“Njlimet”, Ekspresi Seni terhadap Kerumitan Pandemi
Sepuluh perupa mencoba mengelaborasi fenomena pandemi Covid-19 secara detail dalam pameran mereka yang bertajuk "Njlimet" di Bentara Budaya Jakarta 22-27 Oktober 2021.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Bentara Budaya Jakarta menggelar pameran seni rupa yang menampilkan karya sepuluh perupa dari beragam latar profesi. Karya mereka merespons situasi rumit yang terjadi selama pandemi Covid-19.
Pameran berjudul Njlimet tersebut diadakan secara terbatas pada 22-27 Oktober 2021. Publik dapat mengunjungi pameran secara langsung setelah registrasi di laman Bentara Budaya Jakarta. Pameran dibuka untuk umum pada tanggal 22, 23, 24, dan 27 Oktober 2021 pukul 11.00-16.00. Pameran juga dapat diakses secara daring melalui laman Bentara Budaya Jakarta.
“Kami harap situasi ini tidak mengikis semangat para perupa dalam mencipta dan berkarya. Bukan tidak mungkin bahwa di masa pandemi yang penuh jeda ini menjadi momen perupa mengevaluasi diri dan karya, berkontemplasi, kemudian melahirkan karya dan warna-warna baru,” ucap Kepala Bidang Event Production Bentara Budaya Ika W Burhan pada pembukaan pameran secara daring, Kamis (21/10/2021).
Para perupa pada pameran ini adalah Rizal Misilu, Noor Udin “Ung”, Anton Rimanang, Rianto Karman, Isa Anshori, Radetyo “Itok” Sindhu Utomo, Aznar Zacky, Arif “Bachoxs” Wicaksono, Rony Sanjaya, dan Indiria Maharsi. Mereka bergabung dalam Kelompok Gambar (Kembar) Sepuluh.
Mereka merupakan alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dari berbagai angkatan. Semuanya dulu mahasiswa program studi Desain Komunikasi Visual (DKV). Kini, mereka memiliki profesi beragam, antara lain ilustrator koran, praktisi periklanan, dosen, musisi, peternak ikan koi, dan animator.
Ada 57 karya yang mereka pamerkan. Karya tersebut dibuat dengan teknik dan alat yang bervariasi. Ada yang digambar manual dengan pulpen, spidol, cat akrilik, dan ada yang digambar dengan teknologi digital. Masing-masing karya merupakan hasil eksplorasi perupa, khususnya selama pandemi.
Ketua Kembar Sepuluh Rizal Misilu mengatakan, Njlimet mewakili banyak hal, seperti kerumitan proses berkarya hingga kerumitan menyelenggarakan pameran. Pameran ini digarap sejak 2019, namun baru terwujud dua tahun kemudian karena beberapa alasan, salah satunya pandemi.
Alasan lain adalah karena mereka tidak terbiasa berkarya secara bebas. Rizal mengatakan, dengan latar belakang profesi mereka di bidang kreatif, mereka terbiasa menggambar sesuai “pesanan”. Saat diberi ruang untuk berkarya bebas, mereka sempat bingung.
“Itu proses yang njlimet,” katanya. “Ke depan, saya harap teman-teman juga punya karya personal, karya di luar profesi kita,” tambahnya.
Njlimet merupakan bahasa Jawa yang secara sederhana berarti rumit. Dalam sambutan tertulis, kurator Bentara Budaya Frans Sartono mengatakan, njlimet identik dengan sesuatu yang ruwet. Padahal, njlimet adalah upaya mengelaborasi sesuatu secara detail.
Pameran ini menampilkan kerumitan para perupa dalam bereskplorasi secara kreatif. “Njlimet dalam pengertian detail yang terukur, tersadari, dan terhayati,” kata Frans.
Menurut kurator Njlimet M Arief Budiman, pameran ini merupakan refleksi kehidupan selama lebih kurang 1,5 tahun terakhir. Pandemi yang memunculkan ketidakpastian dan tantangan direspons dengan karya seni. Karya tersebut diharapkan menggugah kesadaran publik akan pentingnya harapan dan ikhtiar selama masa sulit.
Adapun pandemi mengingatkan Rizal akan siklus kehidupan manusia hingga wafat. Hal itu ditampilkan dalam empat judul karya yang menggambarkan destinasi hidup manusia, arah mencapai destinasi itu, kepekaan untuk membaca tanda alam di perjalanan, serta ketika manusia mencapai akhir kehidupan.
Sementara itu, Rianto Karman menggambarkan keresahannya terhadap kerusakan lingkungan, terkikisnya adat istiadat, serta kebudayaan yang tergerus modernitas. Adapun karya Noor Udin “Ung” menggambarkan antara lain keresahan akibat dominasi media sosial dan kerusakan lingkungan.
Pemimpin Redaksi Harian Kompas Sutta Dharmasaputra berharap agar pameran ini memantik kolaborasi lain di masa depan. ia juga berharap agar kreasi para perupa menjadi inspirasi dalam menghadapi tantangan yang rumit.