Musik tradisi akan diajarkan di sekolah. Pemerintah, pegiat musik tradisi, hingga praktisi pendidikan sedang membahas teknis dan bahan pembelajaran yang sesuai.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Musik tradisi akan dikembangkan menjadi materi pembelajaran bagi siswa sekolah. Selain agar mengenal musik tradisi, generasi muda juga disiapkan menjadi apresiator musik tradisi di masa depan.
Hal itu merupakan salah satu hasil rekomendasi Kongres Musik Tradisi Nusantara (KMTN) yang berlangsung pada 1 September 2021. Ada sepuluh rekomendasi yang disampaikan kepada Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pada satu rekomendasi, musik tradisi diusulkan masuk dalam materi pembelajaran pendidikan formal dan informal.
Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru Kemendikbudristek Ahmad Mahendra mengatakan, materi itu mencakup, antara lain, kurikulum, bahan ajar, dan evaluasi pembelajaran. Musik tradisi rencananya akan diajarkan di jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD), SD, SMP, SMA/SMK, dan pendidikan anak berkebutuhan khusus.
”Sekarang kami sedang menunggu rekomendasi (dari tim ahli) untuk ditindaklanjuti. Kami sedang menyiapkan kriteria musik daerah yang bisa masuk materi pembelajaran,” ucap Mahendra saat dihubungi, Senin (13/9/2021).
Musik tradisi direkomendasikan menjadi mata pelajaran pokok dengan proporsi yang memadai. Pembekalan akan diberikan kepada para guru musik. Skema tentang pembelajaran musik tradisi akan dibahas lebih lanjut dengan para pemangku kepentingan.
Anak-anak diharapkan mengenal musik tradisi lewat pembelajaran di sekolah. Dengan prinsip Merdeka Belajar, pembelajaran rencananya dilakukan secara luwes, baik dengan belajar memainkan alat musik tradisi, menonton film soal musik, dan diskusi. Anak-anak juga dapat belajar musik tradisi secara daring melalui laman Indonesiana dari Kemendikbudristek.
Keberagaman
Selain itu, musik tradisi menjadi media bagi anak-anak untuk mengenal dan memahami keberagaman Indonesia. Identitas kebangsaan diharapkan menguat melalui pembelajaran musik tradisi.
”Anak-anak diajarkan Bhinneka Tunggal Ika lewat musik. Anak-anak juga diharapkan senang dengan musik tradisi. Kalaupun anak-anak tidak jadi pelaku musik tradisi nanti, minimal mereka menjadi pendengar dan apresiator musik. Dengan ini, ekosistem musik tradisi akan tumbuh,” kata Mahendra.
Menurut dia, apresiasi musik tradisi belum kuat. Pendidikan musik tradisi dinilai dapat menumbuhkan kesadaran publik terhadap musik tradisi secara konsisten, kemudian menumbuhkan apresiator musik tradisi.
Sekarang kami sedang menunggu rekomendasi (dari tim ahli) untuk ditindaklanjuti. Kami sedang menyiapkan kriteria musik daerah yang bisa masuk materi pembelajaran.
Sebelumnya, Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim mengatakan, musik tradisi merupakan identitas Indonesia. Namun, musik tradisi tidak terurus dengan baik selama beberapa waktu. ”Akibatnya, generasi penerus sempat terlupa dengan akar budayanya,” katanya.
Kemendikbudristek berkomitmen meningkatkan nilai dan keterampilan para pegiat musik tradisi, baik dari segi budaya, sosial, maupun ekonomi. Salah satu upayanya dengan menyelenggarakan Festival Musik Tradisi Indonesia. Menurut rencana, festival digelar di sejumlah destinasi wisata superprioritas, seperti Danau Toba dan Mandalika.
Seniman karawitan Sito Mardowo mengatakan, keterbatasan sumber daya manusia dan peralatan adalah salah satu faktor hambatan musik tradisi Nusantara berkembang di sekolah. ”Itu menyebabkan hanya SMK yang menjadi salah satu pilar musik tradisi Nusantara sebagai pelestari dan pengembang,” ujarnya dalam keterangan tertulis.
Saat dihubungi terpisah, etnomusikolog Franki Raden mengingatkan pentingnya seluruh pemangku kepentingan membuat metodologi pelajaran yang memadai. Dengan itu, potensi bahwa guru mengajarkan hal yang tidak dikuasai bisa dihindari. Metodologi juga memungkinkan pembelajaran berjalan menyenangkan serta berarti. Di samping itu, ekosistem musik tradisi perlu disiapkan agar anak-anak tahu apa yang harus dilakukan di masa depan dengan pengetahuannya.
”Pembelajarannya perlu dibuat relevan dengan kondisi anak-anak masa kini. Selain itu, pemerintah juga perlu membuat paradigma pembelajaran. Setelah diajarkan, lalu apa? Paradigma industri musik pop sudah jelas, antara lain masuk industri, membuat lagu, karya dijual, kemudian mereka mendapat keuntungan. Jika paradigma tidak disiapkan, tujuan pembelajaran akan meleset,” ucap Franki.
Ia menambahkan, pembelajaran musik tradisi perlu disesuaikan dengan konsep kehidupan musik tradisi di setiap daerah. Ia juga menyoroti pentingnya menyiapkan pengajar yang paham musik tradisi.