Perguruan Tinggi Diajak Bergotong Royong Hasilkan Inovasi
Fakultas Teknik dari berbagai perguruan tinggi bergotong royong dalam menghadirkan inovasi. Berbagai karya dari kampus yang ditampilkan sebagian sudah diproduksi dan sebagian lainnya masih proses ke produksi.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Semangat gotong-royong yang dimiliki bangsa juga dapat dimanfaatkan untuk mendorong lahirnya berbagai inovasi yang dapat memberi solusi bagi permasalahan di masyarakat dan bangsa. Untuk itu, perguruan tinggi diminta memanfaatkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka untuk meningkatkan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat dan dunia usaha/industri.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mengatakan, di masa krisis akibat pandemi Covid-19, dosen dan mahasiswa dari perguruan tinggi mampu menghadirkan inovasi dan terobosan baru dalam teknologi. “Betapa pentingnya menghilangkan sekat-sekat perguruan tinggi dan dunia usaha/industri di dunia riset. Ini penting dan jadi prioritas Kemendikbudristek supaya kebijakan dan anggaran bisa mendukung penguatan inovasi dari perguruan tinggi yang dapat dimanfaatkan,” kata Nadiem pada acara pameran virtual dalam rangka Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-26 dengan tuan rumah Universitas Sam Ratulangi di Manado, Sulawesi Utara, Kamis (19/8/2021).
Pameran virtual bertema Gotong Royong Inovasi untuk Menguatkan Bangga Buatan Indonesia ini merupakan kolaborasi dari Forum Teknik Dekan Indonesia (FDTI), Forum Rektor Indonesia (FRI), Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Badan Riset dan Inovasi Nasional, dan Kemendikbudristek. Pameran virtual diikuti 30 peserta dengan 30 video dari 28 perguruan tinggi, terutama Fakultas Teknik dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Ada pula pameran video poster dan power point dari 46 perguruan tinggi. Pameran virtual menyajikan tayangan dua dimensi dan tiga dimensi.
Menurut Nadiem, Kemendikbudristek membangun jembatan agar gotong royong dunia akademik dan dunia industri bisa terwujud. Terobosan sederhana dilakukan dengan membuat platform Kedaireka yang mempertemukan peneliti dari perguruan tinggi (PT) dan industri untuk menjalankan riset bersama.
Ada juga dana padanan (matching fund). Di program ini, tiap satu rupiah yang dikeluarkan industri untuk mendukung riset di PT, mendapat dana satu rupiah dari dana padanan Kemendikbudritek.
Dengan insentif sederhana, simpel dan mudah, serta komunikasi, ternyata banyak industri butuh bantuan dari PT. Kesempatan ini harus diambil supaya kerja sama bisa semakin agresif.(Nadiem Makarim)
“Dengan insentif sederhana, simpel dan mudah, serta komunikasi, ternyata banyak industri butuh bantuan dari PT. Kesempatan ini harus diambil supaya kerja sama bisa semakin agresif,” kata Nadiem.
Dengan aplikasi Kedaireka dan insentif dana padanan, ada sekitar 19.000 pengguna dari PT dan industri, dan 2.500 proposal kerja sama industri dan PT. Adapun kontribusi industri untuk riset mencapai Rp 1,1 Triliun dalam waktu 3-4 bulan.
“Sungguh luar biasa. Anggaran langsung habis. Ini mau ditingkatkan dan diperbesar lagi,” ujar Nadiem.
Sementara itu, Ketua Umum FDTI Nizam mengatakan, pameran virtual ini menggambarkan semangat dari Fakultas Teknik dari berbagai perguruan tinggi untuk bergotong royong dalam menghadirkan inovasi sehingga memperkuat semangat bangga buatan Indonesia. Berbagai karya dari kampus yang ditampilkan sebagian sudah diproduksi, yang lainnya masih mencari mitra untuk penghiliran/diproduksi.
Nizam yang juga Pelaksana Tugas Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kemendikbudristek, mengatakan, PT diajak untuk bergandengan tangan dengan mitra industri sejak dari riset pengembangan. Upaya untuk ini diwujudkan lewat platform Kedaireka. Ekosistem inovasi Kedaireka tahun depan akan diperbesar, sehingga inovator dan inventor dari PT dan industri bersemangat.
Nizam berharap suapaya pameran virtual inovasi ini bukan sekedar simbolis, tapi sebagai wujud semangat gotong royong inovasi Indonesia. Di masa pandemi memperlihatkan seratus persen obat Covid-19 impor, demikian pula molekul obat dasar. Alat kesehatan juga mengandalkan impor.
