Platform Teknologi Pendidikan Menghadirkan Peluang yang Lebih Luas
Platform teknologi edukasi melalui perusahaan rintisan menghadirkan berbagai jalan keluar atas masalah yang selama ini dihadapi sektor pendidikan tradisional.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
Platform teknologi edukasi hadir untuk membuat akses pembelajar semakin inklusif. Di era pandemi Covid-19, semakin nyata bahwa platform teknologi edukasi atau edutech memampukan proses pembelajaran tetap terjadi dan menjawab kebutuhan dan kondisi belajar tiap siswa. Kesenjangan pendidikan di banyak negara mulai terjawab dengan hadirnya teknologi digital yang juga dapat dioptimalkan untuk mereformasi dunia pendidikan.
Platform teknologi edukasi menghadirkan inovasi pendidikan lintas negara. Ada yang mengatasi masalah siswa dalam meningkatkan kecakapan membaca, mendukung siswa untuk mampu menulis dan menerbitkan buku sendiri, sekolah koding daring untuk mendukung tersedianya talenta bidang digital, hingga mendukung akses pendidikan tinggi internasional yang makin terbuka bagi semua orang.
Salah satu perusahaan rintisan teknologi edukasi asal Indonesia, Schoters, menjadi empat dari penerima program World Innovation Summit for Education (WISE) Edutech Accelerator 2021-22 Cohort yang diumumkan pada Oktober 2021 ini. Selama enam tahun terakhir, WISE yang diinisiasi Qatar Foundation mendukung pendiri dari seluruh dunia untuk membangun dan meningkatkan inovasi solusi teknologi edukasi. Dengan dukungan komunitas pendiri teknologi pendidikan, investor, dan pemangku kepentigan pendidikan, para pendiri teknologi edukasi berkesempatan untuk mendapatkan pembimbingan berkualiats, coaching, dan jaringan global yang fokus untuk mengubah bagaimana cara kita belajar, mengajar, dan bekerja.
Program WISE Accelerator yang bertujuan untuk mendukung inovasi, mengadakan penelitian baru dalam teknologi edukasi, dan membangun komunitas edtech global jadi kunci penting. Platform yang terpilih mendapat akses pada komunitas dengan lebih dari 50 pendiri dari 18 negara, interaksi dengan pemimpin industri, NGO, dan pemerintah, serta kesempatan berjejaring dengan donor, investor, dan mitra.
”Kami bersyukur bisa menjadi bagian dari akselerator program WISE. Nanti, ada pembinaan selama satu tahun untuk perusahaan rintisan teknologi edukasi yang terpilih. Kami pikir, ini kesempatan untuk bisa ekspansi ke global, terutama Timur Tengah,” kata salah seorang pendiri sekaligus CEO Schoters Radyum Ikono, Jumat (8/10/2021).
Radyum membayangkan anak-anak Indonesia mempunyai kesempatan yang sama untuk mengakses institusi pendidikan luar negeri, khususnya dengan pendanaan beasiswa seperti dirinya. Dia mengajak M Dzarnuji Aziz untuk bergabung mendirikan Schoters.
Kami ingin terus meluaskan jaringan global, terutama di negara berkembang, yang anak-anak mudanya butuh untuk disiapkan agar percaya diri bisa tembus kuliah di institusi internasional.
Radyum mengatakan, ada satu miskonspesi utama yang mesti dilawan bahwa untuk bisa tembus kuliah di perguruan tinggi luar negeri, hanya bisa dilakukan sedikit orang dari kelompok elite. Padahal, peluang kuliah di luar negeri juga bisa didapat dengan beasiswa alias gratis. Schoters pun memberikan layanan untuk persiapan kuliah secara daring, dari persiapan bahasa, wawancara, penerjemahan dokumen, dan lain-lain.
”Dengan platform Schoters ini, kami ingin membantu banyak anak muda mempunyai akses yang setara untuk bisa berkuliah di luar negeri. Hal ini bukan hanya penting bagi siswa yang bisa mendapat terpaan komunitas global, tetapi juga bagi universitas di luar negeri yang bakal memiliki keberagaman budaya dan komunitas,” kata Radyum.
Hingga saat ini, Schoters sudah melayani 500.000 pengguna di Indonesia dengan ratusan orang di antaranya yang diterima di universitas top, seperti Cornell University, University of Columbia, University of Melbourne, dan Kyoto University.
”Kami ingin terus meluaskan jaringan global, terutama di negara berkembang, yang anak-anak mudanya butuh untuk disiapkan agar percaya diri bisa tembus kuliah di institusi internasional,” ujar Radyum.
Mengatasi kesenjangan belajar
Di negara maju dan berkembang, kesenjangan pendidikan bisa terjadi. Ada kelompok siswa miskin dan kelompok marjinal lain yang tertinggal dari pendidikan umum di sekolah.
Kesenjangan dalam kecakapan membaca yang penting, salah satunya diatasi Tinylvy yang menjangkau siswa di India dan Amerika Serikat. Salah satu peraih WISE Edtech Accelerator 2021-22 Cohort yang berpusat di Amerika Serikat ini membantu siswa di komunitas miskin dan kulit berwarna di AS untuk memiliki akses pada bacaan. Dengan platform digital, siswa dapat belajar membaca lebih mudah, memampukan anak-anak untuk lebih maju, lebih cepat, dan sedikit melakukan kesalahan. Hal ini menciptakan siklus positif untuk berhasil yang dapat menumbuhkan minat baca sepanjang hayat.
Platform Tinylvy menyediakan akses pada cerita baru dan pada gilirannnya mengizinkan siswa untuk menulis cerita baru tentang hidup mereka sendiri; cerita tentang perkembangan dan pencapaian. Didirikan tahun 2019, TinyIvy kini sudah bemitra dengan 11 sekolah di India dan AS.
Penguatan literasi menjadi bagian penting dalam pendidikan. Namun, ada keterbatasan dari cara tradisional, salah satunya dalam mendukung kecakapan siswa menulis buku dan menerbitkannya. Persoalan ini dijawab oleh platform teknologi edukasi Baobabooks yang berpusat di Swiss, yang sudah menjangkau komunitas di Luksemburg, Italia, Pakistan, Nepal, India, Zimbabwe, Namibia, dan Maroko.
Ada juga platform Silabuz yang berpusat di Peru. Platform ini merupakan sekolah koding daring yang menghubungkan siswa dengan profesional yang berbahasa Spanyol untuk memperkuat kecakapan abad-21 dan mengembangkan kemampuan untuk dapat berpartisipasi dalam peningkatan ekonomi digital global.
Di tahun 2018, ada 2,4 juta pekerjaan Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM) yang tidak terpenuhi karena kurangnya talenta perusahaan dalam pemrograman dan desain. Study RAND Eropa menemukan bahwa desain teknologi dan pemrograman masuk 10 besar keterampilan yang penting di 2025.
Platform teknologi edukasi semakin berkembang di sejumlah negara untuk menjawab permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan dalam menyiapkan generasi muda masa depan. Solusi di suatu negara bisa menjadi inspirasi dan solusi bagi masalah yang sama di negara lain. Dukungan bagi perusahaan rintisan teknologi edukasi pun semakin terbuka. Indonesia mampu menunjukkan potensinya di dunia global.