Lulusan Ilmu Politik dan Sosial Dituntut Punya Keterampilan Digital
Lulusan perguruan tinggi dituntut punya keterampilan digital agar mampu bersaing secara global. Selain itu, sarjana didorong untuk mengembangkan ”soft skill”, seperti kreativitas dan kemampuan berpikir kritis.
Oleh
Sekar Gandhawangi
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lulusan perguruan tinggi bidang ilmu sosial dan politik dituntut beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Selain keterampilan digital, kecakapan berpikir kreatif dan ketekunan akan dibutuhkan di dunia kerja.
Pengamat pendidikan Jimmy Paat mengatakan, ilmu yang dipelajari lulusan perguruan tinggi, khususnya lulusan ilmu sosial dan politik, masih akan relevan pada masa depan. Namun, tantangan para sarjana di masa depan ialah bersaing dengan sesama pencari kerja.
Itu sebabnya, sarjana butuh kualitas yang membedakan dirinya dari orang lain. Kualitas yang dimaksud tergolong sebagai soft skill, misalnya kreativitas, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan bersikap rendah hati.
Bahkan, saya akan menyekolahkan karyawan yang jujur dan ulet dalam bekerja.
”Sarjana bisa gagal (mencari pekerjaan) tanpa itu. Tanpa kreativitas, ia jadi tidak menonjol,” kata Jimmy saat dihubungi dari Jakarta, Senin (25/10/2021).
Sarjana juga perlu membekali diri dengan keterampilan digital. Ini merupakan salah satu keterampilan yang paling dicari di dunia kerja.
Ada 15 keterampilan yang paling dicari pada 2025, menurut ”The Future of Jobs Report 2020” oleh Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF). Dari angka itu, dua di antaranya merupakan keterampilan teknis. Pertama, menggunakan, memantau, dan mengontrol teknologi. Kedua, mengerjakan desain teknologi dan pemrograman.
Sebanyak 13 kemampuan lain bersifat nonteknis. Beberapa di antaranya berpikir kritis dan analitis, aktif belajar, penyelesaian masalah, inovasi, kreativitas, kepemimpinan, ketahanan, penalaran, kecerdasan emosi, serta persuasi dan negosiasi.
Di sisi lain, Jimmy tidak menampik kemungkinan lulusan ilmu politik dan sosial mendapat pekerjaan di bidang lain. Menurut dia, para sarjana akan mampu beradaptasi karena perguruan tinggi membekali mahasiswa cara berpikir logis dan sistematis. Keterampilan ini dinilai sebagai modal dasar dalam bekerja.
Lengkapi keterampilan
Menurut Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Soedirman, Tri Wuryaningsih, dalam siaran pers Musyawarah Nasional Ikatan Alumni FISIP Universitas Jenderal Soedirman (Ikafu) , keterampilan digital saja tidak cukup. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan mesti dibarengi dengan sikap kepemimpinan, disiplin, dan komitmen.
Sementara itu, mantan Ketua Ikafu Rustriningsih mengatakan, selain keterampilan digital, karakter individu akan sangat menentukan kesuksesan di dunia kerja. Kejujuran, keuletan, dan sikap disiplin yang tinggi merupakan kualitas yang diinginkan penyedia lapangan kerja.
”Saya akan memberi pelatihan, kursus, atau bahkan saya akan menyekolahkan karyawan yang jujur dan ulet dalam bekerja,” tutur Rustriningsih.
Ia menambahkan, lulusan ilmu sosial dan politik mesti optimistis menjalani era industri 4.0. Selain mengasah keterampilan digital, ia juga mendorong agar para sarjana membangun keterampilan lain, seperti kreativitas dan cara berpikir kritis.