Bersama Penuhi Hak-hak Anak yang Ditinggal Orangtua Saat Pandemi
Pandemi Covid-19 belum berhenti menyisakan duka. Beberapa korban di antaranya adalah orangtua, bahkan pasangan yang meninggalkan anak-anak mereka.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
Mengenakan pakaian santai, Christiyanto (41) mengulek bumbu di atas cobek di dapur rumahnya di Desa Derekan, Pringapus, Kabupaten Semarang, Kamis (19/8/2021) siang. Aroma bumbu masakan ikan woku khas Manado itu pun menguar. Segera ia siapkan untuk kedua adiknya yang kala itu sedang di luar rumah.
Sejak kedua orangtuanya meninggal akibat Covid-19 pada Juni 2021, Christiyanto menjadi tulang punggung keluarga, terutama untuk kedua adiknya di rumah, Malinda Dewi (21) dan Digra Maheka Putra (10). Termasuk untuk keperluan sehari-hari. Ia akan melakukan apa pun agar kebutuhan adik-adiknya itu terpenuhi. Adapun dua adik Christiyanto lainnya sudah bekerja dan berdomisili di luar kota.
”Karena saya anak paling besar, kini tanggung jawab ada di saya. Bapak saya pernah bilang, pokoknya, adik-adik saya sekolahnya harus selesai,” kata Christiyanto. Ayah mereka, Kartono Mardi Utomo (64), meninggal pada 11 Juni 2021, sedangkan sang ibu, Sumiyati (62), meninggal empat hari kemudian.
Christiyanto, koki di kapal tunda penarik kapal tongkang pengangkut batubara di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, itu cuti kerja sejak Desember 2020. Ia ingin memastikan ayahnya berhenti bekerja sebagai sopir truk kontainer di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. Ia tak tega ayahnya masih bekerja di usia senja.
Pada awal Juni 2021, ayahnya terkonfirmasi positif Covid-19. Setelah ditelusuri, ibu, kedua adiknya, dan ia sendiri juga positif Covid-19. Ayah dan ibunya dirawat di rumah sakit, sedangkan Christiyanto dan kedua adiknya yang bergejala ringan menjalani isolasi terpusat di Rusunawa Pringapus.
Saat ayahnya meninggal, ia masih di rusunawa sehingga sama sekali tak bisa mengurus dan menyaksikan pemakaman. ”Semua saya serahkan ke Pak RT dan lainnya, sedangkan saat pemakaman ibu, saya bisa menyaksikan dari agak jauh,” ujar Christiyanto.
Dua adik lainnya, yaitu Jaka Tri (34) yang kini tinggal di Medan, Sumatera Utara, dan Kartika Putri (30) yang berdomisili di Kota Surakarta, juga tidak bisa melihat ayahnya dimakamkan. Namun, saat pemakaman ibunya, Kartika sempat pulang dan turut hadir dalam pemakaman.
Kini, Christiyanto, Jaka, dan Kartika menjadi tumpuan kedua adik mereka yang masih kuliah dan sekolah kelas IV SD. Namun, karena berada di Kabupaten Semarang, praktis Christiyanto lah yang mengurusi kebutuhan sehari-hari mereka. Ia bertekad untuk terus memastikan kedua adiknya sekolah hingga tuntas.
Keluarga Christiyanto menjadi salah satu keluarga yang dibantu Kepolisian Daerah Jateng dalam program ”Aku Sedulurmu”. Program tersebut merupakan inisiasi bantuan kepada anak-anak yatim piatu yang ditinggal kedua orangtuanya saat pandemi. Total ada 333 anak di Jateng yang dibantu.
Kapolres Semarang Ajun Komisaris Besar Ari Wibowo, Selasa (10/8/2021), menyambangi rumah Christiyanto untuk memberikan semangat dan bantuan, khususnya kepada Malinda dan Digra yang masih kuliah dan sekolah. Sebelumnya, pada hari sama, Kapolres juga menyambangi rumah yatim piatu di Tambakboyo, Ambarawa.
Kami mendatangi anak-anak tersebut yang masih berusia di bawah 10 tahun, ada yang 2 tahun, bahkan masih berusia 1 bulan ditinggalkan orangtuanya. Di sinilah kami hadir untuk bisa memberikan semangat dan hiburan kepada sang anak. (Ari Wibowo)
”Kami mendatangi anak-anak tersebut yang masih berusia di bawah 10 tahun, ada yang 2 tahun, bahkan masih berusia 1 bulan, ditinggalkan orangtuanya. Di sinilah kami hadir untuk bisa memberikan semangat dan hiburan kepada sang anak,” katanya.
Saat itu, Ari beserta rombongan membawakan bantuan sosial berupa bahan makanan pokok. Ia menjelaskan, kegiatan itu bagian dari upaya menggali kepedulian kepada sesama.
Christiyanto berterima kasih dan merasa amat terbantu dengan bantuan yang diberikan. ”Kemarin disampaikan, terutama yang paling kecil, Digra, akan dibantu hingga lulus SMA. Yang besar saat ini tinggal skripsi. Mudah-mudahan nanti mudah dapat kerja. Yang jelas, kami benar-terbantu,” jelasnya.
Sebelumnya, Kapolda Jateng Inspektur Jenderal Ahmad Luthfi menuturkan, program ”Aku Sedulurmu” untuk membantu anak-anak yang orangtuanya meninggal karena Covid 19. Sebanyak 333 anak yatim piatu tersebut akan dibantu Polda Jateng disekolahkan dari SD hingga SMA.
Pada program yang diluncurkan di Semarang, Senin (16/8/2021) itu, selain bantuan pendidikan, juga pengadaan seragam dan sepatu sekolah. Selain itu, buku dan biaya keperluan selama sekolah.
”Kami mengimbau kepada masyarakat, jika ada saudara atau tetangga yang terdapat anak yatim piatu karena orangtuanya meninggal akibat Covid-19 bisa mendaftar ke polres di wilayahnya. Semoga bantuan ini bisa meringankan beban mereka untuk tetap melanjutkan pendidikan,” tuturnya.
Ketua Umum Bhayangkari Juliati Sigit Prabowo, yang menghadiri acara peluncuran ”Aku Sedulurmu”, mengatakan, anak-anak yang menjadi yatim, piatu, dan yatim piatu saat pandemi Covid-19 tidak boleh ditelantarkan ataupun diperlakukan SARA.
Menurut dia, penanganan Covid-19 telah dilakukan mulai dari vaksinasi hingga pemberlakuan protokol kesehatan yang ketat. Namun, penanganan anak yatim piatu akibat Covid-19 penting agar masa depannya tetap terjamin. Hal tersebut perlu diperhatikan.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengapresiasi program tersebut. ”Kami juga sudah punya beberapa program, misalnya ASN jadi orangtua asuh, program bantuan melalui APBD, dan ketiga dari Baznas. Hari ini sudah jalan di Baznas, ada lima yatim piatu yang mendapat bantuan. Ini akan terus kita dorong agar dipraktikkan sebagai bentuk konkret kepedulian,” ucapnya.