Penghargaan Ramon Magsaysay untuk kategori Emergent Leadership diberikan kepada Watchdoc Documentary Maker dari Indonesia.
Oleh
Budi Suwarna
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Watchdoc Documentary Maker meraih penghargaan Ramon Magsaysay untuk kategori Emergent Leadership. Penghargaan ini diberikan karena film-film dokumenter Watchdoc dianggap masuk dalam jurnalisme investigasi yang menggunakan platform baru dan kreatif dalam menyoroti masalah sosial, lingkungan, dan hak asasi manusia.
Selain itu, Watchdoc yang dirintis sejak tahun 2009 ini juga dianggap memberdayakan komunitas yang terpinggirkan dan rentan, serta menginspirasi kaum muda untuk mencari kebenaran. ”Karya-karya Watchdoc mengangkat sesuatu yang tak banyak dibicarakan atau dihindari orang, dan mendistribusikannya kepada generasi baru,” kata Presiden Ramon Magsaysay Award Foundation Susan Afan dari Manila, Filipina, lewat pernyataan pers, Selasa (31/8/2021).
”Selain terkejut dan senang, kami juga merasa bahwa kami belum ’sejauh’ itu. Namun, dengan rendah hati kami menerima penghargaan ini,” kata Andhy Panca Kurniawan, pendiri Watchdoc, rumah produksi atau studio film dokumenter yang telah merilis berbagai film, seperti Sexy Killers, The EndGame, Kinipan, The Mahuzes, Asimetris, dan ratusan karya lain.
Film-film Watchdoc didistribusikan melalui berbagai platform, dari kampung ke kampung lewat layar tancap atau nonton bareng, di sekolah-sekolah dan kampus, hingga jejaring bioskop komersial, televisi, dan kini internet.
Penghargaan ini adalah pengingat bahwa kami semua harus semakin sistematis berupaya menghadirkan realitas di tengah masyarakat.
”Penghargaan ini adalah pengingat bahwa kami semua harus semakin sistematis berupaya menghadirkan realitas di tengah masyarakat. Sebab, penghargaan ini diberikan kepada organisasi atau lembaga, bukan individu atau film tertentu,” imbuh Dandhy Laksono, yang juga pendiri Watchdoc.
Penghargaan Raymon Magsaysay menambah koleksi penghargaan yang pernah diterima Watchdoc. Sebelumnya, Watchdoc menerima Gwangju Prize for Human Rights awal 2021.
Penghargaan Ramon Magsaysay sering disebut sebagai ”Nobel versi Asia”. Penghargaan ini diberikan sejak 1957 kepada individu atau organisasi yang dianggap unggul di bidang masing-masing. Nama penghargaan diambil dari nama Presiden Filipina yang tewas dalam kecelakaan pesawat pada 1957. Raymon dikenang sebagai pemimpin yang membawa Filipina ke era keemasan dengan iklim demokrasi yang baik dan bebas korupsi.
Berdasarkan data situs resmi Raymon Magsaysay, sebelum Watchdoc ada 27 individu dan organisasi dari Indonesia yang pernah menerima Raymon dalam berbagai kategori, antara lain, Mochtar Lubis (1958), Ali Sadikin (1971), Abdurrahman Wahid (1993), Pramoedya Ananta Toer (1995), Ahmad Safi’i Maarif (2008), dan Komisi Pemberantasan Korupsi (2013). Beberapa tokoh yang dikenal luas secara global juga pernah mendapatkan penghargaan Raymon Magsaysay, antara lain, Dalai Lama dari Tibet (1958) dan Bunda Teresa dari India (1962).
Tahun ini, ada lima penerima penghargaan Ramon Magsaysay dari berbagai negara di Asia, yakni Watchdoc Documentary Maker; ilmuwan Firdaus Qadri dari Bangladesh yang mengembangkan vaksinasi berbagai penyakit; Amjad Saqib dari Pakistan yang menciptakan kredit berbunga nol persen untuk jutaan warga miskin.
Selain itu, ada Roberto Ballon, nelayan Filipina yang menyelamatkan mata pencarian ribuan nelayan lain lewat gerakan konservasi laut dan pesisir; serta Steven Muncy yang puluhan tahun bekerja untuk pengungsi perang, bencana alam, hingga konflik sosial di negara-negara Asia Tenggara, seperti Myanmar, Laos, Thailand, dan Filipina.