Kualitas Mahasiswa Jadi Fokus Transformasi Pendidikan lewat Kampus Merdeka
Ada sekitar 4.700 perguruan tinggi di Indonesia yang setiap tahunnya menghasilkan lulusan. Namun, keluaran dari lulusan perguruan tinggi di dunia kerja ini masih belum sesuai harapan.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Transformasi pendidikan tinggi lewat kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka atau MBKM difokuskan untuk memastikan lulusan perguruan tinggi berkualitas dan mampu terserap dalam dunia kerja ataupun menjadi wirausaha yang membuka lapangan kerja. Agar lulusan pendidikan tinggi berkualitas, dibutuhkan dukungan dosen berkualitas yang memiliki paparan terhadap perkembangan dunia luar kampus, seperti dunia usaha atau industri. Dengan demikian, perguruan tinggi semakin memberikan pembelajaran yang relevan bagi mahasiswa.
Sekretaris Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Paristiyanti Nurwardani di acara Implementasi Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM), Jumat (15/10/2021), menjelaskan, kajian Bank Dunia selama ini menunjukkan, kesesuaian lulusan perguruan tinggi dengan dunia kerja sekitar 53 persen saja.
Ini perlu disikapi dengan perbaikan dalam kolaborasi perguruan tinggi dan industri untuk bersama-sama mendesain kurikulum yang relevan dengan perkembangan dan kebutuhan dunia kerja. Langkah tersebut berguna untuk membekali mahasiswa agar siap memasuki dunia kerja ataupun menjadi entrepreneur.
Keluaran atau outcome dari lulusan perguruan tinggi di dunia kerja ini masih belum sesuai harapan. Perguruan tinggi masih berfokus pada kelulusan mahasiswa.
Ada sekitar 4.700 perguruan tinggi di Indonesia yang setiap tahunnya menghasilkan lulusan. Namun, keluaran atau outcome dari lulusan perguruan tinggi di dunia kerja ini masih belum sesuai harapan. Perguruan tinggi masih berfokus pada kelulusan mahasiswa.
”Lewat kebijakan MBKM, fokus utamanya mahasiswa dan kualitas mahasiswa. Pemerintah mendukung dengan program PKKM untuk mendorong perguruan tinggi (PT) bertransformasi dengan mencapai delapan indikator kinerja utama atau IKU dengan dukungan pembiayaan yang berguna untuk mengakselerasi tiap PT mewujudkan MBKM,” papar Paristiyanti.
Pada 2021, ada 142 perguruan tinggi yang mendapat dana hibah PKKM. Sebanyak 65 persen dana hibah untuk PKKM ini justru diraih perguruan tinggi swasta.
Menurut Paristiyanti, peningkatan PT untuk mencapai IKU lewat PKKM semakin ditingkatkan di tahun 2022. Ada tambahan dana yang mencapai Rp 1,4 triliun atau lebih untuk menguatkan PT mempersiapkan lulusan yang berkualitas.
Adapun delapan IKU sebagai landasan trasnfromasi pendidikan tinggi, yakni lulusan mendapat pekerjaan layak (gaji di atas upah minimum regional, menjadi wirausaha, atau melanjutkan studi), mahasiswa mendapat pengalaman di luar kampus lewat berbagai program, dosen berkegiatan di luar kampus (industri atau kampus lain), dan praktisi mengajar di dalam kampus. Selanjutnya, hasil kerja dosen digunakan oleh masyarakat atau mendapat rekognisi internasional, program studi bekerja sama dengan mitra kelas dunia, kelas yang kolaboratif dan partisipatif, serta progam studi berstandar internasional.
Paristiyanti mencontohkan praktik baik dari PKKM salah satunya ditunjukkan Universitas Maranatha Bandung yang mendapat dana hibah sekitar Rp 1 miliar. Dengan dukungan dana hibah, PKKM bisa diakselerasi pencapaian IKU dan bisa menjangkau 1.300 mahasiswa.
”Saya melihat ada proses pembelajaran yang didampingi industri. Outcome terlihat dari adanya program Maranatha Entrepreneurship Day yang berdampak kepada mahasiswa dan dosen serta kolaborasi dengan 100 mitra industri,” kata Paristiyanti.
Memperkuat kewirausahaan
Wakil Rektor Bidang Keuangan, Pengembangan Strategi, dan Teknologi Informasi Universitas Maranatha, Bandung, Maya Malinda menyatakan, dukungan PPKM membuat kolaborasi untuk mencapai IKU semakin menguat. Kolaborasi antarkeilmuan berjalan dan membekali mahasiswa dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Salah satunya lewat program Maranatha Enterpreneurship Day (MED) yang sudah memasuki tahun ketiga.
Wujud kolaborasi ini dilakukan Fakultas Bisnis serta Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Kristen Maranatha dengan dukungan dana hibah Program Kompetisi Kampus Merdeka 2021 yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek. Diadakan acara Maranatha Entrepreneurship Day (MED) 3.0 dengan tema ”Sharing is Caring” (Crafting Generations of Caring Entrepreneurs to build Caring Enterprises).
Hibah ini memungkinkan penyelenggaran MED 3.0 dapat dieskalasi dari MED 1.0 dan 2.0 yang sebelumnya dilaksanakan mandiri oleh Fakultas Bisnis. Pada MED 3.0 ini dilakukan lebih banyak kolaborasi antarfakultas dan mitra serta adanya inovasi kegiatan.
Secara keseluruhan, hibah ini mempercepat ketercapaian IKU Universitas Kristen Maranatha, baik IKU I, yaitu kesiapan kerja lulusan menjadi wirausaha, maupun IKU VI terkait kemitraan program studi berupa mahasiswa mengikuti lomba tingkat nasional serta kerja sama nasional dengan para mitra dan alumni Universitas Kristen Maranatha.
Tema ”Sharing is Caring” memiliki makna yang selaras dengan nilai Universitas Kristen Maranatha, yaitu Integrity, Care and Excellence. Tema ”Sharing is Caring” membawa pesan bagi generasi milenial untuk selalu bersyukur bahwa masa muda mereka bisa diisi dengan hal yang positif, yaitu dengan kepedulian terhadap lingkungan sekitar sebagai wujud berbagi.
Ada hampir 90 kelompok dibimbing di dalam mata kuliah Perencanaan Bisnis untuk menghasilkan produk dengan tiga kategori, yaitu produk yang berkaitan dengan teknologi atau start-up (technopreneur), produk/ bisnis yang berdampak untuk masyarakat (sociopreneur), dan produk food and beverage yang mengutamakan kesehatan. Setiap kelompok mengembangkan produk hingga prototyping, membangun brand awareness hingga proses penjualannya sehingga mendapatkan pengalaman dalam berwirausaha/berbisnis yang dilakukan secara daring.