Program studi di perguruan tinggi yang diminati para talenta muda belum bergeser. Padahal, sejumlah pekerjaan baru bermunculan seiring kemajuan teknologi dan pandemi Covid-19.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Sebanyak 184.942 mahasiswa baru diterima lewat jalur masuk Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau SBMPTN tahun 2021, Senin (14/6/2021). Dari pemeringkatan 10 nilai tertinggi hasil Ujian Tulis Berbasis Komputer, talenta muda yang masuk ke perguruan tinggi dengan potensi akademik terbaik terkonsentrasi di program studi yang selama ini diminati lulusan SMA/SMK.
Berdasarkan data peserta yang diterima dengan nilai tertinggi di bidang sosial humaniora (soshum) pada jalur SBMPTN 2021, peserta masih tersebar di program studi (prodi) favorit seperti hukum, manajemen, psikologi, komunikasi, akuntansi, dan hubungan internasional. Adapun prodi bidang sains teknologi (saintek) yang paling diminati ialah teknik kimia, pendidikan dokter, teknik elektro, dan aktuaria.
Dari jumlah 777.858 peserta UTBK yang mengikuti tes, pilihan prodi calon mahasiswa lebih dominan pada soshum (murni lewat kelompok UTBK soshum maupun campuran), dibandingkan calon mahasiswa yang memilih saintek. Padahal, ada lebih banyak siswa SMA bidang IPA dibandingkan IPS atau Bahasa.
Statistik Pendidikan Tinggi 2020 juga memperlihatkan kecenderungan memilih pendidikan di bidang soshum. Pilihan mahasiswa baru disebutkan terkonsentrasi di prodi pendidikan, ekonomi, sosial, agama, dan humaniora. Setelah itu, barulah saintek terbanyak di teknik, kesehatan, dan pertanian.
Ina Liem, Pakar Jurusan dan Peta Karir dari Jurusanku.Com, menuturkan, pilihan prodi anak-anak Indonesia masih konvensional, mencari rasa aman. Dicontohkannya, jumlah mahasiswa terbanyak di bidang pendidikan karena dinilai peluang untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) besar.
Pilihan prodi anak-anak Indonesia masih konvensional, mencari rasa aman.
“ Karena tahun ini tidak ada perekrutan guru PNS, yang ada model Pegawa Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), ada yang mulai komentar menyesal memilih prodi pendidikan,” ungkapnya.
Dari survei pada para siswa sekolah, mereka umumnya merasa penting mendapat pekerjaan yang aman. Padahal, dengan perkembangan ekonomi berbasis inovasi, perubahan terus terjadi. “Akibat pandemi Covid-19, pekerjaan misalnya pilot yang bergaji tinggi beralih jadi petani organik. Kesiapan berubah harus ditanamkan agar anak bisa merencanakan masa depan,” kata Ina.
Permintaan bidang Sains, Teknologi, Engineering, dan Matematika (STEM) sebenarnya tinggi, tetapi persediaannya rendah karena banyak siswa nyaman dengan bidang soshum atau STEM umum. Padahal, permintaan data sains hingga analis data tinggi. Demikian pula di bidang kesehatan, tak hanya dokter yang dibutuhkan.
“Kebutuhan industri di sektor STEM tinggi, tapi belum turun ke level akademis. Sebab, orangtua belum tahu perubahan itu, kesenjangan guru dengan perkembangan dunia kerja tinggi, dan anak-anak tak punya informasi serta pengaruh lingkungan keluarga kuat. Akhirnya tak terjadi perubahan kolektif signifikan dalam pemilihan prodi di PT,” papar Rizky.
Kekurangan tenaga kerja seperti kebutuhan talenta digital bidang kecerdasan buatan, mahadata, dan keamanan siber mencapai 600.000 orang per tahun. Kebutuhan tenaga kerja bidang logistik hingga aktuaria, juga tinggi karena industrinya tumbuh pesat.
Menurut pendiri dan CEO Rencamu.id Rizky Muhammad, dari 2,5 juta siswa SMA/SMK sederajat dan mahasiswa yang mengakses platform perencanaan kuliah dan karir, pemilihan jurusan kuliah anak-anak Indonesia statis, terutama berdasarkan apa yang diketahui guru dan orangtua. Akibatnya, aspirasi karir anak muda lewat pilihan prodi di PT tak banyak berubah, seperti tergambar di seleksi masuk PTN.
Pemilihan minat mahasiswa di prodi, nyatanya dikeluhkan dunia kerja yang kesulitan mencari tenaga kerja yang dibutuhkan. Dari laporan Asian Development Bank (2015), 52 persen populasi pekerja Indonesia memiliki keterampilan di bawah standar untuk posisinya.