“Jadi pekerjaan rumah kita untuk membangun kemandirian dan kedaulatan inovasi. Dari berbagai Fakultas Teknik menunjukkan kontribusinya dengan inovasi dari ventilator hingga robot. Momentum ini terus diperkuat untuk menghasilkan inovasi sesuai visi Presiden,” jelas Nizam.
Nizam mendorong Fakultas Teknik di semua PT agar berkolaborasi dengan mitra dari bidang kesehatan untuk menghasilkan alat-alat kesehatan, ilmu sosial untuk rekayasa sosial yang membutuhkan teknologi, pertanian, dan semua bidang. “Sebagai ‘tukang’ harus menciptakan yang berguna bagi seluruh sektor,” kata Nizam.
Ketua Umum PII Heru Dewanto mengatakan, pandemi sesungguhnya ujian terhadap ketahanan negara. Pandemi meruntuhkan berbagai sektor kehidupan seperti ekonomi, situasi yang belum ada presedennya sehingga butuh solusi yang tidak pernah terpikir sebelumnya.
“Artinya kreativitas dan inovasi semakin dibutuhkan, juga butuh pemimpin strategis dan membuat ulang imajinasi di semua sektor dan lini ekonomi. Para insinyur dilatih untuk membuat alat dari tidak ada menjadi ada, tidak mungkin jadi mungkin, membuat masalah jadi solusi, bisa meningkatkan kontribusinya. Tidak ada kemajuan dan kejayaan tanpa inovasi teknologi,” ujar Heru.
Kecerdasan buatan
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi kental dalam berbagai riset yang disajikan perguruan tingi. Di Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, misalnya, pemanfaatan kecerdasan buatan dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah antara lain di bidang perhubungan, peternakan, hingga urusan parkir.
Ada lampu lalu lintas cerdas yang dapat mendeteksi plat kendaraan, deteksi wajah untuk mencari teroris, deteksi api untuk penyandang tunanetra, dan deteksi ukuran baju dengan kamera. Kecerdasan buatan juga dipakai untuk deteksi dini pada tanaman cokelat, deteksi identitas sapi dan pemilik melalui bioprint moncong sapi, maupun mengukur berat sapi dengan kamera. Bisa juga untuk smartparking dengan reservasi slot parkir dari gadget yang terkoneksi dengan slot parkir.
Sementara itu, Institut Teknologi Sepuluh November memanfaatkan internet of things (IoT) untuk menciptakan mobil hingga kapal tanpa awak. Ada prototipe mobil otonom atau tanpa sopir yang bisa mencari rute secara otomatis dengan kecerdasan buatan menuju tempat penjemputan dan lokasi pengantaran. Ada pula kapal iBoat ITS yakni kapal tanpa awak untuk menyelamatkan korban dan distribusi logistik secara otomatis.
Dari Universitas Gadjah Mada dipamerkan berbagai inovasi yang terkait penanganan pandemi Covid-19. Ada ventilator Merah Putih, masker dengan membran ultrafiltrasi, wastafel portabel, hingga Faceshield3D printing.
Tuan rumah Fakultas Universitas Sam Ratulangi di tahun ini mengoptimalkan kecerdasan buatan atau Iot untuk mitigasi bencana. Riset yang dikembangkan seperti sistem kontrol mitigasi banjir, penanganan tanah longsor yang dipasang di lereng, maupun gempa bumi.
Nadiem menyambut baik berbagai riset yang dikembangkan PT yang selaras dengan rencana pemerintah. Inovasi ditujukan untuk mendukung green economy, blue economy, kesehatan, pertanian, hingga teknologi digital.
Lebih lanjut, Nadiem meyakinkan PT untuk juga menerapkan semangat MBKM dalam mendukung eksosistem riset dan inovasi di kampus masing-masing. Para dosen yang punya passion dalam riset sebaiknya diberi keleluasaan dengan dukungan dan pengakuan beban kerja sehingga bisa lebih fokus. Dukungan dari mahasiswa S1 hingga S2 yang berkolaborasi dengan dosen untuk meneliti juga bisa dilakukan, karena ada pengakuan 20 sistem kredit semester untuk mahasiswa.
“Saya merasa di situasi pandemi ini justru jada titik terang di kampus dan anak muda kita. Semangat Kampus Merdeka ini untuk mendorong perguran tinggi lebih merdeka mengembangkan inovasi di Nusantara,” kata Nadiem.