misalnya, membuat karya seni yang berhubungan dengan lumbung. Menurut dia, lumbung dapat menolong masyarakat dari kelaparan di masa krisis.
Adapun pameran ini menampilkan karya 14 seniman dari sejumlah daerah. Selain seniman Tangerang Selatan, ada pula seniman dari Bukittinggi, Jakarta, Singkawang, Denpasar, Bandung, Yogyakarta, Padang, hingga Parepare. Semuanya seniman berusia di bawah 35 tahun.
Pameran ini menampilkan karya 14 seniman dari sejumlah daerah. Selain seniman Tangerang Selatan, ada pula seniman dari Bukittinggi, Jakarta, Singkawang, Denpasar, Bandung, Yogyakarta, Padang, hingga Parepare.
”Kami lakukan open call (panggilan terbuka untuk seniman di seluruh Indonesia). Ada 32 proposal yang masuk, tetapi hanya terpilih 14 proposal. Para seniman membawa persoalan dan wacana mereka soal pangan. Ada juga cerita dari sejumlah daerah. Semoga karya mereka mewakili gambaran besar kultur pangan di Indonesia,” ujar kurator pameran, Indah Ariani.
Adapun pameran ini merupakan hasil kerja sama antara Kemendikbudristek, Pemkot Tangerang Selatan, dan Tangsel Creative Foundation. Pameran tersebut juga bagian dari rangkaian ulang tahun ke-13 Kota Tangsel.
Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie mengatakan, pameran ini merupakan salah satu upaya menggali identitas budaya Kota Tangsel. Di usia yang tergolong muda, Kota Tangsel ia nilai belum punya identitas budaya yang kuat. Padahal, kota tersebut punya potensi sejarah yang kaya, tetapi belum dieksplorasi.
”Sebagai daerah baru, identitas budaya sangat diperlukan dan menjadi pengikat semua kultur yang ada di sini,” kata Benyamin. ”Saya harap akan semakin banyak sarasehan untuk mengobrol tentang seni dan kebudayaan,” katanya.
Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Fitra Arda mengapresiasi pameran tersebut. Menurut dia, ini salah satu upaya menguatkan ketahanan budaya sesuai Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan.
Ia berharap agar kesadaran akan warisan pangan di Indonesia tumbuh melalui pameran. Sebab, warisan tersebut kerap dilupakan sekarang. Pengetahuan dan kearifan lokal soal pangan yang diturunkan generasi terdahulu pun putus.
”Teknologi dan media baru bisa dimanfaatkan sebagai ekspresi seni dan internalisasi nilai kearifan lokal, khususnya budaya pangan di Nusantara,” ujarnya.