Perkembangan teknologi
Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik Bina Nusantara University Engkos Achmad Kuncoro menuturkan, peta ketenagakerjaan berubah. Sejumlah pekerjaan baru berbasis teknologi muncul seperti manajer media sosial dan analis mahadata. Hal itu dipicu perkembangan teknologi dan pandemi Covid-19.
Dampaknya, menurut dia, terjadi perubahan pilihan prodi. Binus mencatat prodi favorit sekarang yakni Manajemen dan Ilmu Komputer.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Brawijaya (UB), Malang, Aulanni’iam mengatakan, peminat terbanyak prodi saintek yakni kedokteran, sedangkan di soshum ilmu hukum. “Kampus UB jadi kampus dengan peminat tertinggi pada SBMPTN 2021 yang dipilih calon mahasiswa dari berbagai wilayah,” tuturnya.
Sementara Rektor Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Rina Indiastuti di Bandung, menuturkan bidang kesehatan di Unpad masih menjadi prodi favorit calon mahasiswa dan mengalami kenaikan signifikan. Dibandingkan tahun sebelumnya, kenaikan pendaftar Ilmu Keperawatan tahun 2021 mencapai 51 persen, lalu disusul psikologi 21,7 persen.
Sementara tren program studi favorit di Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon, Jawa Barat, bergeser lima tahun terakhir. Mayoritas mahasiswa kini memilih bidang ekonomi dan teknik, bukan ilmu pendidikan lagi. UGJ beradaptasi dengan membenahi kurikulum.
Wakil Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UGJ Mira Nuryanti mengakui, minat mahasiswa baru terhadap FKIP menurun sejak 2016. ”Dulu, setiap prodi bisa menerima hingga 8 kelas. Setiap kelas berisi 30an mahasiswa. Sekarang, satu prodi hanya dua atau tiga kelas,” ungkapnya.
Ketua Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) Mohammad Nasih dalam jumpa pers Pengumuman Hasil SBMPTN 2021 secara daring, Senin (14/6/2021), di Jakarta, mengatakan panitia LTMPT akan mengolah data lebih rinci demi melihat tren pemilihan prodi calon mahasiswa. Sebab, pemilihan prodi biasanya sesuai minat tiap orang yang sesuai rencana masa depan.
Nasih mengatakan di bidang Saintek, prodi kedokteran masih paling diminati. Namun calon mahasiswa mulai melirik prodi yang dibutuhkan industri, misalnya, aktuaria, yang peluang karirnya terbuka.
Direktur Pendidikan Tinggi dan Iptek Bappenas, Tatang Muttaqin, mengatakan dari sisi kebijakan dan arah pengembangan, prodi yang disediakan PT didekatkan dengan kebutuhan warga agar lulusan segera terserap di dunia kerja. Kebutuhan tenaga kerja bidang STEM yang meningkat diantisipasi sehingga prodi naik tetapi jumlah mahasiswa belum memadai.
Di Indonesia, ada lebih banyak kebutuhan tenaga kerja untuk level teknis di tingkat SMK dan diploma melalui pendidikan vokasi. Namun, lebih banyak siswa memilih pendidikan akademis level sarjana. Akibatnya, banyak lulusan bekerja di bawah levelnya karena tak sesuai kebutuhan dunia kerja.
Merujuk pada Arah kebijakan, Strategi, dan Indikator Pembangunan Bidang Pendidikan Tinggi Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2020-2024 Bappenas, sejak 2010 tren prodi saintek meningkat. Pada 2021, komposisi prodi saintek 43 persen dan soshum 57 persen dari total 29.618 prodi.
Dari kebutuhan tenga kerja Indonesia, lebih banyak untuk level teknis di SMK dan diploma lewat pendidikan vokasi. Namun, minat anak-anak Indonesia memilih pendidikan akademis level sarjana. Akibatnya, banyak lulusan bekerja di bawah levelnya karena tidak sesuai kebutuhan dunia kerja di Indonesia.
Tatang mengatakan dari data Survei Angkatan Kerja Nasional terlihat dari jenjang pendidikan tinggi yang seharusnya masuk ke pekerjaan white colar jadi turun mengambil kerja di level blue colar. Sebab, belum ada peta kebekerjaan ke depan, yang bisa dipakai sebagai panduan bagi masyarakat untuk merencanakan peluang karir yang terbuka. (SEKAR GANDHAWANGI/DAHLIA IRAWATI/HARIS FIRDAUS/ABDULLAHI FIKRI ASHRI/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA)