Anak Muda Putus Sekolah Jadi Sasaran Program Peningkatan Kualitas SDM Unggul
Kemendikbudristek menawarkan solusi bagi anak muda di bawah usia 25 tahun yang tidak sekolah dan tidak bekerja untuk mengikuti peningkatan keterampilan lewat kursus.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dampak pandemi Covid-19 turut memengaruhi kesempatan belajar. Pemerintah menyediakan berbagai program untuk menjangkau mereka yang tidak beruntung agar tetap dapat menikmati layanan pendidikan secara formal ataupun nonformal untuk menyambut masa depan yang lebih baik.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Wikan Sakarinto pada acara peluncuran aplikasi Ayo Kursus, Rabu (22/9/2021), mengatakan, pandemi menimbulkan dampak pada banyak sektor, termasuk masalah ekonomi. Jumlah pengangguran meningkat, baik pada lulusan sekolah menengah kejuruan maupun perguruan tinggi vokasi.
Terhentinya pendidikan tatap muka lebih dari 1,5 tahun membuat kesempatan praktik di pendidikan vokasi tidak optimal. Untuk itu, Kemendikbudristek menawarkan solusi bagi anak muda di bawah usia 25 tahun mengikuti peningkatan keterampilan lewat kursus.
Wikan menjelaskan, selama ini di Kemendikbudristek sudah ada program pendidikan kecakapan kerja (PKK) dan pendidikan kecakapan wirausaha (PKW). ”Kedua program yang tersedia ini diharapkan bisa menjangkau sasaran yang lebih strategis dan tepat sasaran,” kata Wikan.
Pada 2021 ini, PKK dan PKW lewat kursus akan menyasar anak-anak muda berusia di bawah 25 tahun. Pesertanya masih usia sekolah, tetapi tidak sekolah; tidak sedang sekolah atau kuliah; dan tidak sedang bekerja. Pendidikan ini diutamakan bagi para pemegang Kartu Indonesia Pintar; tidak sedang terdaftar sebagai penerima Kartu Pra-Kerja; dan tidak sedang terdaftar sebagai peserta didik PKK dan PKW yang sedang berjalan.
Menurut Wikan, Ayo Kursus di tahun ini menargetkan 20.000 peserta didik PKK dengan nilai anggaran Rp 81 miliar. Adapun sebanyak 4.500 peserta didik bisa ikut PKW senilai Rp 29,3 miliar.
Direktur Kursus dan Pelatihan Kemendikbudristek Wartanto mengatakan, program Ayo Kursus memberikan kesempatan anak muda untuk dapat bekerja dan berwirausaha. Peserta dapat mendaftar di Ayo Kursus dan memilih keterampilan yang hendak dipelajari di lembaga kursus dan pelatihan yang ada di daerah masing-masing. Kursus dan pelatihan dijalani selama 100-400 jam sesuai dengan kebutuhan dan minat mereka.
”Jika program Ayo Kursus ternyata diminati, tahun depan bisa ada tambahan kuota. Kita ingin anak-anak muda Indonesia berkompetisi membawa bangsa pulih kembali,” ujar Wartanto.
Solusi untuk daerah 3T
Penyebaran pandemi Covid-19 yang masih berlangsung membawa dampak bagi layanan pendidikan di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Di tingkat perguruan tinggi, sekitar 124.000 mahasiswa di daerah 3T dan tidak pernah tersentuh jaringan internet. Mereka telah terdampak sejak awal pembelajaran jarak jauh (PJJ) dilakukan.
Inovasi dilakukan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek dengan menyiapkan Mobil PJJ Kampus Merdeka dan Mobil Vaksinasi. Kedua produk inovasi ini sebagai solusi nyata atas kebutuhan akses internet untuk pendidikan di daerah sehingga mahasiswa di daerah tersebut dapat belajar secara daring dan luring dengan lancar. Menurut rencana, mobil ini akan segera diluncurkan ke daerah 3T dalam waktu dekat setelah melalui tahap uji coba.
Sekretaris Ditjen Diktiristek Paristiyanti Nurwardani menyampaikan, langkah ini bertujuan meminimalisasi loss-learning. ”Pembelajaran daring tidak memungkinkan untuk mahasiswa di daerah 3T karena akses internet terbatas dan kebanyakan tidak memiliki gadget,” ujar Paris.
Mobil PJJ ini nantinya akan terintegrasi dengan Klinik Sistem Pembelajaran Daring Pendidikan Tinggi (Klinik Spada). Klinik Spada ini akan membawa VSAT sekaligus menjadi tempat pembelajaran daring dengan berkeliling daerah 3T tersebut. Mobil PJJ ini nantinya juga akan dilengkapi dengan layanan vaksinasi keliling untuk tenaga pendidik dan mahasiswa.
Layanan Mobil PJJ Kampus Merdeka ini difokuskan di daerah 3T yang sama sekali tidak terjangkau jaringan internet fiber optik. Paris menyebutkan, terdapat sekitar 68 perguruan tinggi yang berada di daerah 3T, di antaranya di Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku Utara, Papua, dan daerah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga. Dengan total 13 mobil, sebanyak 10 mobil akan dikirimkan ke tiga provinsi, yaitu NTT, Maluku Utara, dan Papua.
”Kami betul-betul akan fokus memfasilitasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi, sekolah menengah, dan pendidikan dasar agar difasilitasi sebagian oleh mobil Kampus Merdeka,” kata Paris.
Tak hanya itu, berbagai upaya juga dilakukan dengan melibatkan perguruan tinggi negeri dan swasta untuk mengatasi ketertinggalan di daerah 3T, seperti pengadaan anjungan daring pendidikan tinggi (Ada Dikti) yang sudah dipasang di NTT, Maluku Utara, dan Papua. Ada Dikti ini berupa mini base transceiver station (BTS) untuk menangkap sinyal yang lemah agar jaringan internet muncul di daerah 3T tadi.
Setelah mini BTS di daerah-daerah tersebut berdiri, Ditjen Diktiristek pun mengadakan tablet Dikti Edu, yakni tablet terjangkau berisi modul pembelajaran dari mata kuliah dari semester 1-8 sesuai dengan program studi di daerah tersebut. ”Karena, selain tidak memiliki jaringan internet, mahasiswa di daerah 3T juga tidak memiliki perangkat untuk menjalani pembelajaran daring,” kata Paris.
Paris berharap mobil PJJ Kampus Merdeka ini akan segera dikirim ke sejumlah tempat dan menjadi pusat pembelajaran di daerah 3T. Mobil ini bekerja secara multifungsi dengan Ada Dikti, Klinik Spada, dan sekaligus menjadi mobil vaksinasi keliling.
Program ini juga diharapkan dapat menjadi layanan akses pendidikan tinggi dan dapat memfasilitasi daerah 3T agar dapat mengatasi ketertinggalannya. ”Selain itu, keluaran yang ditargetkan ialah peningkatan mutu pendidikan tinggi, percepatan vaksinasi, dan menjadi anjungan untuk mengunduh segala fasilitas pembelajaran bagi mahasiswa di daerah 3T dapat tercapai,” ucapnya.
Purba Purnama dari Universitas Prasetya Mulia sebagai inovator mobil PJJ ini mengungkapkan, dengan adanya Mobil Kampus Merdeka ini, tim peneliti ingin memberikan solusi untuk mahasiswa tertinggal dan mewujudkan pemerataan pendidikan di seluruh Indonesia. Pengembangan terus dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi Mobil Kampus Merdeka di daerah 3T, yang terbaru ialah mobil PJJ akan dilengkapi dengan fasilitas sains, seperti mikroskop, untuk sekaligus bisa mengajar siswa, baik itu SD, SMP, maupun SMA, yang ingin belajar biologi atau fisika yang menggunakan internet.